Analisis Kondisi Perairan Berdasarkan Kriteria Suhu untuk Fitoplankton

suhu alami baik untuk perairan pelabuhan, wisata bahari maupun untuk biota laut. Sementara suhu alami Perairan Bontang berkisar antara 28.30-29.30 o Mengingat pola sebaran suhu di sekitar buangan air pendingin PT. Badak NGL sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, maka analisis kondisi perairan dilakukan dengan melihat pola sebaran suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk 4 kondisi cuplik dengan perbedaan yang relatif ekstrim untuk masing-masing kondisi seperti telah dibahas dalam subbab 4.3 sebelumnya. Keempat kondisi tersebut adalah saat air menuju pasang, pasang maksimum, menuju surut dan surut maksimum, yang dicuplik pada saat pasut purnama. C.

4.9.1 Kondisi Menuju Pasang

Hasil simulasi menujukkan bahwa pada kondisi air menuju pasang kondisi Perairan Bontang yang terkena dampak kenaikan suhu lebih cenderung ke arah selatan perairan Teluk Nyerakat, hal ini disebabkan adanya pergerakan massa air dari laut yang mengangkut buangan air pendingin yang keluar dari muara kanal pendingin ke wilayah ini. Kawasan zona terdampak 37.90 o C hanya ditemukan tepat di ujung muara kanal pendingin, sementara zona yang berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o Hasil simulasi juga menunjukkan zona terdampak berdasarkan baku mutu yang ditetapkan dalam Kepmen LH No.51 Tahun 2004 30.30 C lebih cenderung menyebar ke arah selatan daerah model Gambar 79. o C lebih luas sekitar ±17.19 Ha dibandingkan dengan luas zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur. Luas perairan berdasarkan kriteria kenaikan suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk kondisi cuplik saat air menuju pasang pada saat pasut purnama dapat dilihat pada Tabel 32. Keterangan : suhu 30.30 o C baku mutu berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 zona berpotensi kena dampak 31.30-34.00 o C zona berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o C zona terdampak 37.90 o Gambar 79 Kondisi perairan pada saat air menuju pasang menurut kriteria suhu berdasarkan hasil analisis dan studi literatur serta berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004. C

4.9.2 Kondisi Pasang Maksimum

Kondisi perairan di sekitar buangan air pendingin PT. Badak NGL pada saat air pasang maksimum untuk pasut purnama dapat dilihat pada Gambar 80 di bawah. Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat 31.30 31.30 30.30 30.30 34.00 37.90 Keterangan : suhu 30.30 o C baku mutu berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 zona berpotensi kena dampak 31.30-34.00 o C zona berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o C zona terdampak 37.90 o Gambar 80 Kondisi perairan pada saat air pasang maksimum menurut kriteria suhu berdasarkan hasil analisis dan studi literatur serta berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004. C Berbeda dengan saat air menuju pasang, pada saat air pasang maksimum wilayah perairan yang terkena dampak kenaikan suhu 37.90 o C bergeser ke arah kolam pendingin sampai ke ujung kanal pendingin, sementara zona yang berpotensi Lintang Utara derajat 31.30 31.30 30.30 30.30 34.00 37.90 Bujur Timur derajat besar terkena dampak 34.00-37.90 o Hasil analisis luasan zona terdampak pada saat air pasang maksimum menunjukkan adanya perbedaan luasan antara zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur dengan zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 sekitar ±7.1 Ha. Luas zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur untuk kondisi cuplik pasang maksimum lebih kecil ±46.425 Ha dibandingkan dengan kondisi cuplik menuju pasang, sementara luas zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 pada saat air pasang maksimum lebih kecil ±56.51 Ha dibandingkan dengan saat air menuju pasang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa luas perairan yang terkena dampak secara keseluruhan pada saat pasang maksimum lebih kecil dibandingkan dengan saat air menuju pasang. Luas perairan berdasarkan kriteria kenaikan suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk kondisi cuplik saat air pasang maksimum pada saat pasut purnama dapat dilihat pada Tabel 32. C lebih menyempit ke arah muara kanal pendingin. Fenomena ini terjadi akibat adanya pengaruh air pasang yang bergerak dari arah lepas pantai offshore menuju kolam pendingin yang semakin kuat dan menyebabkan buangan air pendingin lebih terdorong masuk ke dalam kolam pendingin.

4.9.3 Kondisi Menuju Surut Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada saat air menuju surut, wilayah

perairan yang terkena dampak kenaikan suhu 37.90 o C bergeser lebih jauh dari muara kanal pendingin dibandingkan dengan saat air menuju pasang dan pasang maksmimum. Sementara zona yang berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o Hasil analisis luasan zona terdampak pada saat air menuju surut menunjukkan adanya perbedaan luasan antara zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur dengan zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 sekitar ±15.095 Ha. Luas zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan C lebih menyempit ke arah muara kanal pendingin dibanding saat air menuju surut, namun lebih luas dibanding dengan saat air pasang maksimum Gambar 81. studi literatur untuk kondisi cuplik ini lebih kecil ±32.57 Ha dibandingkan dengan kondisi cuplik menuju pasang namun lebih luas ±13.855 dibandingkan dengan kondisi cuplik saat air pasang maksimum. Keterangan : suhu 30.30 o C baku mutu berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 zona berpotensi kena dampak 31.30-34.00 o C zona berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o C zona terdampak 37.90 o Gambar 81 Kondisi perairan menurut kriteria suhu pada saat air menuju surut berdasarkan hasil analisis dan studi literatur serta berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004. C Lintang Utara derajat 31.30 31.30 30.30 30.30 34.00 30.30 37.90 Bujur Timur derajat Luas zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 pada saat air menuju surut lebih kecil ±34.665 Ha dibandingkan dengan saat air menuju pasang dan lebih besar ±21.845 Ha dibandingkan dengan saat air pasang maksimum. Dengan demikian dapat diketahui bahwa luas perairan yang terkena dampak secara keseluruhan pada saat menuju surut lebih kecil dibandingkan dengan saat air menuju pasang dan lebih luas dibandingkan dengan saat air mencapai pasang maksimum. Luas perairan berdasarkan kriteria kenaikan suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk kondisi cuplik saat air menuju surut pada saat pasut purnama dapat dilihat pada Tabel 32.

4.9.4 Kondisi Surut Maksimum

Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada saat air surut maksimum, wilayah perairan yang terkena dampak kenaikan suhu 37.90 o C bergeser lebih jauh dari muara kanal pendingin dibandingkan dengan ketiga kondisi cuplik sebelumnya. Demikian pula zona yang berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o Gambar 82 di bawah menunjukkan bahwa pada saat surut maksimum pola isotherm untuk kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 di bagian timur daerah model lebih bergeser menuju offshore, hal ini disebabkan massa air pada saat air surut bergerak menjauhi garis pantai ke arah timur perairan. Sementara pola isotherm di Teluk Nyerakat menunjukkan adanya pergeserak ke arah utara, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan massa air dari ujung Teluk Nyerakat yang lebih dangkal ke arah utara daerah model yang lebih dalam. C untuk kondisi ini lebih luas dibanding saat air menuju surut dan saat air pasang maksimum namun lebih kecil dibanding dengan saat air menuju pasang. Hasil analisis luasan zona terdampak pada saat air surut maksimum menunjukkan adanya perbedaan luasan antara zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur dengan zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 sekitar ± 24.30 Ha. Luas zona terdampak berdasarkan hasil analisis dan studi literatur untuk kondisi cuplik ini lebih kecil ±17.43 Ha dibandingkan dengan kondisi cuplik menuju pasang namun lebih luas ±28.995 Ha dibandingkan dengan kondisi cuplik saat air pasang maksimum serta lebih luas ±15.14 Ha untuk kondisi air surut maksimum. Keterangan : suhu 30.30 o C baku mutu berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 zona berpotensi kena dampak 31.30-34.00 o C zona berpotensi besar terkena dampak 34.00-37.90 o C zona terdampak 37.90 o Gambar 82 Kondisi perairan menurut kriteria suhu pada saat air surut maksimum berdasarkan hasil analisis dan studi literatur serta berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004. C Luas zona terdampak berdasarkan kriteria baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 pada saat air surut maksimum lebih kecil ±10.32 Ha dibandingkan Lintang Utara derajat Bujur Timur derajat 31.30 31.30 30.30 30.30 34.00 37.90 30.30 37.90 dengan saat air menuju pasang dan lebih luas ±46.19 Ha dibandingkan dengan saat air pasang maksimum serta lebih luas ±24.345 Ha dibandingkan dengan saat air menuju surut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa luas perairan yang terkena dampak secara keseluruhan pada saat air surut maksimum lebih kecil dibandingkan dengan saat air menuju pasang dan lebih luas dibandingkan dengan saat air pasang maksimum dan menuju surut. Luas perairan berdasarkan kriteria kenaikan suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk kondisi cuplik saat air surut maksimum pada saat pasut purnama dapat dilihat pada Tabel 32.

4.10 Arahan Pengelolaan

Hasil analisis pengaruh suhu terhadap terumbu karang dan fitoplankton menunjukkan bahwa kenaikan suhu akibat buangan air pendingin cooling water PT. Badak NGL di Perairan Bontang mengakibatkan menurunnya kualitas perairan yang berdampak pada terganggunya komunitas fitoplankton dan terumbu karang di perairan tersebut. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh buangan air pendingin tersebut, maka perlu upaya untuk mengurangi tingkat kenaikan suhu akibat buangan air pendingin tersebut. Sementara pencegahan dampak dari buangan air pendingin dapat dilakukan dengan menerapkan atau membuat regulasi yang ketat yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah pesisir dimana buangan air pendingin itu dibuang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kenaikan suhu perairan akibat buangan air pendingin diantaranya adalah sebagai berikut :

4.10.1 Menurunkan Suhu Buangan Air Pendingin

Sistem air pendingin cooling water system yang digunakan oleh PT Badak NGL adalah sistem sekali alir atau dikenal sebagai “once through system”. Syarat utama dari pemilihan sistem sekali alir adalah tersedianya sumber air pendingin dalam jumlah besar, seperti air laut, danau, atau sungai besar. Pada sistem ini PT. Badak NGL menggunakan air laut untuk mendinginkan proses-proses di dalam pabrik. 152 Tabel 32 Luas perairan berdasarkan kriteria kenaikan suhu yang diperoleh dari hasil simulasi untuk empat kondisi cuplik pada saat pasut purnama No Kondisi Perairan Luas Perairan Ha MP PM MS SM 1 Zona terdampak ±65.250 ±55.250 ±66.450 ±68.755 2 Zona berpotensi besar terkena dampak ±50.625 ±14.275 ±11.250 ±30.665 3 Zona berpotensi terdampak ±140.500 ±140.470 ±146.105 ±139.525 Total luasan ±256.375 ±209.950 ±223.805 ±238.945 4 Baku mutu Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 ±273.565 ±217.055 ±238.900 ±263.245 Keterangan : MP = Kondisi air menuju pasang PM = Kondisi air pasang maksimum MS = Kondisi air menuju surut SM = Kondisi air surut maksimum