14
3. Dampak Ketidakhadiran Ayah pada Remaja Laki-Laki
Berikut ini merupakan dampak-dampak yang dapat terjadi akibat ketidakhadiran ayah :
a. Anak-anak yang mengalami ketidakhadiran ayah cenderung
memiliki performa dan nilai akademik yang lebih rendah daripada anak-anak yang tinggal bersama keluarga utuh. Oleh karena itu,
kepercayaan diri anak dalam dunia akademik juga tergolong rendah. Selain itu, anak yang hidup tanpa ayah juga lebih sering membolos
dan mengalami drop out daripada anak yang tinggal dalam keluarga utuh maupun keluarga tiri Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002;
Kruk, 2012. b.
Rohner dan
Veneziano 2001,
mengungkapkan bahwa
ketidakhadiran ayah berdampak pada penarikan diri anak secara sosial maupun emosional. Anak-anak yang hidup tanpa ayah juga
cenderung merasa tertekan dan tertolak. Selain itu, anak-anak tersebut dilaporkan memiliki permasalahan dengan teman dan
menunjukkan perilaku cemas, takut, tidak bahagia, malu, dan agresif. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah berdampak pada
gangguan perilaku dan gangguan psikologis Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002; Kruk, 2012.
c. Anak-anak yang mengalami ketidakhadiran ayah juga dilaporkan
memiliki gangguan dengan kesehatan fisik, seperti psikosomatis, asma, sakit kepala, dan sakit perut. Selain gangguan kesehatan fisik,
15
anak-anak yang hidup tanpa ayah juga memiliki masalah dengan kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan perilaku bunuh
diri Kruk, 2012. d.
Hal lain yang dapat disebabkan oleh ketidakhadiran ayah adalah penggunaan obat-obatan terlarang, perilaku merokok, dan perilaku
minum alkohol pada anak-anak Kruk, 2012. Hal tersebut memberikan efek jangka panjang pada proses pendidikan di sekolah
atau dunia pekerjaan di masa yang akan datang Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002.
e. Ketidakhadiran ayah berdampak pada kenakalan dan tindak
kriminalitas yang dilakukan oleh remaja. Para remaja ini juga terancam berhubungan dengan polisi dan masuk penjara Kruk,
2012. f.
Anak yang hidup tanpa ayah cenderung membangun kehidupan berkeluarga lebih awal daripada anak-anak yang tinggal bersama
keluarga utuh. Selain itu, mereka juga memiliki peluang yang lebih besar untuk bercerai dengan pasangannya karena telah melihat kedua
orang tuanya bercerai Kruk, 2012. g.
Anak yang hidup tanpa ayah saat beranjak dewasa cenderung mengalami pengangguran, berpenghasilan rendah, dan homelessness
Kruk, 2012. h.
Berdasarkan beberapa studi, ketidakhadiran ayah yang disebabkan oleh
perceraian atau
perpisahan dapat
menyebabkan
16
ketidakbahagiaan dan ketidakstabilan pada pernikahan yang dijalani remaja di masa yang akan datang Webster, Orbuch, dan House,
1995; Amato dan Booth, 1997; dalam Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002.
i. Dampak lain yang diakibatkan oleh ketidakhadiran ayah adalah
rendahnya harga diri serta timbulnya perasaan malu Lerner, 2011. Menurut Lerner, hal tersebut dipicu oleh stimulus eksternal berupa
sindiran-sindiran dari lingkungan sosial yang membuat anak merasa berbeda dengan anak lain yang tinggal dalam keluarga utuh. Lambat
laun, banyaknya sindiran maupun pertanyaan mengenai ayah menimbulkan perasaan takut apabila orang lain mengetahui bahwa
dirinya mengalami ketidakhadiran ayah. Hal lain yang juga disebabkan oleh ketidakhadiran ayah adalah munculnya duka,
perasaan kehilangan, kesepian, dan cemburu Lerner, 2011. j.
Kematian ayah dapat membuat anak merasa takut dan terganggu. Ia merasa suatu saat akan meninggal. Oleh karena itu, anak berharap
ibu dapat memberikan rasa aman pada dirinya. Namun ibu justru kesulitan memperhatikan anak karena waktu ibu hampir habis untuk
bekerja dan mengurus rumah tangga Gunarsa, 2008 Menurut Sigle-Rushton dan McLanahan 2002, munculnya dampak-
dampak ketidakhadiran ayah di atas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lamanya anak mengalami ketidakhadiran
ayah. Sigle-Rushton dan McLanahan 2002 berasusmsi bahwa semakin
17
lama seorang anak mengalami ketidakhadiran ayah, semakin besar pula dampak negatif yang mungkin dihasilkan. Meskipun demikian, beberapa
penemuan mengungkapkan bahwa faktor tersebut dan menunjukkan sedikit variasi dan insignifikansi. Hal ini dapat terjadi karena sampel
keluarga yang digunakan sebagai subjek penelitian sulit digeneralisasikan dengan populasi.
Hal lain yang mempengaruhi munculnya dampak-dampak
ketidakhadiran ayah adalah penyebab fenomena ketidakhadiran ayah, yakni perceraian, perpisahan, atau meninggalnya ayah. Menurut Sigle-
Rushton dan McLanahan 2002 ketidakhadiran ayah yang disebabkan oleh perceraian atau perpisahan memiliki dampak negatif yang lebih besar
daripada ketidakhadiran ayah yang disebabkan oleh meninggalnya ayah. Hal ini terjadi karena perginya ayah secara voluntir dari keluarga membuat
anak merasa ditelantarkan Rogers dan Pryors, 1998 dalam Sigle-Rushton dan McLanahan, 2002. Lang dan Zagorsky 2001 dalam Sigle-Rushton
dan McLanahan 2002 mengungkapkan bahwa anak yang mengalami ketidakhadiran ayah akibat perceraian atau meninggalnya ayah akan
mengalami dampak negatif yang sama pada kemampuan kognitif, pendidikan di sekolah, maupun penghasilan selama waktu berpisah dengan
ayah dikontrol. Hal yang berbeda dari keduanya hanyalah keinginan untuk menikah dimana anak yang ayahnya meninggal kurang tertarik untuk
menikah.