Latar Belakang Analisis zona pesisir terdampak berdasarkan model dispersi thermal dari air buangan sistem air pendingin pt. Badak ngl di perairan bontang kalimantan timur

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi tentang buangan air pendingin dari sistem air pendingin cooling water system dengan menggunakan integrasi model hidrodinamika dan model dispersi thermal 3-dimensi telah mampu mensimulasi keadaan stratifikasi perairan dan menjelaskan distribusi kenaikan suhu secara temporal dan spasial Shahidi et al. 2010; Maderich et al. 2008, serta digunakan untuk menilai dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh meningkatnya suhu perairan akibat aktifitas industri You dan Li 2009; Abbaspour et al. 2005. Banyak kesulitan yang ditemukan dalam observasi langsung terhadap karakteristik distribusi kenaikan suhu dapat dikurangi dengan menggunakan model numerik. Model dapat menjelaskan proses dinamik selama periode observasi lapangan dengan simulasi dan dapat memprediksi dampak kenaikan suhu berdasarkan berbagai skenario hipotetis kondisi alam Wu et al. 2001, Hamrick dan Mills 2000. Adanya kegiatan PT. Badak NGL di Pesisir Bontang yang membuang air pendingin ke perairan memerlukan kajian terhadap pola sebaran suhu mengingat debit buangan air pendingin beberapa train yang beroperasi di perusahaan tersebut cukup besar yakni train A-F sebesar 141 000 m 3 jam, train G sekitar 34 359 m 3 jam, train H sebesar 36 254 m 3 jam Pertamina 2003. Selain debit yang besar, suhu buangan air pendingin tersebut tercatat juga tinggi yang berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan suhu air di muara kanal pendingin train A-F sebesar 43.89 o C saat pasang dan 45.56 o C saat surut sedangkan di lokasi muara pendingin train G terukur 40 o C pada saat pasang dan 40.56 o Suhu merupakan salah satu variable lingkungan paling penting yang mempengaruhi keberlangsungan hidup, pertumbuhan dan reproduksi organisme akuatik. Peningkatan suhu air laut dapat menyebabkan meningkatnya laju metabolisme organisme dan mengurangi konsentrasi oksigen terlarut C pada saat surut Pertamina 2003. Buangan limbah air pendingin di perairan tropis dengan kisaran suhu tersebut berpotensi merusak kehidupan biota laut, karena biota tropis hidup pada suhu yang dekat dengan batas atas toleransi suhu Roessler dan Zieman 1969; Kolehmainen et al. 1974. Poornima et al. 2005. Apabila kadar O 2 sedikit saat suhu air naik, maka hal tersebut dapat mengakibatkan makhluk hidup dalam air mati karena kebutuhan O 2 Sumberdaya pesisir yang kemungkinan terkena dampak akibat naiknya suhu perairan yang disebabkan oleh buangan air pendingin dari PT. Badak NGL di Perairan Bontang diantaranya adalah mangrove, terumbu karang, plankton, bentos dan lain-lain. Biota laut ini secara langsung terpapar oleh buangan air pendingin yang menyebabkan kerusakan dengan tingkat yang berbeda-beda tergantung jarak mereka terhadap sumber buangan air pendingin outfall dan kemampuan bertahan terhadap kenaikan suhu Pertamina 2003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kenaikan suhu 2°C diatas suhu maksimum tahunan dapat menyebabkan efek sublethal hilangnya pigmen zooxanthella pada terumbu karang dan kenaikan 4-5°C menyebabkan kematian pada sebagian besar jenis karang Coles et al. 1976. Adapun untuk fitoplankton, kenaikan suhu hingga 3.4-5.9 tinggi sedangkan yang tersedia sedikit Effendi 2003. o Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan simulasi dengan menggunakan model hidrodinamika dan dispersi thermal 3-dimensi untuk melihat pola sebaran suhu dari buangan air pendingin ke badan air serta melakukan identifikasi sumberdaya pesisir yang ada di sekitar PT. Badak NGL. Selanjutnya pola sebaran suhu yang diperoleh dari hasil simulasi digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan suhu terhadap sumberdaya pesisir tersebut. C menyebabkan terjadinya pengurangan jumlah klorofil-a sekitar 15-50 Poernima et al. 2005.

1.2 Perumusan Masalah