kemiringan lahan antara 0-8. Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa penutupan vegetasi berupa kebun campuran, semak belukar, alang-alang dan
hutan sekunder dapat dijumpai di semua kecamatan, sedangkan hutan bakau hanya dijumpai di Kecamantan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan di
sekitar bibir pantai dan pulau-pulau kecil Bappeda Kota Bontang 2005.
2.1.1 Kondisi Umum Meteorologi dan Oseanografi
Kota Bontang dipengaruhi oleh iklim muson tropis, dimana periode muson barat daya terjadi sekitar bulan Desember-Februari dan muson tenggara dari Juni-
Agustus, periode waktu lainnya merupakan periode transisi. Pada periode Maret- Mei angin bergerak dari arah baratdaya ke tenggara, dan pada periode September-
Nopember bergerak dari arah tenggara ke baratdaya. Muson baratdaya biasa disebut dengan muson basah atau musim penghujan, dimana angin bertiup dari
arah baratdaya ke tenggara membawa hujan lebat. Sebaliknya, muson tenggara dicirikan dengan kondisi yang kering, sehingga disebut muson kering atau musim
kemarau. Namun fenomena ini tampaknya tidak terjadi di daerah Bontang, hal ini karena di daerah studi tidak ada perbedaan musim yang jelas antara musim
penghujan dan musim kemarau, yaitu dicirikan oleh terjadinya hujan hampir sepanjang tahun Gambar 1.
Gambar 1 Jumlah curah hujan bulanan di Kota Bontang, periode 2001-2007 Sumber : Lab. PT. Badak NGL 2008.
Curah hujan bulanan tercatat berfluktuasi dari tahun ke tahun namun secara rata-rata jumlah curah hujan agak rendah selama bulan Juli-September
Gambar 2. Fenomena ketidakteraturan curah hujan di daerah Bontang diduga
berkaitan dengan aktifitas PT. Pupuk Kalimantan Timur yang memproduksi urea dan amonia. Selama proses produksi kemungkinan ada komponen urea atau
amonia yang lolos ke udara sebagai debu dan merupakan partikel yang baik sebagai inti kondensasi uap air. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya hujan di
wilayah Bontang karena presipitasi atau hujan sangat tergantung pada keberadaan uap air, sedangkan inti kondensasi dalam hal ini debu-debu urea selalu siap.
Dengan demikian maka dapat dimaklumi bila jumlah curah hujan tidak menentu setiap bulannya atau dengan kata lain berfluktuasi Sasongko dan Rahmat 2004.
Gambar 2 Jumlah curah hujan rata-rata bulanan di Kota Bontang, periode 2001- 2007 Sumber : hasil olah data Lab. PT. Badak NGL 2008.
2.1.2 Kondisi Pasang Surut
Kondisi pasang surut di Perairan Bontang dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Bontang Tahun 2008 dan dari peramalan pasang surut global yang disebut ORITIDE yang dikembangkan oleh Ocean Reserch Institut ORI, University of
Tokyo, bekerjasama dengan National Astronomical Observatory NAO, JAPAN untuk tahun yang sama. Indeks Formzahl F dari hasil pengamatan dan
peramalan tersebut adalah sebesar 0.37. Nilai indeks demikian digolongkan sebagai tipe pasang surut campuran dominasi ganda mixed tide, predominantly
semi-diurnal Wyrtki 1961.
2.1.3 Kondisi Alami Suhu Perairan Bontang
Pengukuran suhu di Perairan Bontang menunjukkan sebaran yang cenderung homogen atau tidak banyak berbeda yakni bervariasi antara 28.3-29
o
C untuk sebaran arah horizontal dan secara vertikal bervariasi antara 28.3-29.1
o
C