3.4.2.2 Analisis Sumberdaya Pesisir
Untuk mengetahui dampak kenaikan suhu akibat adanya buangan air pendingin PT. Badak NGL, maka inventarisasi terhadap biota laut yang ada di
sekitar perusahaan perlu dilakukan. Diantara biota laut yang diamati dalam penelitian ini adalah terumbu karang dan fitoplankton.
a. Survei dan Pengamatan Terumbu Karang
Survei dan pengamatan terumbu karang dilakukan pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2010 pada beberapa lokasi yang dapat mewakili zona terkena dampak
dan tidak terkena dampak. Pengamatan zona terkena dampak dilakukan pada Stasiun I dan H, sementara zona yang tidak terkena dampak dilakukan di sekitar
Pulau Melahing dan Pulau Beras Basa Gambar 15. Data kondisi terumbu karang diamati secara visual melalui kegiatan penyelaman dan didokumentasi dengan
menggunakan “underwater camera”. Kondisi terumbu karang diukur dengan mencari nilai tingkat penutupan karang hidup percent coverage berdasarkan
metode bentuk pertumbuhan Benthic Life-form Transect. Pengamatan dilakukan dengan menarik garis transek sepanjang 50 meter
pada kedalaman 3 meter sesuai dengan kontur kedalaman. Pemilihan stasiun pengamatan transek didasarkan pada sampling pertimbangan, yaitu dipilih pada
areal terumbu karang yang kondisinya paling bagus berdasarkan “manta tow” English et al. 1994. Nilai persen tutupan karang hidup, sebagai penduga kondisi
terumbu karang dapat dikategorikan sebagai berikut : Sangat bagus : persen tutupan karang hidup antara 75-100
Bagus : persen tutupan karang hidup antara 50-74.9
Sedang : persen tutupan karang hidup antara 25-49.9
Buruk : persen tutupan karang hidup antara 0-24.9
b. Lokasi dan Metode Sampling Fitoplankton
Lokasi sampling fitoplankton ditentukan berdasarkan hasil simulasi model dispersi thermal yang dilakukan untuk verifikasi model. Hal ini dimaksudkan agar
lokasi sampling yang dipilih dapat mewakili perairan baik yang terkena dampak maupun yang tidak terkena dampak kenaikan suhu akibat buangan air pendingin
PT. Badak NGL. Dalam hal ini dipilih 8 stasiun, dimana 2 stasiun berada dalam kolam pendingin, 3 di depan muara kanal pendingin, 1 di dekat Pulau Sieca dan 2
lainnya di laut. Lokasi pengambilan sampel fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 15.
Keterangan : = Stasiun pengambilan sampel fitoplankton
= Stasiun pengamatan terumbu karang dalam daerah model = Stasiun pengamatan terumbu karang pada suhu alami
= Titik cuplik hasil model
Gambar 15 Stasiun pengambilan sampel fitoplankton dan pengamatan terumbu karang
Selain penentuan lokasi sampling, waktu pengambilan sampel juga dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian antara waktu cuplik hasil model
dengan waktu pengambilan sampel. Untuk itu pengambilan sampel dari stasiun satu ke stasiun lainnya dilakukan dengan selang waktu 30 menit atau 1 jam, agar
dapat disesuaikan dengan langkah waktu simulasi.
P.B.Basa P.Melahing
Lintang Utara derajat
Bujur Timur derajat
K el
. B on
tang L es
tar i
PT. Badak NGL
Se la
t M ak
as sar
Kel. Bontang Lestari
A
D
I
B H
G C
E F
D J
PA1 PA2
SM1 SM2
Metode Sampling Fitoplankton
Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan sebanyak empat kali untuk empat kondisi pada masing-masing stasiun, yakni : Kondisi I musim kemarau
saat pasut purnama dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2009; Kondisi II musim kemarau saat pasut perbani dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2009; Kondisi III
musim hujan saat purnama dilakukan pada tanggal 20 Maret 2010; Kondisi IV musim hujan saat perbani dilakukan pada tanggal 28 Maret 2010.
Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan dengan menggunakan jaring plankton ukuran mesh 20µm dan berdiameter 20 cm hingga diperoleh 100 ml dari
100 liter air, kemudian diawetkan dengan lugol 4. Identifikasi fitoplankton dilakukan hingga tingkat genus menggunakan mikroskop binokuler dan bilik
Sedwgwick Rafter counting cell. Acuan identifikasi fitoplankton dengan menggunakan buku Yamaji 1979 dan buku Jomes 1997.
Kelimpahan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan metode mikrotransect menurut Sachlan 1972 dan dihitung berdasarkan rumus :
N = Σ {AB x CD x 1E x ni} 3.3
Keterangan : N = Jumlah plankton tiap liter
D = Volume sampel yang diamati ml A = Luas cover glass
E = Volume sampel yang diambil liter B = Luas lapang pandang
ni = Jumlah jenis i yang ditemukan C = Volume sampel setelah disaring ml
3.5 Desain dan Skenario Model 3.5.1 Desain Simulasi Model Hidrodinamika