Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemerintah suatu negara seringkali menghadapi masalah defisit, baik defisit fiskal maupun defisit transaksi berjalan current account deficit. Defisit fiskal seringkali terjadi saat pemerintah meningkatkan pelayanan publik kepada rakyatnya atau untuk meningkatkan pembangunan perekonomian sehingga pemerintah dapat bertindak dengan cara meningkatkan pengeluaran pemerintah government expenditure atau menurunkan tingkat pajak taxes. Defisit perdagangan current account deficit terjadi apabila penerimaan pemerintah dari ekspor lebih kecil dibandingkan pengeluaran pemerintah untuk impor, hal ini seringkali terjadi apabila produk domestik kurang memiliki daya saing dibandingkan produk lain di pasar internasional atau karena kurs domestik yang terapresiasi sehingga menurunkan daya saing produk domestik di pasar internasional Fleegler, 2006. Defisit fiskal dan defisit neraca perdagangan current account deficit dianggap dapat mengganggu kestabilan kondisi perekonomian suatu negara dalam jangka panjang Edwards, 2001. Beberapa penelitian menyatakan bahwa defisit fiskal dan defisit neraca perdagangan saling berkaitan satu sama lain, keterkaitan antara kedua defisit ini dikenal sebagai twin deficit atau defisit kembar. Secara teoritis, bila terjadi kebijakan fiskal yang ekspansioner terjadi defisit fiskal maka nilai tukar riil mata uang domestik akan terapresiasi sehingga daya saing perdagangan akan menurun dan memperburuk defisit neraca perdagangan current account deficit Salvatore, 2007. Hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan transaksi berjalan belum dapat dipastikan secara pasti, penelitian mengenai twin deficit terus dilakukan untuk melakukan prediksi yang lebih baik mengenai dampak suatu defisit terhadap defisit lainnya sehingga mudah untuk menentukan kebijakan selanjutnya Vyshnyak, 2000. Oleh karena itu, pola hubungan antara defisit anggaran pemerintah dan defisit transaksi berjalan berbeda-beda antara suatu negara dengan negara lainnya walau berada dalam satu regional wilayah yang sama, hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. Tabel 1.1.Kondisi Current account pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010 Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunei Darussalam 52,73 56,43 51,07 54,34 40,23 42,79 Filipina -3,82 -0.645 -2,45 -6,21 -5,16 -4,33 Laos 0.097 2,98 2,43 0.025 2,58 0.891 Indonesia -18,05 -11,16 -15,89 -18,53 -17,57 -10,21 Kamboja 15,00 16,44 15,92 17,48 16,50 11,82 Malaysia 0.444 1,03 0.112 -0.694 -0.454 -0.856 Myanmar 2,01 4,55 4,94 2,18 5,81 4,49 Singapura 21,11 24,82 27,34 14,58 19,04 22,21 Thailand -4,33 11,18 6,35 0.791 8,29 4,64 Vietnam -1,06 -0.269 -9,83 -11,95 -6,56 -3,79 Sumber: IMF 2011 Ket: Sebagai persentase dari GDP Tabel 1.1 menggambarkan kondisi current account pada negara-negara ASEAN. Kondisi current account dari setiap negara berbeda-beda, bergantung kepada kebijakan yang diambil oleh negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, saat terjadi krisis suprime mortgage di Amerika pada tahun 2007, current account negara-negara ASEAN cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada periode tahun tersebut daya beli internasional mengalami penurunan, sehingga penerimaan dari ekspor bagi negara-negara ASEAN yang banyak bermitra dagang dengan Amerika dan Eropa mengalami penurunan current account. Tabel 1.2. Kondisi Government Budget pada Negara-Negara Anggota ASEAN Periode tahun 2005-2010 Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Brunei Darussalam 21,1 21,5 21,9 27,9 3,93 8,02 Filipina -0,7 -0,2 -0,5 -0,1 -3,35 -1,48 Laos -0,5 -0,9 -1,3 -0,1 -2,3 -0,59 Indonesia -4,5 -3,1 -2,6 -2,2 -3,3 -3,99 Kamboja -3,6 -3,3 -3,2 -4,8 -7,0 -5,06 Malaysia -3,3 -4,3 -3,8 -3,4 -3,7 -4,44 Myanmar -2,7 -1,1 -0,2 -0,9 -3,9 -3,67 Singapura 6,5 6,3 11,4 7,6 1,7 5,25 Thailand 0,1 -0,3 -1,3 -0,6 -4,1 -2,69 Vietnam -1,1 1,3 -1,0 -1,9 -7,7 -6,41 Sumber: IMF 2011 Sebagai persentase dari GDP Tabel 1.2 menggambarkan kondisi defisitsurplus anggaran pemerintah untuk negara-negara ASEAN. Selama periode tahun 2005-2010 mayoritas negara- negara di ASEAN mengalami defisit anggaran pemerintah. Hanya Brunei Darussalam dan Singapura yang cenderung tidak mengalami defisit selama periode tersebut. Brunei yang perekonomiannya ditopang oleh penjualan minyak bumi terus mengalami surplus walaupun mulai pada tahun 2009 surplus anggaran mulai menurun dikarenakan terjadi penurunan harga minyak dunia pada tahun tersebut 1 . Selain itu, pertumbuhan anggaran pemerintah Singapura mengalami penurunan pada tahun 2009 karena banyak mengeluarkan stimulus fiskal untuk meningkatkan investasi di negaranya, pemerintah singapura berhasil memperbaiki kebijakan fiskalnya sehingga negara ini kembali mengalami surplus pada tahun 2010 2 . 1 Berdasarkan artikel berjudul Penurunan Harga Minyak 2009 Tergerus Konsumsi Tinggi BBM dari http:www.antaranews.comview?i=1218527015c=EKBs= [12 Agustus 2008] 2 Berdasarkan artikel Budget 2010: Singapore sets smaller budget deficit dari http:www.asiaone.comBusinessNewsMy+MoneyStoryA1Story20100222-200250.html [22 Februari 2010]

1.2. Rumusan Masalah