Profil Suhu Hasil Model

permukaan bervariasi antara 34.22-32.23 o C dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.61-32.22 o C. Keterangan : Titik Cuplik TC menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 25 Struktur vertikal suhu o Dengan demikian struktur vertikal suhu dari buangan air pendingin ke laut lepas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni lapisan homogen dan lapisan terstratifikasi, dimana lapisan homogen ditemukan mulai dari outfall buangan air pendingin sampai ke muara kanal dan dari bagian tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca. Adapun lapisan terstratifikasi ditemukan di muara kanal sampai ke bagian tengah laut lepas, dengan daerah permukaan relatif lebih luas. C hasil simulasi pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani. Lapisan homogen yang terjadi pada kolam pendingin sampai di muara kanal pendingin terjadi karena perairan ini cukup dangkal sehingga dengan proses difusi dan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh arus pasang surut menyebabkan air dapat bercampur secara homogen. Sementara lapisan homogen yang terbentuk pada bagian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 -2 -4 -6 -8 -10 titik cuplik ke dal am an m Dasar Perairan Dasar Perairan o C Outfall 1 P. Sieca Muara Kanal tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca disebabkan massa air panas dari buangan air pendingin telah mengalami proses pendinginan baik oleh proses difusi maupun oleh besarnya gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasut begitu keluar dari muara kanal pendingin, sehingga suhu ketika sampai di lokasi tersebut telah mendekati suhu alami perairan dan cenderung bersifat homogen. Adapun struktur vetikal suhu dari muara kanal pendingin sampai bagian tengah perairan menunjukkan terjadinya lapisan terstratifikasi disebabkan tiga faktor utama, yakni : pertama, dalam kaitan dengan suhu, air memiliki sifat dimana massa air dengan suhu lebih tinggi akan cenderung berada di lapisan bagian atas massa air yang bersuhu lebih rendah. Kedua, proses percampuran antara massa air panas dan air dingin oleh gaya turbulensi tidak cukup kuat, sementara proses difusi tidak efektif untuk kondisi yang dinamis dimana pergantian massa air terjadi cukup cepat. Ketiga, adanya perubahan kedalaman dari muara kanal pendingin ke laut, menyebabkan massa air panas dari muara kanal pendingin ketika masuk ke laut hanya berada pada lapisan atas tidak sampai ke dasar perairan.

4.3.1.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

Secara umum pola sebaran suhu untuk pasut perbani menunjukkan pola dan besaran yang relatif sama untuk keempat kondisi cuplik menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum. Hal ini disebabkan oleh perubahan elevasi muka laut yang cenderung kecil pada pasut perbani untuk keempat kondisi tersebut. Selisih elevasi muka laut untuk kondisi pasang maksimum dan surut maksimum terbesar yang tercatat dari hasil pengamatan adalah 0.72 m. Kondisi ini menyebabkan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasang surut relatif sama sehingga pola sebaran suhu relatif sama. Penjelasan tentang hal ini diuraikan berdasarkan hasil simulasi untuk empat kondisi cuplik sebagai berikut.

4.3.1.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu pada saat air menuju pasang dapat dilihat pada Gambar 26, dimana suhu dari outfall 1 buangan air pendingin hingga muara outfall 1 adalah sebesar 44 o C. Hal ini dapat diketahui dari pola garis isoterm yang menunjukkan suhu yang sama sepanjang garis tersebut. Sementara untuk Sekambing Baltim kolam pendingin suhu bervariasi antara 38-43 o C, dimana suhu 38 o C ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39 o C ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40 o C. Suhu di muara Sungai Sekambing relatif lebih dingin karena adanya limpasan air sungai dengan massa air yang lebih dingin. Gambar 26 Pola sebaran suhu o Suhu perairan dalam kanal hingga ujung kanal pendingin bervariasi antara 41- C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju pasang. 42 o C. Selanjutnya setelah keluar ke muara kanal pendingin suhu mengalami penurunan secara gradual hingga mencapai suhu alami perairan. Berdasarkan garis isoterm pada bagian tengah perairan diketahui bahwa buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah selatan daerah 30 Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat 30 31 32 33 34 35 40 30 31 32 33 42 40 43 42 o C model. Hal ini disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang.

4.3.1.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

Pola sebaran suhu pada saat air pasang maksimum dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pola sebaran suhu pada saar air pasang maksimum sama dengan pola pada saat air menuju pasang, dimana garis isoterm menunjukkan pola yang sama. Meskipun demikian dari hasil simulasi diketahui bahwa untuk titik cuplik yang sama di sekitar muara Sungai Sekambing, suhu pada saat air menuju pasang relatif lebih besar dibanding pada saat air pasang maksimum. Hal ini disebabkan pada kondisi air pasang maksimum massa air dari Sungai Sekambing yang lebih dingin lebih sedikit yang sampai ke muara sungai dibanding pada saat air menuju pasang. Gambar 27 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air pasang maksimum. 30 31 32 33 34 35 40 30 31 32 33 40 30 42 43 42 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Pola isotherm yang sama antara kondisi air menuju pasang dengan pasang maksimum juga ditemukan di muara kanal pendingin, meskipun menunjukkan fenomena yang sebaliknya. Adapun hasil simulasi untuk titik cuplik yang sama di muara kanal pendingin menunjukkan nilai suhu yang tinggi pada saat air pasang maksimum dibanding dengan saat air menuju pasang. Hal ini disebabkan massa air yang lebih dingin dari laut yang sampai ke muara kanal pendingin pada saat pasang maksimum lebih besar dibanding pada saat air menuju pasang. Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 o C, dimana suhu 41 o C ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu dari di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41 o Gambar di atas juga menunjukkan bahwa garis isoterm pada bagian tengah perairan untuk kondisi pasang maksimum memiliki pola yang sama dengan kondisi menuju pasang, dimana buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah selatan daerah model. Hal ini juga disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang. C sampai suhu alami perairan. Pada kondisi pasang maksimum panas lebih terdispersi ke bagian selatan perairan mengikuti pola arus permukaan.

4.3.1.2.3 Kondisi Menuju Surut

Pola sebaran suhu pada kondisi pasut menuju surut dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pola sebaran suhu pada saar air menuju surut hampir sama dengan pola pada kondisi air menuju pasang. Meskipun demikian dari hasil simulasi diketahui bahwa untuk titik cuplik yang sama di sekitar muara Sungai Sekambing, suhu pada saat air menuju surut relatif lebih kecil dibanding pada saat air pasang maksimum. Hal ini disebabkan pada kondisi air menuju surut massa air dari Sungai Sekambing lebih dominan di daerah ini, sementara massa air dari kolam pendingin cenderung tidak sebesar pada saat pasang maksimum. Suhu dari outfall 1 buangan air pendingin hingga muara outfall 1 bersifat homogen dengan suhu sebesar 44 o C. Sementara untuk Sekambing Baltim kolam pendingin suhu bervariasi antara 39-43 o C, dimana suhu 39 o C ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39 o C ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40 o Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 C. o C, dimana suhu 41 o C ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41 o C sampai suhu alami perairan. Pada kondisi menuju surut, panas lebih terdispersi ke bagian selatan perairan mengikuti pola arus permukaan. Gambar 28 Pola sebaran suhu o Garis isotherm pada bagian tengah perairan untuk kondisi menuju surut memiliki pola yang sama dengan kondisi pasang maksimum, dimana buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju surut. 30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 42 31 30 33 42 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat selatan daerah model. Hal ini juga disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang. 4.3.1.2.4 Kondisi surut maksimum Pola sebaran suhu pada kondisi surut maksimum menunjukkan pola yang sama dengan kondisi pasut menuju surut Gambar 29, dimana suhu dari outfall 1 limbah air pendingin hingga muara outfall 1 bersifat homogen dengan suhu sebesar 44 o C. Sementara untuk Sekambing Baltim kolam pendingin suhu bervariasi antara 39-43 o C, dimana suhu 39 o C ditemukan di daerah aliran Sungai Sekambing, suhu 39 o C ditemukan di muara Sungai Sekambing, dan radius 30 m dari muara sungai suhu menjadi 40 o C. Gambar 29 Pola sebaran suhu o Suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air surut maksimum. o C, dimana suhu 41 o C ditemukan di muara kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa 30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 42 30 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat panas kemudian terdispersi ke arah utara, selatan dan timur perairan. Suhu di luar kanal pendingin pada kondisi ini bervariasi antara 41 o Pada kondisi surut maksimum, panas terdispersi dengan luasan lebih kecil di wilayah perairan dibanding dengan kondisi menuju surut. Hal ini dapat dilihat pada isoterm di belakang Pulau Sieca, dimana isoterm dengan suhu 30 C sampai suhu alami perairan. o

4.3.2 Profil Suhu pada Musim Kemarau untuk Kondisi Pasut Purnama

C untuk kondisi pasut menuju surut menunjukkan cakupan yang lebih luas daripada kondisi surut maksimum.

4.3.2.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu dengan kondisi cuplik yang sama surut menuju pasang, menunjukkan adanya kesamaan pola untuk kondisi perbani dan kondisi purnama namum mempunyai besaran yang berbeda. Perbedaan suhu dengan stasiun cuplik yang sama untuk kedua kondisi pasut ini bervariasi antara 0.01-0.60 o Sama dengan kondisi perbani, besarnya perbedaan suhu secara vertikal bervariasi menurut jarak dari sumber limbah air pendingin. Gambar 30 di bawah menjelaskan bahwa untuk titik cuplik 1 dan 2 menunjukkan lapisan homogen dengan suhu sebesar 44 C, dimana suhu pada kondisi pasut purnama relatif lebih besar untuk stasiun cuplik dari kolam pendingin sampai hulu kanal pendingin. Selanjutnya di laut lepas, sebaran suhu baik horizontal maupun vertikal untuk kondisi pasut perbani lebih besar dibanding kondisi pasut purnama untuk stasiun cuplik yang sama. o C =pasut perbani, untuk titik cuplik 3 sampai 7 menunjukkan adanya variasi suhu yang kecil yakni 0.04-0.09 o C =pasut perbani dan titik cuplik 8 dan 9 menunjukkan adanya lapisan homogen secara vertikal =pasut perbani. Meskipun variasi suhu antara pasut perbani sama dengan pasut purnama, namun nilai suhu pada saat purnama lebih besar dibanding saat pasut perbani. Hal ini disebabkan karena hasil simulasi untuk pasut perbani dicuplik pada saat air pasang sedangkan untuk pasut purnama dicuplik pada saat air surut, sehingga massa air laut dari muara kanal lebih banyak yang masuk sampai ke titik cuplik ini pada pasut perbani dibandingkan pasut purnama. Perbedaan suhu secara vertikal di muara kanal titik cuplik 10 menunjukkan adanya variasi suhu yang cukup besar yakni sekitar 0.4 o C pasut perbani dimana suhu permukaan adalah 41.6 o C pasut perbani dan pada lapisan bawah 41.2 o C pasut perbani. Variasi suhu lebih besar pada saat perbani menunjukkan adanya fenomena pasang surut yang berbeda antara waktu cuplik saat purnama dengan saat perbani. Sementara nilai suhu pada saat purnama lebih besar disebabkan karena hasil simulasi untuk pasut perbani dicuplik pada saat air pasang sedangkan untuk pasut purnama dicuplik pada saat air surut. Keterangan : titik cuplik TC menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 30 Struktur vertikal suhu o Perbedaan suhu yang lebih besar ditunjukkan pada titik cuplik 11, 12 dan 13 dengan variasi suhu secara vertikal bervariasi antara 1.52-2.57 C hasil simulasi pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama. o C pasut perbani, dasar perairan dasar perairan Outfall 1 P. Sieca Muara Kanal Dasar Perairan Dasar Perairan o C dengan suhu permukaan bervariasi antara 35.09-37.89 o C pasut perbani dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.57-35.24 o Sementara untuk titik cuplik selanjutnya menunjukkan lapisan yang cenderung homogen dengan suhu permukaan bervariasi antara 34.6-31.97 C pasut perbani. Variasi suhu arah vertikal pada saat purnama lebih besar dibanding saat perbani pada titik cuplik ini juga disebabkan oleh perbedaan waktu cuplik kedua kondisi pasut tersebut. Sementara suhu permukaan pada saat purnama lebih kecil dibanding saat perbani disebabkan limpasan air dari laut ke titik cuplik ini pada saat purnama lebih besar. o C dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.5-31.9 o Dengan demikian struktur vertikal suhu dari sumber buangan air pendingin ke laut lepas untuk waktu cuplik pasut purnama juga dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni lapisan homogen dan lapisan terstratifikasi. Lapisan homogen ditemukan mulai dari outfall buangan limbah air pendingin sampai ke muara kanal dan dari bagian tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca. Adapun lapisan terstratifikasi ditemukan di muara kanal sampai ke bagian tengah laut lepas. C. Kondisi ini menunjukkan bahwa dinamika pola dispersi thermal di Perairan Bontang sangat ditentukan oleh pasut.

4.3.2.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

Secara umum pola sebaran suhu untuk pasut purnama menunjukkan pola dan besaran yang relatif berbeda untuk keempat kondisi cuplik menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum. Hal ini disebabkan oleh perubahan elevasi muka laut yang cenderung besar pada pasut purnama untuk keempat kondisi tersebut. Selisih elevasi muka laut untuk kondisi pasang maksimum dan surut maksimum terbesar yang tercatat dari hasil pengamatan adalah 2.37 m. Kondisi ini menyebabkan gaya turbulensi yang ditimbulkan oleh pasang surut relatif berbeda untuk keempat kondisi cuplik tersebut sehingga pola sebaran suhu juga relatif berbeda. Penjelasan tentang hal ini diuraikan berdasarkan hasil simulasi untuk empat kondisi cuplik sebagai berikut.

4.3.2.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu pada kondisi menuju pasang menunjukkan adanya perbedaan suhu dibeberapa lokasi dalam kolam pendingin lihat Gambar 31. Dimana suhu di muara Sungai Sekambing Baltim Sekambing Baltim I mencapai 39 o C, selanjutnya radius 30 meter dari muara sungai suhu berkisar antara 39-40 o C dan suhu 40-41 o C ditemukan dalam radius 30–60 meter dari muara sungai. Adapun suhu di Sekambing Baltim II 60-120 m dari muara sungai suhu berada dalam kisaran 40- 42 o C dan selanjutnya kisaran suhu 41-43 o C ditemukan di Sekambing Baltim III. Gambar 31 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju pasang. Suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju pasang berada dalam kisaran 41-42 o C, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43 o C. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 38-41 o C, dimana suhu 38 o C ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 41 o C ditemukan di hulu kanal pendingin. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah selatan menuju Selat Nyerakat. 30 32 34 35 38 31 32 40 43 42 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Di depan muara kanal hingga radius 30 meter suhu tercatat mengalami penurunan menjadi 37 o C termasuk di sebagian Sekambing Muara I yang sebagian lagi menunjukkan suhu antara 32-37 o C. Adapun Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 34-35 o C, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-34 o C. Sementara itu di depan Pulau Sieca suhu bervariasi antara 31-32 o C, dan di belakang Pulau ini suhu berada pada kondisi alami yakni berkisar antara 29-30 o

4.3.2.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

C. Pola sebaran suhu pada kondisi pasang maksimum menunjukkan pola yang sama dengan kondisi menuju pasang terutama suhu dalam kolam pendingin, namun demikian suhu pada kondisi pasang maksimum menunjukkan nilai yang relatif lebih rendah pada stasiun yang sama Gambar 32. Gambar 32 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air pasang maksimum. 30 32 34 35 41 31 32 40 43 42 30 42 33 31 41 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Pada kondisi pasang maksimum, suhu di muara Sungai Sekambing mencapai 38 o C, selanjutnya radius 30 meter dari muara sungai suhu berkisar antara 39-40 o C dan suhu 40-41 o C ditemukan dalam radius 30-60 meter dari muara sungai. Adapun suhu di Sekambing Baltim II 60-120 m dari muara sungai suhu berada dalam kisaran 40-42 o C dan selanjutnya kisaran suhu 41-43 o Suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju pasang berada dalam kisaran 41-42 C ditemukan di Sekambing Baltim III. o C, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43 o C. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 35-41 o C, suhu 35 o C ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 41 o Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah selatan menuju Selat Nyerakat. Di depan muara kanal hingga radius 30 meter suhu tercatat mengalami penurunan menjadi 34 C ditemukan di hulu kanal pendingin. o C termasuk di sebagian Sekambing Muara I yang sebagian lagi menunjukkan suhu antara 30-35 o C. Adapun Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 33-34 o C, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-33 o

4.3.2.2.3 Kondisi Menuju Surut

C. Pada kondisi menuju surut massa buangan air pendingin lebih jauh terdorong dari outfal, yang ditandai oleh naiknya suhu di dalam kolam pendingin dan di muara kanal pendingin Gambar 33. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan massa air menuju laut lepas pada kondisi pasut menuju surut. Namun demikian suhu di hulu Sungai Sekambing justru menunjukkan adanya penurunan suhu mencapai 36 o C, hal ini disebabkan oleh limpasan air sungai dengan suhu lebih rendah lebih terdorong masuk ke kolam pendingin. Adapun suhu di Sekambing Baltim II 60-120 m dari muara sungai suhu berada dalam kisaran 40- 42 o C dan selanjutnya kisaran suhu 41-42 o C ditemukan di Sekambing Baltim III. Sementara suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju surut berada dalam kisaran 41-42 o C, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43 o C. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 o C, suhu 41 o C ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 42 o C ditemukan di hulu kanal pendingin. Gambar 33 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju surut. Dari muara kanal pendingin kelihatan bahwa panas kemudian lebih banyak terdispersi ke arah timur menuju Pulau Sieca yang menyebabkan suhu di depan pulau ini bervariasi antara 32-33 o C, sementara suhu di belakang pulau tercatat bervariasi antara 29-30 o C. Adapun suhu di Sekambing Muara I bervariasi antara 36-40 o C, Sekambing Muara II mempunyai kisaran suhu antara 33-34 o C, dan dari Sekambing Muara II hingga bagian dalam Teluk Sekangat suhu terus mengalami penurunan yang bervariasi antara 30-33 o

4.3.2.2.4 Kondisi Surut Maksimum

C. Pada kondisi surut maksimum kolam pendingin mengalami kenaikan suhu, hal ini dapat dilihat dari perubahan isoterm dengan suhu 42 o C lebih melebar sampai 30 32 34 41 31 32 40 43 30 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat ke Sekambing Bulu, demikian pula isoterm dengan suhu 43 o C lebih meluas ke arah kanal pendingin. Gambar 34 di bawah menunjukkan bahwa pola suhu di wilayah Sekambing Baltim I, II dan III pada kondisi surut hampir sama dengan pola pada kondisi pasut sebelumnya, meskipun nilai suhu lebih tinggi pada kondisi surut maksimum untuk titik yang sama. Gambar 34 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim kemarau untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air surut maksimum. Sementara itu di Sekambing Muara I menunjukkan suhu bervariasi antara 33- 40 o C, Sekambing Muara II bervariasi antara 33-35 o C, Teluk Sekangat bervariasi antara 29-33 o C, bagian depan Pulau Sieca 31-32 o C dan bagian belakang Pulau Sieca bervariasi antara suhu alami sampai suhu 30 o C. 30 32 34 35 41 31 32 31 40 43 42 30 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat 4.3.3 Profil Suhu pada Musim Hujan untuk Kondisi Pasut Perbani 4.3.3.1 Struktur Vertikal Suhu Struktur vertikal suhu pada musim hujan berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan model POM 3-Dimensi menunjukkan adanya perairan terstratifikasi dimana terjadi perbedaan suhu secara vertikal. Sama dengan pada musim kemarau, pada musim hujan juga ditemukan bahwa perbedaan suhu secara vertikal bervariasi menurut jarak dari sumber limbah air pendingin. Gambar 35 di bawah menjelaskan bahwa untuk titik cuplik 1 sampai 2 atau sekitar 210 meter dari outfall menunjukkan lapisan homogen dengan suhu sebesar 44 o C, untuk titik cuplik 3 sampai 7 menunjukkan adanya variasi suhu yang kecil yakni 0.04-0.10 o C musim kemarau, dan titik cuplik 8 sampai 9 menunjukkan adanya lapisan homogen secara vertikal. Keterangan : titik cuplik TC menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 35 Struktur vertikal suhu o C hasil simulasi pada musim hujan untuk kondisi pasut perbani. Dasar perairan Dasar perairan Outfall 1 P. Sieca Muara Kanal Dasar Perairan Dasar Perairan o C Perbedaan suhu secara vertikal di muara kanal titik cuplik 10 menunjukkan adanya variasi suhu yang cukup besar yakni sekitar 0.41 o C musim kemarau dimana suhu permukaan adalah 41.45 o C musim kemarau dan pada lapisan bawah 41.04 o Perbedaan suhu yang lebih besar ditunjukkan pada titik cuplik 11 sampai 13 dengan variasi suhu secara vertikal bervariasi antara 1.20-2.32 C musim kemarau. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya limpasan air sungai dengan debit yang berbeda, baik dari Sungai Baltim maupun dari Sungai Sekambing Muara, dimana debit sungai pada musim hujan lebih besar dari musim kemarau. o C musim kemarau. Sementara untuk grid selanjutnya menunjukkan lapisan yang cenderung homogen dengan suhu permukaan bervariasi antara 35.10-32.43 o C musim kemarau dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 34.28-32.40 o Dengan demikian struktur vertikal suhu dari sumber limbah air pendingin ke laut lepas dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yakni lapisan homogen dan lapisan terstratifikasi, dimana lapisan homogen ditemukan mulai dari outfall buangan limbah air pendingin sampai ke muara kanal dan dari bagian tengah laut lepas sampai ke Pulau Sieca. Adapun lapisan terstratifikasi ditemukan di muara kanal sampai ke bagian tengah laut lepas. C musim kemarau.

4.3.3.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

Secara umum pola sebaran suhu untuk pasut perbani menunjukkan pola dan besaran yang relatif sama untuk keempat kondisi cuplik menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum. Hal ini disebabkan oleh perubahan elevasi yang relatif kecil pada pasut perbani untuk keempat kondisi tersebut. Meskipun demikian ditemukan adanya perbedaan nilai suhu pada stasiun yang sama pada lokasi tertentu antara musim kemarau dan musim hujan untuk kondisi pasut perbani, dimana suhu pada musim kemarau relatif lebih besar dibandingkan dengan pada musim hujan. Hal ini disebabkan pada skenario musim hujan debit sungai relatif besar dibandingkan dengan skenario musim kemarau.

4.3.3.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu pada saat air menuju pasang dapat dilihat pada Gambar 36, dimana suhu dari outfall 1 buangan air pendingin hingga muara outfall 1 adalah sebesar 44 o C =musim kemarau. Hal ini dapat diketahui dari pola garis isoterm yang menunjukkan suhu yang sama sepanjang garis tersebut. Sementara untuk Sekambing Baltim kolam pendingin suhu bervariasi antara 38-43 o C sama dengan musim kemarau, meskipun pola isoterm dari keduanya menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini terutama terlihat pada pola isoterm dengan suhu 42 o C, dimana sebaran suhu pada musim kemarau dengan suhu 42 o C memiliki luasan yang lebih besar dibanding musim hujan. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya limpasan air yang lebih dingin dari Sungai Sekambing yang relatif lebih besar pada musim hujan dibanding pada musim kemarau. Gambar 36 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju pasang. 30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 42 30 30 42 33 31 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Suhu perairan dalam kanal hingga ujung kanal pendingin bervariasi antara 41- 42 o

4.3.3.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

C =musim kemarau. Selanjutnya setelah keluar ke muara kanal pendingin suhu mengalami penurunan secara gradual hingga mencapai suhu alami perairan. Berdasarkan garis isoterm pada bagian tengah perairan diketahui bahwa buangan air pendingin setelah keluar dari muara kanal pendingin cenderung terdispersi ke arah selatan daerah model. Hal ini disebabkan adanya limpasan air dari laut lepas yang memasuki perairan ini pada saat air menuju pasang. Hasil model sebaran suhu menunjukkan adanya perbedaan sebaran suhu pada musim hujan dan musim kemarau baik dalam kolam pendingin, maupun setelah keluar dari muara kanal pendingin Gambar 37. Gambar 37 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air pasang maksimum. 30 32 34 35 41 31 32 33 41 43 41 30 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Perbedaan yang nyata terlihat pada isoterm di Sungai Sekambing, dimana suhu pada musim hujan di lokasi ini lebih rendah akibat adanya limpasan air sungai dengan debit yang lebih besar masuk ke kolam pendingin. Hal yang sama terlihat dibagian tengah kolam pendingin, pada musim hujan isoterm bernilai 42 o

4.3.3.2.3 Kondisi Menuju Surut

C tidak sampai ke Sekambing Bulu, yang berarti suhu pada musim ini relatif lebih kecil. Di luar kanal pendingin, pola sebaran suhu pada musim hujan menunjukkan pola yang relatif sama dengan pada musim kemarau, meskipun demikian nampak bahwa cakupan luasan dengan suhu lebih tinggi ditemukan lebih luas pada musim kemarau. Hal ini jelas terlihat pada isoterm di Teluk Nyerakat, depan dan belakang Pulau Sieca. Pola sebaran suhu pada saat air menuju surut dapat dilihat pada Gambar 38. Pada kondisi ini massa buangan air pendingin lebih jauh terdorong dari outfall. Gambar 38 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air menuju surut. 30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 41 30 30 42 33 31 41 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat Suhu di Sekambing Baltim II 60-120 m dari muara sungai suhu berada dalam kisaran 40-42 o C dan selanjutnya kisaran suhu 41-42 o C ditemukan di Sekambing Baltim III. Sementara suhu di Sekambing Bulu I pada kondisi pasut menuju surut berada dalam kisaran 41-42 o C, sementara di Sekambing Bulu II suhu berkisar antara 42-43 o C. Adapun suhu di kanal pendingin bervariasi antara 41-42 o C, suhu 41 o C ditemukan di muara kanal pendingin dan suhu 42 o

4.3.3.2.4 Kondisi Surut Maksimum

C ditemukan di hulu kanal pendingin. Pola sebaran suhu pada saat air surut maksimu dapat dilihat pada Gambar 39. Pada kondisi ini massa buangan air pendingin lebih jauh terdorong dari outfall. Gambar 39 Pola sebaran suhu o Besarnya debit air sungai yang memasuki perairan pada musim hujan dibanding musim kemarau mengakibatkan luasan sebaran suhu pada musim hujan C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut perbani yang dicuplik pada saat air surut maksimum. 30 32 34 35 41 31 32 33 40 43 41 30 30 42 33 31 41 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat lebih kecil. Hal ini disebabkan air pendingin dengan suhu tinggi yang keluar dari outfall bercampur dengan air dingin dari sungai, sehingga suhu air pendingin tersebut menjadi turun dan luasan perairan yang terpapar juga menjadi lebih kecil dibanding musim kemarau. 4.3.4 Profil Suhu pada Musim Hujan untuk Kondisi Pasut Purnama

4.3.4.1 Struktur Vertikal Suhu

Untuk mengetahui pengaruh musim terhadap pola dispersi thermal di Perairan Bontang, maka dilakukan perbandingan antara hasil simulasi pada musim kemarau dengan musim hujan untuk kondisi pasut yang sama, dalam hal ini pasut purnama. Sama dengan pada musim kemarau, besarnya perbedaan suhu secara vertikal pada musim hujan juga bervariasi menurut jarak dari sumber buangan air pendingin. Gambar 40 di bawah menjelaskan bahwa untuk titik cuplik 1 dan 2 menunjukkan lapisan homogen dengan suhu sebesar 44 o C =musim kemarau. Adapun untuk titik cuplik 3 pada musim hujan menunjukkan lapisan homogen sementara pada musim kemarau tidak. Untuk titik cuplik 4 sampai 7 menunjukkan adanya variasi suhu yang kecil yakni 0.03-0.08 o Perbedaan suhu secara vertikal di muara kanal titik cuplik 10 menunjukkan adanya variasi suhu yang cukup besar yakni sekitar 0.1 C musim kemarau dan titik cuplik 8 dan 9 menunjukkan adanya lapisan homogen secara vertikal =musim kemarau. o C musim kemarau dimana suhu permukaan adalah 41.33 o C musim kemarau dan pada lapisan bawah 41.23 o Pada titik cuplik 11, 12 dan 13, variasi suhu secara vertikal bervariasi antara 1.58-3.65 C musim kemarau. Variasi suhu arah vertikal, suhu permukaan yang lebih kecil dan suhu pada lapisan bawah yang lebih besar pada musim hujan dibandingkan dengan pada musim kemarau di titik cuplik ini menunjukkan adanya pengaruh limpasan air sungai terhadap suhu Perairan Bontang meskipun sangat kecil. o C musim kemarau, dengan suhu permukaan bervariasi antara 35.11- 38.87 o C musim kemarau dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.53-35.22 o C musim kemarau. Variasi suhu arah vertikal pada musim hujan lebih besar dibanding pada musim kemarau pada titik cuplik ini menunjukkan limpasan air sungai yang memasuki perairan Bontang bergerak ke dasar perairan, yang mengakibatkan suhu di lapisan bawah lebih rendah pada musim hujan. Keterangan : titik cuplik TC menunjukkan jarak suatu titik dari outfall 1 TC 1 = 30 m TC 2 = 420 m TC 3 = 750 m TC 4 = 930 m TC 5 = 1 050 m TC 6 = 1 170 m TC 7 = 1 350 m TC 8 = 1 620 m TC 9 = 1 800 m TC 10= 2 160 m TC 11 = 2 310 m TC 12 = 2 520 m TC 13 = 2 580 m TC 14 = 2 700 m TC 15= 2 880 m TC 16= 3 000 m TC 17= 3 180 m TC 18= 3 300 m TC 19= 3 450 m TC 20= 3 540 m Gambar 40 Struktur vertikal suhu o Sementara untuk titik cuplik selanjutnya menunjukkan lapisan yang cenderung homogen dengan suhu permukaan bervariasi antara 34.6-31.97 C hasil simulasi pada musim hujan untuk kondisi pasut purnama. o C dan suhu lapisan bawah bervariasi antara 33.5-31.9 o

4.3.4.2 Pola Sebaran Suhu Permukaan

C. Kondisi ini menunjukkan bahwa dinamika pola dispersi thermal di Perairan Bontang sangat ditentukan oleh pasut. Berbeda dengan pola sebaran suhu permukaan pada saat pasut perbani, pada saat pasut purnama ditemukan adanya perbedaan yang ekstrim untuk empat kondisi cuplik menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum Dasar perairan Dasar perairan Outfall 1 P. Sieca Muara Kanal Dasar Perairan Dasar Perairan o C terurama perbedaan antara saat air pasang dengan saat air surut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tunggang pasut yang cukup besar untuk ke-4 kondisi cuplik tersebut pada saat pasut purnama. Perbedaan ini menyebabkan proses turbulensi dan pergeseran massa air relatif sangat dinamis.

4.3.4.2.1 Kondisi Menuju Pasang

Pola sebaran suhu permukaan pada saat purnama untuk kondisi menuju pasang menunjukkan adanya limpasan air dari laut lepas ke wilayah pantai, akibatnya massa air panas dari outfall terdorong kembali ke arah kolam pendingin, hal ini dapat dilihat dengan rendahnya suhu di muara kanal pendingin dari suhu normal yakni 38 o C Gambar 41. Sementara di bagian selatan daerah model nampak massa air panas lebih terdorong ke arah Teluk Nyerakat, sebaliknya di bagian utara massa air panas cenderung terdorong ke arah muara kanal pendingin. Gambar 41 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju pasang. 30 32 34 35 41 31 32 40 43 41 30 42 33 31 38 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat

4.3.4.2.2 Kondisi Pasang Maksimum

Rendahnya suhu di muara kanal pendingin 35 o C Sementara massa air panas di dalam kolam pendingin semakin terdorong ke arah muara Sungai Sekambing yang menyebabkan suhu di daerah ini meningkat dari suhu sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan pola isoterm antara Gambar 40 dengan Gambar 41, dimana Gambar 41 menunjukkan pola isoterm dengan nilai 42 pada kondisi pasang maksimum menunjukkan massa air panas dari outfall semakin terdorong kembali ke arah kolam pendingin oleh massa air dari laut lepas. Demikian pula massa air panas di bagian utara daerah model terdorong ke muara kanal pendingin terlihat dari pola isoterm dengan suhu tinggi bergerak ke arah utara Gambar 42. o C cenderung lebih terdorong kearah outfall dan isoterm 41 o C lebih terdorong ke muara Sungai Sekambing dibandingkan dengan Gambar 40. Gambar 42 Pola sebaran suhu o C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air pasang maksimum. 30 32 34 35 41 31 32 32 40 41 30 35 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat

4.3.4.2.3 Kondisi Menuju Surut

Pola sebaran suhu permukaan pada saat menuju surut ditunjukkan dalam Gambar 43 berikut. Pada kondisi ini terlihat bahwa massa buangan air pendingin lebih terdorong ke muara kanal dan laut lepas. Hal ini diketahui dengan meningkatnya suhu di muara kanal pendingin 41 o C dan bergesernya isoterm ke arah laut lepas. Adapun pola sebaran suhu di bagian selatan model menunjukkan pergeseran ke arah utara model. Gambar 43 Pola sebaran suhu o Pada saat air menuju surut pola sebaran suhu cenderung bergeser ke arah selatan. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan pola sebaran suhu pada Gambar 42 dengan gambar sebelumnya untuk kondisi musim hujan saat pasut purnama. Terlihat bahwa pada Gambar 42 pola isoterm suhu 30 C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air menuju surut. o C di selatan lebih bergeser ke utara, sedangkan isoterm 30 o C di utara relatif bergeser ke selatan. 30 32 35 41 31 32 31 40 43 41 30 30 42 33 31 41 o C Li ntang Utara derajat Bujur Timur derajat 4.3.4.2. 4 Kondisi Surut Maksimum Pada saat surut maksimum terlihat bahwa massa air panas semakin jauh terdorong ke arah laut lepas, hal ini tampak dari isoterm yang bergeser ke arah laut lepas. Sebaliknya pola sebaran suhu di bagian selatan semakin bergeser ke arah utara Gambar 44. Suhu dalam kolam pendingin mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dari perubahan isoterm dengan suhu 42 o C lebih melebar sampai ke Sekambing Bulu, demikian pula isoterm dengan suhu 43 o C lebih meluas ke arah kanal pendingin. Gambar 44 Pola sebaran suhu o

4.4 Kualitas Buangan Air Pendingin

C hasil simulasi sebagai dampak pembuangan air pendingin ke lingkungan pada musim hujan untuk kondisi pasut purnama yang dicuplik pada saat air surut maksimum. Parameter utama untuk limbah air pendingin adalah suhu, salinitas, pH, klorin dan minyaklemak. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 untuk musim hujan dan musim kemarau diketahui bahwa parameter- parameter tersebut semuanya masih memenuhi standar Baku Mutu Lingkungan 30 32 34 35 41 31 32 41 43 41 30 30 42 33 31 o C Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat BML berdasarkan SK Gubernur Kalimantan Timur No. 6 Tahun 2002 Lampiran I. Meskipun demikian, salah satu parameter limbah air pendingin yaitu suhu menunjukkan perbedaan yang relatif besar dengan suhu alami air laut yakni sekitar 12-14 o Dari hasil pemantauan kualitas limbah air pendingin di atas, diketahui bahwa parameter yang paling melampaui kondisi ambien perairan adalah parameter suhu. Kondisi yang sama juga ditunjukkan dari hasil pemantauan kualitas abiotik perairan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bontang tahun 2007 Tabel 1, dimana parameter suhu di outlet PT. Badak NGL menunjukkan nilai yang jauh lebih besar dari suhu alami perairan. C. Hasil pemantauan kualitas limbah air pendingin untuk musim hujan dan musim kemarau tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun kualitas air pendingin tahun 2009 disajikan dalam Tabel 9 di bawah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi sumberdaya pesisir di sekitar PT. Badak NGL sangat ditentukan oleh adanya kenaikan suhu akibat buangan air pendingin dari perusahaan tersebut. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada analisis dampak kenaikan suhu perairan akibat adanya buangan air pendingin terhadap fitoplankton dan terumbu karang.

4.5 Kualitas Air Laut di sekitar PT. Badak NGL

Untuk menguatkan hipotesis bahwa suhu memiliki peranan yang paling dominan terhadap keberadaan biota laut di perairan sekitar PT. Badak NGL, maka dilakukan pengukuran berbagai parameter kualitas air dengan memilih stasiun pengukuran di dalam lokasi penelitian dan di sekitar lokasi penelitian yang tidak terkena dampak oleh limbah tersebut. Dalam hal ini pengukuran kualitas air dilakukan di Muara Kanal Pendingin MKP untuk mewakili wilayah yang kena dampak secara langsung, Cooling Water Intake CWI untuk mewakili wilayah yang relatif kena dampak dan Berbas Barat Pantai BBP untuk mewakili wilayah yang tidak kena dampak. Hasil pengukuran berbagai parameter kualitas air sepanjang tahun pada musim hujan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa secara umum wilayah ini masih berada dalam Baku Mutu Lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I, baik pasang maupun surut.