Uji Kointegrasi Johansen Penetapan Lag Optimal

LAOS BD -1.257535 -3.534868 -10.98778 -3.534868 CA -3.123905 -3.533204 -4.186249 -3.533204 ER -1.576953 -3.531592 -10.34072 -3.533204 MYANMAR BD -0.544269 -3.522887 -4.343984 -3.522887 CA -1.125203 -2.598907 -2.922351 -2.598907 ER -1.005858 -2.594563 -7.308143 -2.594946 VIETNAM BD -2.167215 -3.476275 -3.886793 -3.476275 CA 0.695065 -2.598907 -4.035745 -2.598907 ER -4.289028 -4.094550 -11.99930 -4.081666 Keterangan: : Signifikan pada taraf nyata 1 persen, : Signifikan pada taraf nyata 5 persen.

5.2. Uji Kointegrasi Johansen

Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan hubungan jangka panjang antar variabel. Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam proses kointegrasi adalah seluruh variabel harus telah stasioner pada derajat yang sama. Pada penelitian ini, seluruh variabel untuk seluruh negara telah stasioner pada derajat satu I1, sehingga uji kointegrasi dapat dilakukan. Apabila terdapat kointegrasi model yang diuji, maka analisis selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode VECM, jika tidak terdapat kointegrasi maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan metode VAR. Uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji Johansen Cointegration Test. Lag yang digunakan dalam menguji kointegrasi untuk setiap negara menggunakan lag-lag yang telah dipilih sebelumnya. Suatu model dinyatakan memiliki kointegrasi apabila nilai Trace StatisticCritical Value. Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 5 persen. Hasil uji kointegrasi untuk setiap negara diringkas dalam Tabel 5.3. Berdasarkan hasil uji kointegrasi didapatkan bahwa tidak terdapat kointegrasi pada model negara Singapura, Filipina, dan Myanmar, sedangkan pada model negara lainnya terdapat kointegrasi. Pada negara-negara yang terkointegrasi maka model yang digunakan adalah model VECM sedangkan pada negara-negara yang tidak terkointegrasi, model yang digunakan adalah VAR first difference. Tabel 5.3. Hasil Uji Kointegrasi Negara Rank Kointegrasi Kesimpulan Brunei Darussalam 1satu terkointegrasi Singapura 0 nol Tidak terkointegrasi Indonesia 1satu terkointegrasi Malaysia 1satu terkointegrasi Filipina 0 nol Tidak terkointegrasi Thailand 1satu terkointegrasi Laos 2dua terkointegrasi Kamboja 1 satu terkointegrasi Myanmar 0 nol Tidak terkointegrasi Vietnam 1 dua terkointegrasi Sumber: Lampiran 4

5.3. Penetapan Lag Optimal

Penetapan lag optimal dilakukan karena dalam metode VAR lag optimal dari variabel endogen merupakan variabel independen yang digunakan dalam model. Pada penelitian ini, penetapan lag optimum dipilih dengan menggunakan kriteria SC Schwartz Information Criteria minimum. Ringkasan mengenai hasil penetapan lag optimum ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Model VAR yang Terbentuk Negara Model VAR Brunei Darussalam VECM 1 Rank-1 Singapura VAR 1 1 st difference Indonesia VECM1 Rank-1 Malaysia VECM 2 Rank-1 Filipina VAR 3 1 st difference Thailand VECM 2 Rank-1 Kamboja VECM 2 Rank-2 Laos VECM 6 Rank-1 Myanmar VAR 4 1 st difference Vietnam VECM 4 Rank-1 Sumber: Lampiran 2 dan 3 Berdasarkan hasil uji lag optimum didapatkan bahwa seluruh variabel dari seluruh negara, kecuali Vietnam, memiliki lag optimum satu. Sedangkan untuk negara Vietnam, lag optimum yang dipilih adalah lag kedua.

5.4. Hasil Uji Kausalitas