Pengukuran suhu menurut kedalaman Pengukuran debit sungai Survei dan Pengamatan Terumbu Karang

Oktober 2008 jam 08.00 sampai jam 15.00. Pengukuran dilakukan dengan mengambil Stasiun 1 sebagai titik awal pengukuran, kemudian dilanjutkan ke stasiun berikutnya sesuai nomor urut stasiun sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 14. Mengingat data ini selanjutnya akan digunakan untuk verifikasi hasil model, maka pengukuran dilakukan dengan memperhitungkan waktu dari stasiun pertama sampai stasiun terakhir agar distorsi antara waktu simulasi dengan waktu pengambilan data dapat diminimalkan. Dalam hal ini pengukuran suhu dilakukan dengan selang waktu 30 menit dari stasiun satu ke stasiun berikutnya.

c. Pengukuran suhu menurut kedalaman

Pengukuran suhu arah vertikal dilakukan di Stasiun 8 pada kedalaman 6 meter selama 48 jam yang dimulai pada tanggal 5 Oktober 2008 jam 09.00 sampai 7 Oktober 2008 jam 09.00 menggunakan CTD SBE19. Pencatatan suhu dilakukan pada setiap kedalaman 1 meter setiap jam.

d. Pengukuran debit sungai

Debit sungai adalah volume aliran yang mengalir pada suatu penampang basah persatuan waktu m 3 Q = A.V 3.2 det. Debit sungai terutama di sekitar PT. Badak NGL merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap pola sebaran suhu akibat adanya buangan limbah air pendingin dari perusahaan ini. Penentuan besar debit dari suatu penampang sungai sebagai data input model dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan persamaan berikut : Keterangan : Q = debit m 3 V = Kecepatan aliran rata-rata mdet det A = luas penampang basah m 2 Pengukururan debit sungai dilakukan pada lima muara sungai, yakni Sungai Sekambing s1, Sungai Muara Sekambing s2, Sungai Baltim s3, Sungai Nyerakat s4 dan Sungai Selangan s5 Gambar 14. Pengukuran suhu dan debit sungai dilakukan dua kali yakni pada Tanggal 12 Mei 2008 dan 19 Oktober 2008. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui suhu dan debit sungai rata- rata untuk musim kemarau dan musim hujan. Soewarno 1991

3.4.2.2 Analisis Sumberdaya Pesisir

Untuk mengetahui dampak kenaikan suhu akibat adanya buangan air pendingin PT. Badak NGL, maka inventarisasi terhadap biota laut yang ada di sekitar perusahaan perlu dilakukan. Diantara biota laut yang diamati dalam penelitian ini adalah terumbu karang dan fitoplankton.

a. Survei dan Pengamatan Terumbu Karang

Survei dan pengamatan terumbu karang dilakukan pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2010 pada beberapa lokasi yang dapat mewakili zona terkena dampak dan tidak terkena dampak. Pengamatan zona terkena dampak dilakukan pada Stasiun I dan H, sementara zona yang tidak terkena dampak dilakukan di sekitar Pulau Melahing dan Pulau Beras Basa Gambar 15. Data kondisi terumbu karang diamati secara visual melalui kegiatan penyelaman dan didokumentasi dengan menggunakan “underwater camera”. Kondisi terumbu karang diukur dengan mencari nilai tingkat penutupan karang hidup percent coverage berdasarkan metode bentuk pertumbuhan Benthic Life-form Transect. Pengamatan dilakukan dengan menarik garis transek sepanjang 50 meter pada kedalaman 3 meter sesuai dengan kontur kedalaman. Pemilihan stasiun pengamatan transek didasarkan pada sampling pertimbangan, yaitu dipilih pada areal terumbu karang yang kondisinya paling bagus berdasarkan “manta tow” English et al. 1994. Nilai persen tutupan karang hidup, sebagai penduga kondisi terumbu karang dapat dikategorikan sebagai berikut : Sangat bagus : persen tutupan karang hidup antara 75-100 Bagus : persen tutupan karang hidup antara 50-74.9 Sedang : persen tutupan karang hidup antara 25-49.9 Buruk : persen tutupan karang hidup antara 0-24.9

b. Lokasi dan Metode Sampling Fitoplankton