2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang berhubungan dengan kenaikan suhu di wilayah penelitian telah banyak dilakukan baik oleh manajemen perusahaan PT. Badak NGL,
Pemerintah Kota Bontang, maupun oleh peneliti dari berbagai perguruan tinggi. Walaupun demikian dari hasil penelusuran literatur, penulis belum menemukan
adanya penelitian tentang model dispersi thermal secara spesifik yang mengarah pada dampak buangan air pendingin industri terhadap ekosistem di sekitarnya dan
bagaimana menggunakan hasil model dispersi thermal tersebut untuk menganalisis dampak kenaikan suhu terhadap biota laut.
2.1 Gambaran Umum Kota Bontang
Kota Bontang merupakan sebuah kota kecil yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Luas wilayah Kota Bontang hanya ±49 757 Ha yang
terdiri dari daratan seluas ±14 780 Ha 29.70 dan lautan seluas ±34 977 Ha 70.30 dengan panjang garis pantai 24.4 km.
Wilayah administrasi Kota Bontang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai
Timur, Kalimantan Timur 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar, Kalimantan Timur
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
Luas daratan Kota Bontang 14 780 Ha, meliputi : Kawasan Hutan Lindung seluas 5 950 Ha 11.96, PT. Pupuk Kaltim 2 010 Ha 4.04, PT. Badak NGL
1 572 Ha 3.15 dan kawasan pemukiman penduduk seluas 5 248 Ha 10.56. Wilayah ini dilalui oleh garis khatulistiwa yang beriklim tropika basah, yakni
wilayah tropis yang beriklim panas tetapi memiliki curah hujan yang tinggi dengan suhu udara bervariasi antara 24-33
o
Hasil interpretasi peta rupa bumi menunjukkan bahwa Kota bontang didominasi oleh bentuk wilayah yang datar hingga bergelombang dengan
C.
kemiringan lahan antara 0-8. Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa penutupan vegetasi berupa kebun campuran, semak belukar, alang-alang dan
hutan sekunder dapat dijumpai di semua kecamatan, sedangkan hutan bakau hanya dijumpai di Kecamantan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Selatan di
sekitar bibir pantai dan pulau-pulau kecil Bappeda Kota Bontang 2005.
2.1.1 Kondisi Umum Meteorologi dan Oseanografi
Kota Bontang dipengaruhi oleh iklim muson tropis, dimana periode muson barat daya terjadi sekitar bulan Desember-Februari dan muson tenggara dari Juni-
Agustus, periode waktu lainnya merupakan periode transisi. Pada periode Maret- Mei angin bergerak dari arah baratdaya ke tenggara, dan pada periode September-
Nopember bergerak dari arah tenggara ke baratdaya. Muson baratdaya biasa disebut dengan muson basah atau musim penghujan, dimana angin bertiup dari
arah baratdaya ke tenggara membawa hujan lebat. Sebaliknya, muson tenggara dicirikan dengan kondisi yang kering, sehingga disebut muson kering atau musim
kemarau. Namun fenomena ini tampaknya tidak terjadi di daerah Bontang, hal ini karena di daerah studi tidak ada perbedaan musim yang jelas antara musim
penghujan dan musim kemarau, yaitu dicirikan oleh terjadinya hujan hampir sepanjang tahun Gambar 1.
Gambar 1 Jumlah curah hujan bulanan di Kota Bontang, periode 2001-2007 Sumber : Lab. PT. Badak NGL 2008.
Curah hujan bulanan tercatat berfluktuasi dari tahun ke tahun namun secara rata-rata jumlah curah hujan agak rendah selama bulan Juli-September
Gambar 2. Fenomena ketidakteraturan curah hujan di daerah Bontang diduga
berkaitan dengan aktifitas PT. Pupuk Kalimantan Timur yang memproduksi urea dan amonia. Selama proses produksi kemungkinan ada komponen urea atau
amonia yang lolos ke udara sebagai debu dan merupakan partikel yang baik sebagai inti kondensasi uap air. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya hujan di
wilayah Bontang karena presipitasi atau hujan sangat tergantung pada keberadaan uap air, sedangkan inti kondensasi dalam hal ini debu-debu urea selalu siap.
Dengan demikian maka dapat dimaklumi bila jumlah curah hujan tidak menentu setiap bulannya atau dengan kata lain berfluktuasi Sasongko dan Rahmat 2004.
Gambar 2 Jumlah curah hujan rata-rata bulanan di Kota Bontang, periode 2001- 2007 Sumber : hasil olah data Lab. PT. Badak NGL 2008.
2.1.2 Kondisi Pasang Surut
Kondisi pasang surut di Perairan Bontang dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Bontang Tahun 2008 dan dari peramalan pasang surut global yang disebut ORITIDE yang dikembangkan oleh Ocean Reserch Institut ORI, University of
Tokyo, bekerjasama dengan National Astronomical Observatory NAO, JAPAN untuk tahun yang sama. Indeks Formzahl F dari hasil pengamatan dan
peramalan tersebut adalah sebesar 0.37. Nilai indeks demikian digolongkan sebagai tipe pasang surut campuran dominasi ganda mixed tide, predominantly
semi-diurnal Wyrtki 1961.
2.1.3 Kondisi Alami Suhu Perairan Bontang
Pengukuran suhu di Perairan Bontang menunjukkan sebaran yang cenderung homogen atau tidak banyak berbeda yakni bervariasi antara 28.3-29
o
C untuk sebaran arah horizontal dan secara vertikal bervariasi antara 28.3-29.1
o
C
dari permukaan hingga kedalaman 41 m. Hasil pengukuran suhu secara vertikal menunjukkan bahwa di perairan ini terdapat lapisan yang homogen sampai
kedalaman 10-15 meter dengan suhu sekitar 29
o
2.1.4 Kondisi Abiotik Perairan Bontang C Pertamina 2003.
Hasil survei kondisi abiotik pada beberapa lokasi di Perairan Bontang menunjukkan nilai yang relatif sama untuk beberapa parameter baik parameter
fisik maupun kimia. Parameter yang relatif berbeda secara ekstrim dari beberapa lokasi pengamatan adalah parameter suhu di Stasiun a1 Gambar 3, yakni
berbeda sekitar 8-11
o
C dibanding dengan suhu di stasiun lain. Stasiun a1 merupakan outlet buangan air pendingin PT. Badak NGL.
Keterangan : Stasiun : a1=Outlet PT. Badak; b1=P. Beras Basah; c1=P. Tihik-tihik; d1=P. Segajah;
e1=P. Gusung; f1=Pelabuhan PT. Indominco; g1=Muara Bontang Kuala; h1=Tambak Bontang Kuala; i1=Sungai Api-api
Gambar 3 Stasiun pengamatan beberapa parameter fisik dan kimia di Perairan Bontang sumber : DKP Kota Bontang 2005.
B o n t a n g
a1 b1
c1 d1
e1
f1 g1
h1 i1
j1
Hasil survei beberapa parameter abiotik dibeberapa stasiun yang dianggap dapat mewakili Perairan Bontang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran beberapa parameter abiotik di Perairan Bontang
sumber : DKP Kota Bontang 2007
2.2 Buangan Air Pendingin PT. Badak NGL