e. Salinitas
Salinitas mempunyai peranan penting terhadap keberadaan fitoplankton di perairan. Salinitas selain dapat mempengaruhi proses produksi fitoplankton
Baroon et al. 2003, juga dapat merubah struktur komunitas fitoplankton sejalan dengan perubahan salinitas Ayadi et al. 2004 dalam Tambaru 2008. Laju
fotosintesis fitoplankton yang hanya mampu bertahan pada salinitas rendah stenohaline di daerah estuari sangat dipengaruhi oleh variasi salinitas di daerah
tersebut. Salinitas yang sesuai bagi fitoplankton untuk dapat bertahan hidup dan memperbanyak diri serta aktif melaksanakan proses fotosintesis adalah di atas
20‰ Sachlan 1972.
2.4 Regulasi Buangan Air Pendingin di Indonesia
Pengelolaan buangan air pendingin cooling water di Indonesia cukup mendapat perhatian, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya beberapa peraturan
yang menetapkan baku mutu parameter suhu. Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut pemerintah dalam hal ini Menteri Negara Lingkungan Hidup telah
melakukan upaya pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mencemari dan atau merusak lingkungan laut dengan menetapkan baku mutu air laut
termasuk baku mutu parameter suhu untuk biota laut yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Lampiran 3
Tabel 5. Keputusan Menteri tersebut memberi batasan bagi perusahaan yang
beroperasi di wilayah pesisir agar tidak membuang limbah pada perairan yang ditemukan adanya biota laut di atas ambang batas yang telah ditetapkan.
Meskipun demikian, kebijakan ini menimbulkan masalah dalam implementasinya mengingat aktifitas industri di wilayah pesisir selama ini menggunakan baku mutu
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat yang bersifat sangat longgar, sehingga beberapa industri telah melampaui baku mutu yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri tersebut. Untuk menangani masalah ini, pemerintah kemudian mengaturnya di
dalam Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Pasal 5 2 yang berbunyi ”Dalam hal daerah telah menetapkan baku mutu air laut lebih longgar sebelum ditetapkannya
keputusan ini, maka baku mutu air laut tersebut perlu disesuaikan dengan
keputusan ini selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 dua tahun sejak tanggal ditetapkannya Keputusan ini”. Dalam hal ini pemerintah daerah harus segera
melakukan evaluasi terhadap Surat Keputusan tentang Baku Mutu Air Laut yang selama ini diberlakukan untuk disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup di atas. Tabel 5 Baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 2004
No Parameter
Satuan Baku mutu
1
2
3
4 5
Kecerahan
a
Suhu
c
Salinitas m
e
Oksigen terlarut DO BOD5
o
coral : 5 mangrove : -
lamun : 3 alami
C
o
mgl mgl
3
alami
3 c
coral : 28 – 30
c
mangrove: 28-32
c
lamun: 28-30
c
alami
3 e
coral: 33-34
e
mangrove: sd 34
e
lamun: 33-34
e
5 20
Sumber : Diadaptasi dari Lampiran 3 Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Keterangan :
2. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat siang, malam dan musim
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 10 kedalaman euphotic c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 2
o
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan 5 salinitas rata-rata musiman C dari suhu alami
Masalah lain yang timbul berkaitan dengan buangan air pendingin adalah adanya kebijakan pemerintah khusus bagi usaha danatau kegiatan pengilangan
LNG dan LPG terpadu, dalam hal ini Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 04 Tahun 2007 tentang baku mutu air limbah bagi usaha danatau
kegiatan pengilangan LNG dan LPG terpadu Tabel 6. Peraturan ini pada kasus
tertentu akan bertentangan dengan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 terutama terkait penetapan baku mutu parameter suhu dengan kadar maksimum 45
o
Pertentangan tersebut terjadi ketika outlet di mana buangan air pendingin dilepas dengan suhu tinggi oleh suatu perusahan terletak pada lokasi di mana
ditemukan adanya kehidupan biota laut seperti terumbu karang, mangrove dan lainnya. Dalam kasus semacam ini disatu sisi perusahaan telah memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dalam Permen LH No. 4 Tahun 2007 suhu maksimum 45
C.
o
C, namun di sisi lain telah melanggar baku mutu yang ditetapkan dalam Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 kenaikan suhu 2
o
Tabel 6 Baku mutu air limbah bagi usaha danatau kegiatan pengilangan LNG dan LPG terpadu.
C.
No JENIS AIR LIMBAH
PARAMETER KADAR
MAKSIMUM METODE
PENGUKURAN 1
Air Limbah Proses Minyak dan Lemak
25 mgL SNI 06-6989.10-2004
Residu Chlorine 2 mgL
Standard Method 4500-Cl
Suhu 45
o
SNI 06-6989.23-2005 C
pH 6-9
SNI 06-6989.11-2004
sumber : Permen LH No. 4 Tahun 2007 Keterangan :
Apabila air limbah drainase tercampur dengan air limbah proses, maka campuran air limbah tersebut harus memenuhi baku mutu air limbah proses
2.5 Model Dispersi Thermal