Kualitas Air Laut di sekitar PT. Badak NGL

Tabel 9 Hasil pemantauan kualitas buangan air pendingin PT. Badak NGL Bulan Maret dan September 2009 No Parameter Satuan Kode Sampel BML AB CD EF GH MKP Bulan Maret 2009 Kondisi Air Laut Pasang 1 Suhu o 42.5 C 43.6 43.0 40.0 39.0 45 2 Salinitas ‰ 31.6 31.9 31.8 31.4 31.6 alami 3 pH 8.18 8.29 8.25 8.15 8.17 6-9 4 Klorin Cl 2 mgl ttd ttd ttd ttd 0.01 2 5 MinyakLemak mgl 2 2 2 1 2 25 Kondisi Air Laut Surut 1 Suhu o 41.5 C 42.8 43.3 42.9 38.4 45 2 Salinitas ‰ 31.1 31.2 31.4 31.2 30.2 alami 3 pH 8.20 8.05 8.15 8.15 8.30 6-9 4 Klorin Cl 2 mgl ttd ttd ttd ttd ttd 2 5 MinyakLemak mgl 2 1 3 1 2 25 Bulan Agustus 2009 Kondisi Air Laut Pasang 1 Suhu o 42.5 C 42.9 44.4 43.2 39.0 45 2 Salinitas ‰ 31.0 31.0 31.0 31.0 31.0 alami 3 pH mgl 7.97 8.01 8.00 8.00 8.07 6-9 4 Klorin Cl 2 mgl ttd ttd ttd ttd 0.01 2 5 MinyakLemak mgl 2 2 2 1 2 25 Kondisi Air Laut Surut 1 Suhu o 41.6 C 42.8 43.2 42.2 38.58 45 2 Salinitas ‰ 31.5 31.2 31.2 32.5 32 alami 3 pH 8.12 8.10 8.20 8.00 8.11 6-9 4 Klorin Cl 2 mgl ttd ttd ttd ttd ttd 2 5 MinyakLemak mgl 1 2 2 2 1 25 Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan : Ttd = tidak terdeteksi BML=Baku Mutu Lingkungan SK Gubernur Kalimantan Timur No. 26 Tahun 2002 Lampiran I AB = Outfall train A B; CD = Outfall train C D; EF = Outfall train E F; GH = Outfall train G H; MKP = Muara Kanal Pendingin Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4 Perbandingan antara parameter kualitas air dalam daerah model dengan parameter kualitas air di sekitar daerah model menunjukkan nilai yang relatif sama kecuali parameter suhu yang berbeda secara ekstrim. Kondisi ini dapat dilihat dalam Tabel 10 untuk Maret 2009 dan dalam Lampiran 7 untuk kondisi air laut Maret 2008. Tabel 10 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut di sekitar PT. Badak NGL Bulan Maret 2009 No Parameter Satuan Sampel BML Air Laut Pasang Air Laut Surut MKP BBP CWI MKP BBP CWI Fisika 1 Suhu o 34.0 C 31.6 31.0 39.8 31.5 30.2 alami 2 Bau tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 3 Sampah nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil 4 Lapisan minyak nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil 5 Salinitas o 31.7 oo 30.5 32.5 30.7 27.9 31.8 alami 6 Kecerahan m 5.00 2.75 4.00 3.30 2.00 3.40 Kimia 7 pH 8.26 8.29 8.30 8.19 7.95 8.27 6 – 9 8 H 2 mgl S 0.02 0.02 0.03 0.02 0.03 0.03 0.03 9 NH 3 mgl N 0.01 0.02 0.02 0.06 0.06 0.05 1 10 DO mgl 7.24 6.67 6.95 6.94 6.16 6.94 4 11 BOD mgl 5 8.60 8.45 7.25 7.18 7.80 7.14 45 12 COD mgl 54.22 52.10 48.45 50.76 58.45 60.12 80 13 PO 4 mgl -P 0.02 0.04 0.03 0.01 0.04 0.02 - 14 Lemak mgl 1 1 1 2 2 ttd 5 15 Total Phenol mgl 0.38 0.39 0.42 0.35 0.36 0.40 - 16 Hidrokarbon mgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 17 PCB mgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 18 Tri Butil Tin µgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 19 Raksa Hg mgl 0.9 0.8 1.1 1.0 1.0 ttd 3 20 Seng Zn mgl 0.027 0.027 0.032 0.019 0.028 0.022 0.1 Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan : Ttd = tidak terdeteksi = sangat kecil BML=Baku Mutu Lingkungan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I MKP = Muara Kanal Pendingin, BBP = Berbas Barat Pantai CWI = Cooling Water Intake Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4 Kondisi yang sama ditunjukkan pada musim kemarau, dimana parameter kualitas air relatif masih berada dalam kriteria Baku Mutu Lingkungan kecuali suhu. Kondisi ini dapat dilihat dalam Tabel 11 untuk bulan Agustus 2009 dan pada Lampiran 8 untuk kondisi September 2008. Tabel 11 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut di PT Badak NGL Agustus 2009 No Parameter Satuan Sampel BML Air Laut Pasang Air Laut Surut MKP BBP CWI MKP BBP CWI Fisika 1 Suhu o 37.5 C 30.9 30.1 38.5 30.3 29.7 alami 2 Bau tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak 3 Sampah nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil 4 Lapisan minyak nihil nihil nihil nihil nihil nihil nihil 5 Salinitas o 32.5 oo 31.0 32.0 31.2 31.2 30 alami 6 Kecerahan m 3.15 2.0 5.5 3.75 1.5 5.2 - Kimia 7 pH 8.12 7.93 8.22 7.72 7.67 5.58 6-9 8 H 2 mgl S 0.2 0.12 0.16 0.02 0.24 0.08 0.03 9 NH 3 mgl N 0.06 0.07 0.08 0.06 0.09 0.08 1 10 DO mgl 7.15 7.16 8.24 6.61 6.18 7.85 4 11 BOD mgl 5 8.60 9.45 7.34 8.23 7.90 6.80 45 12 COD mgl 54.64 58.45 49.90 54.31 54.35 56.64 80 13 PO 4 mgl -P 0.02 0.04 0.01 0.04 0.04 0.03 - 14 Lemak mgl 2.50 1.50 2.50 4.50 4.00 4.50 5 15 Total Phenol mgl 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 0.02 - 16 Deterjen mgl ttd 0.01 ttd ttd ttd ttd 1 17 Hidrokarbon mgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 18 PCB mgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 19 Tri Butil Tin mgl ttd ttd ttd ttd ttd ttd - 20 Raksa Hg µgl 2.5 ttd ttd ttd ttd ttd 3 21 Seng Zn mgl 0.032 0.031 0.031 0.029 0.032 0.028 0.1 Sumber : PT. Badak NGL 2009 Keterangan : Ttd = tidak terdeteksi = sangat kecil BML=Baku Mutu Lingkungan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran I MKP = Muara Kanal Pendingin, BBP = Berbas Barat Pantai CWI = Cooling Water Intake Letak masing-masing stasiun dapat dilihat pada Gambar 4 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa parameter kualitas air yang paling dominan mempengaruhi kualitas lingkungan perairan akibat adanya buangan air pendingin dari PT. Badak NGL ke laut adalah parameter suhu.

4.6 Struktur Vertikal Suhu dan Kondisi Fitoplankton di Stasiun Pengambilan Sampel Fitoplankton

Untuk mengetahui dampak kenaikan suhu terhadap fitoplankton dengan menggunakan model dispersi thermal, maka waktu dan titik cuplik simulasi untuk struktur vertikal suhu dan pola arus disesuaikan dengan waktu dan titik pengambilan sampel fitoplankton. Dalam hal ini periode cuplik hasil simulasi dilakukan untuk 2 musim yakni bulan Agustus 2009 musim kemarau dan Maret 2010 musim hujan dengan memperhatikan kondisi pasut purnama atau perbani. Pola arus hasil simulasi dalam penelitian ini dicuplik untuk setiap kondisi pengambilan sampel fitoplankton. Namun demikian, dalam disertasi ini gambar pola arus dari hasil cuplik tersebut tidak ditampilkan kecuali pada Stasiun A. 4.6.1 Stasiun A 4.6.1.1 Musim Kemarau

4.6.1.1.1 Struktur Vertikal Suhu

Struktur vertikal suhu di Stasiun A pada bulan Agustus 2009 musim kemarau menunjukkan adanya lapisan terstratifikasi baik pada saat purnama maupun saat perbani, dimana suhu pada lapisan permukaan lebih besar daripada lapisan di bawahnya. Untuk menyesuaikan dengan waktu pengambilan sampel fitoplankton, maka hasil simulasi dicuplik pada langkah waktu internal iint = 347 040 atau tanggal 20 Agustus 2009 jam 10.00 purnama saat air pasang dan iint = 483 840 atau tanggal 28 Agustus 2009 jam 08.00 perbani saat air surut masing-masing untuk mewakili musim kemarau pada kondisi pasut purnama dan pasut perbani. Ada perbedaan antara suhu hasil simulasi dengan suhu hasil pengukuran, dimana suhu permukaan hasil simulasi pada saat purnama adalah 42.29 o C lebih besar dari suhu hasil pengukuran yakni 42.00 o C. Demikian pula pada saat perbani terdapat perbedaan dimana suhu permukaan hasil simulasi adalah 42.08 o C sedangkan hasil pengukuran sebesar 42.01 o C. Struktur vertikal suhu pada musim kemarau dapat dilihat pada Gambar 45 di bawah. Gambar 45 Profil suhu vertikal o Sementara suhu rata-rata di Stasiun A hasil simulasi pada musim kemarau diberikan dalam Tabel 12 berikut. Suhu rata-rata ini diperoleh dari hasil cuplik empat kondisi pasut yakni pada saat air menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum. C saat pengambilan sampel fitoplankton di Stasiun A pada musim kemarau a kondisi pasang purnama; b kondisi surut perbani. Tabel 12 Suhu rata-rata o Stasiun A C hasil simulasi di Stasiun A pada musim kemarau untuk kondisi cuplik purnama 1 dan perbani 2 Suhu pada masing-masing kondisi cuplik o Suhu rata-rata C o C MP PM MS SM 1 42.29 41.69 41.55 42.44 41.99 2 41.89 42.18 42.03 42.12 42.06 Keterangan : MP=menuju pasang; PM=pasang maksimum; MS=menuju surut; SM=surut maksimum Hasil simulasi pola arus pada saat pengambilan sampel fitoplankton pada musim kemarau saat pasut purnama menunjukkan arus bergerak dari laut ke Muara Kanal dan masuk ke Kolam Pendingin yang berarti kondisi perairan sedang pasang, 20 Agustus 2009 jam 10.00 iint.eq. 347 040 28 Agustus 2009 jam 08.00 iint.eq. 483 840 a b