Analisis Dampak Kenaikan Suhu terhadap Fitoplankton

pada Stasiun A, B, G dan H. Hal ini menunjukkan bahwa pada Stasiun A dan B suhu tidak dipengaruhi oleh musim dan sedikit dipengaruhi oleh pasang surut. Tingginya suhu di Stasiun A dan B untuk keempat kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa massa air di stasiun ini lebih didominasi oleh air yang berasal dari buangan air pendingin. Untuk Stasiun G dan H perbedaan suhu yang relatif kecil juga menunjukkan kecilnya pengaruh musim pada stasiun ini, namun sepanjang tahun massa air di stasiun ini hampir tidak dipengaruhi oleh massa air dari buangan air pendingin. Perbedaan suhu yang lebih besar ditemukan pada Stasiun D, E dan F dengan selisih mencapai 0.6 o C untuk Stasiun D dan E serta 1.15 o C pada Stasiun F. Perbedaan suhu untuk keempat kondisi cuplik terbesar ditemukan pada Stasiun C dengan selisih mencapai 6 o

4.7.2 Analisis Jumlah Spesies Fitoplankton

C.

4.7.2.1 Profil Spesies Fitoplankton Berdasarkan Kondisi Pasut dan Musim

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara keempat kondisi cuplik, yang berarti bahwa jumlah spesies tidak dipengaruhi oleh kondisi pasang surut dan musim. Tabel hasil uji ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 25. Adapun jumlah spesies pada beberapa stasiun pengambilan sampel fitoplankton berdasarkan kondisi pasut dan musim disajikan dalam Gambar 64 di bawah. Gambar 64 Jumlah spesies fitoplankton pada beberapa stasiun berdasarkan kondisi pasut dan musim. Setelah diketahui bahwa pengaruh musim musim hujan dan musim kemarau dan kondisi pasut pasut purnama dan pasut perbani pada saat pengambilan sampel fitoplankton tidak berpengaruh terhadap jumlah spesies, selanjutnya diuji pengaruh suhu terhadap jumlah spesies fitoplankton yang ditemukan pada masing-masing stasiun pengamatan tersebut. Adapun hasil analisis pengaruh suhu terhadap jumlah spesies akan dijelaskan pada bagian berikut. 4.7.2.2 Pengaruh Suhu terhadap Jumlah Spesies Fitoplankton Jumlah total spesies yang ditemukan selama penelitian adalah 39 spesies yang didominasi oleh Bacillariophyceae diikuti oleh Cyanophyceae. Hal yang sama dilaporkan oleh Naik et al. 2009 yang menemukan dominansi Bacillariophycea di Perairan Mahanadi, India. Bacillariophyceae dominan di sekitar buangan air pendingin PT. Badak NGL kemungkinan karena fitoplankton dari kelas ini bersifat eurythermal yakni dapat bertahan pada interval suhu yang luas Huang et al. 2004. Hasil analisis menunjukkan nilai korelasi antara suhu dengan jumlah spesies fitoplankton untuk kondisi I musim kemarau saat purnama adalah -0.62, untuk kondisi II musim kemarau saat perbani -0.56, untuk kondisi III musim hujan saat purnama -0.56 dan untuk kondisi IV musim hujan saat perbani sebesar -0.84. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Li et al. 2011 yang melaporkan kontribusi diatom Bacillariophyceae pada jumlah total fitoplankton memiliki korelasi negatif yang signifikan R 2 Adapun hasil uji ANOVA untuk masing-masing stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan nyata, yang berarti ada perbedaan jumlah spesies akibat pengaruh suhu pada stasiun pengamatan tersebut, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui stasiun mana saja yang jumlah spesiesnya berbeda 0.65. Perbedaan nilai korelasi untuk keempat kondisi tersebut disebabkan oleh adanya variasi suhu pada stasiun yang sama pada saat pengambilan sampel fitoplankton. Adapun penjelasan tentang adanya variasi suhu pada stasiun yang sama telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Gambar 65 di bawah menunjukkan hubungan antara suhu dan jumlah spesies fitoplankton pada beberapa stasiun untuk empat kondisi pengambilan sampel. nyata dengan Stasiun Kontrol. Jumlah spesies fitoplankton pada stasiun pengamatan untuk beberapa kondisi pengambilan sampel disajikan pada Lampiran 26. Gambar 65 Profil suhu o C dan jumlah spesies fitoplankton pada beberapa stasiun untuk empat kondisi pengambilan sampel Hasil uji ANOVA juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara jumlah spesies Stasiun Kontrol dengan Stasiun A, B dan C. Hal ini berarti jumlah spesies pada Stasiun A, B dan C dipengaruhi oleh suhu. Sementara untuk Stasiun D, E, F dan H menunjukkan adanya kesamaan jumlah spesies dengan Stasiun Kontrol. Analisis pengaruh suhu terhadap jumlah spesies fitoplankton lebih lanjut diuraikan berdasarkan karakteristik suhu pada masing-masing stasiun pengamatan. Jumlah spesies untuk masing-masing stasiun juga bervariasi. Stasiun A dengan suhu rata-rata 42.13 o C ditemukan jumlah spesies bervariasi antara 2-4 spesies yang berasal dari kelas Bacillariophyceae dengan jumlah total spesies sebanyak 6 spesies yakni Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., Hemialus sp., Nitzchia sp., Navicula sp., Thallasiotrix sp . Stasiun B dengan suhu rata-rata 41.13 o Spesies yang ditemukan baik di Stasiun A maupun di Stasiun B adalah Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., dan Navicula sp. C ditemukan jumlah spesies antara 3-5 spesies dari kelas Bacillariophyceae dengan jumlah total spesies sebanyak 6 spesies yakni Chaetoceros sp., Coscinodiscus sp., Navicula sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp., Thallasiosira sp. Untuk Stasiun C dengan suhu maksimun 40.14 o C, minimum 34.09 o C dan rata-rata 37.52 o C ditemukan 3-7 jenis fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies yang ditemukan di stasiun ini adalah 12 spesies masing-masing 10 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan 2 spesies dari kelas Cyanophyceae. Adapun spesies yang ditemukan adalah Chaetocesros sp., Coscinodiscus sp., Navicula sp., Nitzchia sp., Pleurosigma sp., Streptotheca sp., Synedra sp., Tabellaria sp., Thallasiosira sp., Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Oscillatoria sp. dan Spirulina sp. dari kelas Cyanophyceae. Namun demikian dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada suhu 34.09-36.95 o C ditemukan 5-7 spesies dan suhu antara 37.91-40.14 o Jumlah spesies di Stasiun D tidak berbeda nyata dengan Stasiun Kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa untuk suhu perairan antara 34.80-35.38 C ditemukan 3-5 spesies. o C tidak mempengaruhi jumlah spesies fitoplankton di stasiun tersebut. Jumlah spesies di Stasiun D dengan suhu maksimum 35.38 o C, minimum 34.72 o C dan rata-rata 35.06 o C ditemukan sebanyak 5-12 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies yang ditemukan di stasiun ini adalah 18 spesies masing-masing 16 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan 2 spesies dari kelas Cyanophyceae. Adapun spesies yang ditemukan adalah Bacillaria sp., Bacteriastrum sp., Chaetoceros sp., Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., Diatoma sp., Dithylium sol, Gyrosigma sp., Navicula sp., Nitzchia sp.1, Nitzchia sp.2, Pinnularia sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp. dan frauenfeldii dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae. Jumlah spesies yang ditemukan di Stasiun E dengan suhu maksimum 34.85 o C, minimum 32.24 o C dan rata-rata 33.65 o Stasiun F dengan suhu maksimum 33.32 C bervariasi antara 5-7 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies yang ditemukan di stasiun ini adalah 13 spesies masing-masing 12 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan 2 spesies dari kelas Cyanophyceae. Adapun spesies yang ditemukan adalah Biddulphia sp., Chetoceros sp., Coscinodiscus sp., Cymbella sp., Nitzchia sp., Navicula sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp.1, Synedra sp.2, Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae. o C, minimum 32.28 o C dan rata-rata 32.83 o Stasiun Kontrol Stasiun G menunjukkan suhu alami rata-rata perairan yakni 28.3 C, jumlah spesies yang ditemukan bervariasi antara 6-9 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies yang ditemukan di stasiun ini adalah 13 spesies masing-masing 11 spesies dari kelas Bacillariophyceae. Adapun spesies yang ditemukan adalah Chaetocesros sp., Coscinodiscus sp., Eucampia sp., Hemialus sp., Milosera sp., Navicula sp., Nitzchia sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp. dan Thallasiosira sp. o C ditemukan jumlah spesies bervariasi antara 6-11 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies ada 19, yakni : Bacteriastrum sp., Odontella sp., Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Chaetoceros sp.3, Chaetoceros sp.4, Chaetoceros sp.5, Coscinodiscus sp.1, Coscinodiscus sp.2, Coscinodiscus sp.3, Coscinodiscus sp.4, Dithylium sp., Eucampia sp., Navicula sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp.1, Synedra sp.2 dan Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae. Stasiun H dengan suhu maksimum 28.51 o C, minimum 29.01 o C dan rata-rata 28.71 o Tabel 28 di bawah menunjukkan jumlah total dan jenis spesies yang ditemukan berdasarkan klasifikasi suhu perairan di beberapa stasiun. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk perairan dengan suhu antara 37.91-42.32 C ditemukan jumlah spesies bervariasi antara 8-11 spesies dari kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Jumlah total spesies ada 15, yakni : Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Coscinodiscus sp.1, Coscinodiscus sp.2, Cymbella sp., Frustulia sp., Louderia sp., Navicula sp., Nitzchia sp.1, Nitzchia sp.2, Rhizosolenia sp., Synedra sp.1 dan Thallasi osira sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae. o C dapat ditemukan jumlah spesies yang jauh lebih sedikit 6 spesies dibandingkan dengan jumlah spesies pada suhu alami 15-19 spesies. Untuk suhu perairan antara 31.28-36.95 o C ditemukan jumlah spesies yang hampir sama dengan jumlah spesies pada suhu alami yakni antara 11-18 spesies. Dengan demikian jumlah spesies fitoplankton di sekitar buangan air pendingin PT. Badak NGL hanya dipengaruhi oleh kenaikan suhu 37.91 o C ∆T8.61 o C. Sementara suhu antara 31.28-36.95 o C ∆T7.65 o Semua spesies yang ditemukan pada kisaran suhu antara 37.91-42.32 C tidak menunjukkan penurunan jumlah spesies secara signifikan. o C juga ditemukan pada kisaran suhu dibawahnya. Sementara spesies yang ditemukan pada kisaran suhu antara 31.28-36.95 o C dan tidak ditemukan pada suhu 37.91 o C ada sebanyak 12 spesies, yakni : Streptotecha sp., Tabellaria sp., Chaetoceros sp., Bacillaria sp., Bacteriastrum sp., Diatoma sp., Dithylium sp., Gyrosigma sp., Pinnularia sp., Pleurosigma sp., Eucampia sp., Milosera sp. Spesies yang ditemukan hampir disemua stasiun adalah Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., Hemialus sp., Nitzchia sp., Navicula sp., Thallasiotrix sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp., Thallasiosira sp., dan Pleurosigma sp. Hal ini menunjukkan bahwa fitoplankton ini bersifat mampu bertahan hidup pada range suhu yang panjang eurythermal. Tabel 28 Jumlah total dan jenis spesies yang ditemukan berdasarkan klasifikasi suhu perairan di beberapa stasiun Stasiun Klasifikasi suhu o Jumlah spesies C Nama spesies yang ditemukan A 41.84-42.32 6 Coscinodiscus sp., Cyclotella sp., Hemialus sp., Nitzchia sp., Navicula sp., Thallasiotrix sp. B 41.06-41.19 6 Cyclotella sp., Coscinodiscus sp., Navicula sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp., Thallasiosira sp C1 37.91-40.14 6 Coscinodiscus sp., Pleurosigma sp., Synedra sp., Nitzchia sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Oscillatoria sp. dan Spirulina sp. dari kelas Cyanophyceae C2 34.09-36.95 11 Navicula sp., Streptotheca sp., Tabellaria sp., Chaetocesros sp., Coscinodiscus sp., Thallasiotrix sp., Thallasiosira sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae D 34.72-35.38 18 Bacillaria sp., Bacteriastrum sp., Chaetoceros sp., Coscinodiscus sp., Cyclotella sp, Diatoma sp., Dithylium sp., Gyrosigma sp., Navicula sp., Nitzchia sp.1, Nitzchia sp.2, Pinnularia sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp. dan Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae E 32.50-34.85 12 Odontella sp., Chetoceros sp., Coscinodiscus sp., Cymbella sp., Nitzchia sp., Navicula sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp.1, Synedra sp.2, Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae. F 31.28-33.32 11 Chaetocesros sp., Coscinodiscus sp., Eucampia sp., Hemialus sp., Milosera sp., Navicula sp., Nitzchia sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp., Thallasiosira sp. G 28.29-28.31 19 Bacteriastrum sp., Odontella sp., Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Chaetoceros sp.3, Chaetoceros sp.4, Chaetoceros sp.5, Coscinodiscus sp.1, Coscinodiscus sp.2, Coscinodiscus sp.3, Coscinodiscus sp.4, Dithylium sp., Eucampia sp., Navicula sp., Pleurosigma sp., Rhizosolenia sp., Synedra sp.1, Synedra sp.2 dan Thallasiotrix sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae H 28.51-30.01 15 Chaetoceros sp.1, Chaetoceros sp.2, Coscinodiscus sp.1, Coscinodiscus sp.2, Cymbella sp., Frustulia sp., Louderia sp., Navicula sp., Nitzchia sp.1, Nitzchia sp.2, Rhizosolenia sp., Synedra sp. dan Thallasiosira sp. dari kelas Bacillariophyceae serta Lyngbia sp. dan Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat diketahui bahwa jumlah spesies sangat dipengaruhi oleh suhu perairan, dimana jumlah spesies berkurang dengan meningkatnya suhu perairan, dalam hal ini pengaruh suhu terhadap jumlah spesies secara signifikan terutama terlihat pada suhu 37.91 o C ∆T8.61 o

4.7.3 Analisis Kelimpahan Fitoplankton

C. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Poernima et al, 2005 yang meneliti dampak kenaikan suhu terhadap fitoplankton di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Atom Madras, Teluk Bengal, India dan Chuang et al. 2009 yang meneliti pengaruh buangan air pendingin di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir II, Teluk Kuoseng, Taiwan. Keduanya menemukan bahwa peningkatan suhu perairan berkorelasi negatif dengan kelimpahan klorofil-a .

4.7.3.1 Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Kondisi Pasut dan Musim

Hasil uji F ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelimpahan untuk keempat kondisi pengambilan sampel fitoplankton Tabel hasil uji ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 27. Hal ini berarti bahwa musim dan kondisi pasut tidak berpengaruh nyata terhadap kelimpahan fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun pengamatan untuk beberapa kondisi pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 28. Kelimpahan fitoplankton berdasarkan kondisi pasut dan musim disajikan dalam Gambar 66 di bawah. Gambar 66 Kelimpahan fitoplankton berdasarkan kondisi pasut dan musim.

4.7.3.2 Pengaruh Suhu terhadap Kelimpahan Fitoplankton

Hasil uji ANOVA untuk masing-masing stasiun pengamatan menunjukkan adanya perbedaan nyata, yang berarti ada perbedaan kelimpahan akibat pengaruh suhu pada stasiun pengamatan tersebut, sehingga perlu analisis lebih lanjut untuk mengetahui stasiun mana saja yang kelimpahannya berbeda nyata dengan Stasiun Kontrol. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelimpahan fitoplankton di Stasiun Kontrol dengan stasiun lainnya, kecuali pada Stasiun A, B dan C. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya suhu di stasiun A, B dan C berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu perairan berkorelasi negatif dengan kelimpahan klorofil-a Poernima et al, 2005, Poernima et al. 2006, Chuang et al. 2009. Dalam hal ini Naik et al. 2009 melaporkan adanya korelasi positif antara kelimpahan fitoplankton dengan klorofil-a. Oleh karena itu penelitian ini mengasumsikan bahwa jumlah klorofil-a juga berkorelasi positif dengan kelimpahan fitoplankton. Pengaruh suhu terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu perairan maka kelimpahan fitoplankton akan berkurang. Hal ini diketahui dari hasil uji statistik dengan menghitung nilai korelasi antara parameter suhu dengan kelimpahan fitoplankton, dimana terjadi korelasi negatif antara suhu dengan kelimpahan untuk empat kondisi sampling. Hasil analisis menunjukkan nilai korelasi antara suhu dengan kelimpahan fitoplankton untuk kondisi I musim kemarau saat purnama adalah -0.76, untuk kondisi II musim kemarau saat perbani -0.67, untuk kondisi III musim hujan saat purnama -0.45 dan untuk kondisi IV musim hujan saat perbani sebesar -0.89. Perbedaan nilai korelasi untuk keempat kondisi tersebut disebabkan oleh adanya variasi suhu pada stasiun yang sama pada saat pengambilan sampel fitoplankton. Adapun penjelasan tentang adanya variasi suhu pada stasiun yang sama telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Gambar 67 menunjukkan hubungan antara suhu dengan kelimpahan fitoplankton pada beberapa stasiun untuk empat kondisi pengambilan sampel. Gambar 67 Profil suhu o C dan kelimpahan fitoplankton pada beberapa stasiun untuk empat kondisi pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Poernima et al. 2005 yang melaporkan bahwa jumlah klorofil-a dan jumlah sel fitoplankton di outfall berkurang antara 35- 70 dibandingkan dengan di intake, dimana ∆T antara outfall dan intake bervariasi antara 7.3-9.3 o C. Sementara pada daerah mixing point klorofil-a dan jumlah fitoplankton hanya berkurang sekitar 15-50 dibandingkan dengan di intake, dimana ∆T keduanya bervariasi antara 3.4-5.9 o C. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Chuang et al. 2009 juga menunjukkan hal yang sama, dimana antara outlet dan intake dengan ∆T bervariasi 8-12 o C memiliki nilai rata-rata klorofil-a yang berbeda yakni 0.67 mg m -3 di daerah intake dan 0.44 mg m -3 Kelimpahan fitoplankton untuk klasifikasi suhu perairan antara 37.91-42.32 di daerah outlet. o C Stasiun A, B dan C1 jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelimpahan pada suhu alami perairan Stasiun G dan H. Sementara untuk klasifikasi suhu antara 34.09- 36.95 o Tabel 29 Kelimpahan fitoplankton berdasarkan klasifikasi suhu perairan pada beberapa stasiun C Stasiun C2 dan D menunjukkan kelimpahan yang relatif sama dengan kelimpahan pada suhu alami perairan. Kelimpahan fitoplankton berdasarkan klasifikasi suhu perairan pada beberapa stasiun disajikan pada Tabel 29. Stasiun Klasifikasi suhu o Kelimpahan indltr C A 41.84-42.32 76-228 B 41.06-41.19 280-770 C1 37.91-40.14 475-988 C2 34.09-36.95 608-760 D 34.72-35.38 1425-4085 E 32.50-34.85 741-1456 F 31.28-33.32 570-1824 G 28.29-28.31 1064-2565 H 28.51-30.01 1330-5040

4.8 Analisis Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang tersebar hampir di seluruh bagian pesisir dan pulau-pulau Kota Bontang. Pada umumnya ekosistem terumbu karang di kawasan pesisir dan laut Bontang yang berada dalam radius 1.5-2 mil laut dan berhadapan dengan pabrik PKT dan PT. Badak NGL, rata-rata persentase tutupan karang dalam kategori sedang berkisar 30-50. Sedangkan untuk lokasi yang lebih dari 2 mil laut, persentase tutupan karang lebih dari 50 DKP Bontang 2007. Hasil survei menunjukkan bahwa jenis-jenis karang yang ditemukan diantaranya adalah karang Hard Coral dan karang lunak Soft Coral. Secara umum karang keras lebih dominan ditemukan dibanding karang lunak. Beberapa jenis karang keras yang ditemukan yaitu Acropora, Montiphora euphylia, Plerogyra, Fungia, Heliofungia, Caulastrea, Pectinia, Goniopora, Millepora. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh kenaikan suhu terhadap ekosistem terumbu karang, maka dilakukan survei terhadap terumbu karang yang berada dalam wilayah terdampak dan yang tidak kena dampak kenaikan suhu perairan dengan suhu alami oleh adanya buangan limbah air pendingin PT. Badak NGL. Untuk merepresentasikan kondisi terumbu karang sebagai pembanding untuk terumbu karang yang terkena dampak kenaikan suhu dari buangan air pendingin PT. Badak NGL, maka dipilih lokasi terumbu karang yang hidup pada suhu alami perairan dan tidak tereksploitasi secara berlebihan oleh aktifitas manusia. Karena itu dalam penelitian ini dipilih terumbu karang yang berada di Pulau Beras Basah dan Pulau Melahing Gambar 15, yang akan diuraikan pada bagian berikut. 4.8.1 Kondisi Terumbu Karang yang Tidak Terkena Dampak 4.8.1.1 Pulau Beras Basah Pengamatan substrat dasar terumbu karang di Pulau Beras Basah dilakukan pada satu titik pengamatan. Pada titik pengamatan ini diperoleh nilai tutupan karang keras atau karang hidup sebesar 49.34. Bentuk pertumbuhan karang yang banyak dijumpai pada daerah ini adalah bentuk pertumbuhan Coral Submassive, Coral Massive, Acropora Tabulate, dan Acropora Branching. Sedangkan genus karangnya berupa Echinopora, Pachyseris, Porites, Pectinia dan Acropora. Penutupan Substrat Dasar Terumbu Karang di Pulau Beras Basah disajikan dalam Gambar 68 di bawah. Kondisi terumbu karang di Pulau Beras Basah disajikan pada Lampiran 29. Gambar 68 Histogram Penutupan Substrat Dasar Terumbu Karang di Pulau Beras Basah. 4.8.1.2 Pulau Melahing Hasil pengamatan terumbu karang di lokasi Melahing menunjukkan nilai tutupan karang hidup sebesar 51 dan tergolong kedalam kondisi baik atau sehat menurut Gomez dan Yap 1988. Bentuk pertumbuhan karang yang banyak dijumpai pada daerah ini adalah bentuk pertumbuhan Coral Foliose, Coral Branching, dan Coral Soliter. Sedangkan genus karangnya berupa Echinopora, Pachyseris, Porites, Fungia dan Acropora. Penutupan Substrat Dasar Terumbu Karang di Pulau Beras Basah disajikan dalam Gambar 69 di bawah. Dokumentasi kondisi terumbu karang di Pulau Melahing dapat dilihat pada Lampiran 13. Gambar 69 Histogram Penutupan Substrat Dasar Terumbu Karang di Melahing.