I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki aneka ragam kekayaan alam baik yang bersumber dari wilayah perairan maupun dari wilayah daratan. Sektor perikanan merupakan
sektor penting dalam menyumbangkan pendapatan negara secara nasional. Berdasarkan Tabel 1, kenaikan rata-rata produk domestik bruto PDB sektor
perikanan dari tahun 2004-2009 paling tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan yaitu sebesar 27,72 persen. Pada tahun
2009 PDB perikanan mencapai Rp 177.773,90 miliar atau memberikan kontribusi sebesar 3,17 persen terhadap PDB nasional.
Tabel 1 . Produk Domestik Bruto Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2004-2009 Miliar Rupiah
Lapangan Usaha
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Kenaikan rata-rata
2004-2009
Tanaman Bahan
Makanan 165.558,2
7,21 181.331,6
6,54 214.346,3
6,42 265.090,9
6,71 349.795,0
7,06 418.963,9
7,46 20,63
0,86 Tanaman
Perkebunan 49.630,9
2,16 56.433,7
2,03 63.401,4
1,90 81.664,0
2,07 105.969,3
2,14 112.522,1
2,00 18,16
-1,30 Peternakan
40.634,7 1,77
44.202,9 1,59
51.074,7 1,53
61.325,2 1,55
82.676,4 1,67
104.040,0 1,85
21,01 1,21
Kehutanan 20.290,0
0,88 22.561,8
0,81 30.065,7
0,90 36.154,1
0,92 40.375,1
0,82 44.952,1
0,80 17,54
-1,66 Perikanan
53.010,8 2,31
59.639,3 2,15
74.335,3 2,23
97.697,3 2,47
137.249,5 2,77
177.773,9 3,17
27,72 6,82
Keterangan: Nilai di dalam kurung adalah presentase setiap PDB terhadap PDB total
Angka Sementara; Angka Sangat Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik 2009
1
Sektor perikanan yang mencakup kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya masing-masing menyumbangkan kontribusi yang berbeda
pada volume produksi perikanan Indonesia. Kontribusi perikanan budidaya
1
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Miliar Rupiah. http:www.bps.go.idtab_subview.php?tabel=1daftar=1id_subyek=11notab=1. Diakses:19
September 2011.
2 mencapai 50,55 persen untuk keseluruhan jumlah volume produksi perikanan
secara umum sebesar 10,83 juta ton pada tahun 2010. Laju pertumbuhan volume produksi perikanan budidaya secara nasional sejak tahun 2006-2010 sebesar 19,56
persen per tahun, lebih tinggi dibandingkan perikanan tangkap yang hanya sebesar 2,78 persen Siaran Pers KKP, 2011
2
. Keadaan tersebut membuktikan bahwa kegiatan perikanan budidaya memegang peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan konsumsi penduduk. Tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2009-2010 mengalami
kenaikan sebesar 4,78 persen, yaitu sebesar 29,08 kgkapitatahun menjadi 30,47 kgkapitatahun. Untuk memenuhi kebutuhan ikan yang semakin meningkat dan
mencapai target sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015, pemerintah melakukan program peningkatan jumlah
produksi ikan yaitu lebih fokus pada kegiatan perikanan budidaya. Target produksi perikanan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 12,26 juta ton pada
tahun 2011 sebagian besar diharapkan berasal dari perikanan budidaya, yaitu sebesar 55,87 persen dari jumlah tersebut Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2011.
2
Perikanan budidaya yang terdiri dari beraneka ragam jenis ikan konsumsi memiliki kandungan gizi yang sangat baik bagi kesehatan manusia. Fakta
menunjukkan bahwa bangsa yang gemar mengkonsumsi ikan, masyarakatnya lebih cerdas dibandingkan dengan negara-negara yang relatif sedikit dalam
mengkonsumsi ikan. Negara-negara tersebut antara lain Jepang, China, Inggris dan Belanda. Salah satu komponen gizi yang terkandung dalam ikan yang diduga
berperan dalam peningkatkan kecerdasan ialah Docosa Hexaenoicacid DHA, merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa rantai panjang Omega-3, terdiri
dari 22 atom karbon, 32 atom hydrogen dan 2 atom oksigen Warta Pasarikan, 2010. Oleh karena itu, pemerintah memanfaatkan nilai gizi ikan sebagai upaya
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui program Gerakan Makan
2
Kementerian Kelautan dan Perikanan. http:www.kkp.go.idindex.phparsipc3815KKP-
REALISASIKAN-TARGET-2010?category_id=. Kkp Realisasikan Target 2010. Diakses: 10 Agustus 2011.
3 Ikan Nasional Gemarikan sejak tahun 2004.
3
Adapun kandungan nilai gizi ikan yang berasal dari perikanan budidaya terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2
. Nilai Gizi Ikan Budidaya Menurut Komoditas Utama persen
No. Nama Ikan
Kadar Air persen
Kadar Abu persen
Kadar Protein persen
Kadar Lemak persen
1 Bandeng
70,45 2,15
22,84 1,15
2 Lele
77,99 1,63
19,91 1,96
3 Nila
81 1,08
16,05 1,34
4 Rumput Laut
10,34 38,64
3,07 4,38
5 Kerapu
81,2 1,11
16,97 0,47
6 Ikan Mas
76.7±4.9 0.8±0.2
14.61±0.00 0.2±0.00
7 Udang Vannamei
81,35±0,97 0,64±0,06
17,43±0,89 0,15±0,03
8 Kakap Merah
80,51 1,33
17,82 0,55
Sumber: Database Nilai Gizi Ikan, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010
4
Pada Tabel 2, kadar protein ikan lele lebih unggul dibandingkan enam jenis ikan lainnya. Kadar protein ikan lele sebesar 19,91 persen menduduki urutan
kedua setelah ikan bandeng. Kandungan nilai gizi yang ada pada ikan lele dijadikan salah satu alasan bagi pemerintah untuk berkonsentrasi dalam
pengembangan produksi lele secara nasional selain kemudahan proses budidayanya. Sepuluh komoditas unggulan perikanan budidaya yang ditetapkan
pemerintah untuk mencapai target produksi sebesar 6,85 juta ton pada tahun 2011 adalah lele, rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin dan
gurame Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011. Salah satu langkah pemerintah dalam meningkatkan produksi lele secara
nasional adalah dengan memunculkan jenis lele unggulan melalui Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi. Pada tahun 2004,
BBPBAT Sukabumi berhasil memunculkan jenis lele baru yang diberi nama lele
3
Warta Pasar Ikan.http:www.wpi.kkp.go.idepaperwpi0410pageswpi_april10.pdf. Gemarikan
Masa Depan Bangsa. Diakses pada tanggal 30 Maret 2011.
4
Database Nilai Gizi Ikan, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
http:www.bbrp2b.kkp.go.idnilaigizi. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011.
4 sangkuriang. Lele sangkuriang berasal dari silang balik backcross sebagai upaya
mengembalikan penurunan kualitas lele karena adanya perkawinan sekerabat inbreeding pada lele dumbo BBPBAT Sukabumi, 2004. Persilangan lele
dumbo yang dilakukan BBPBAT mirip dengan kisah “Sangkuriang”, yaitu perkawinan antara induk lele dumbo betina generasi kedua F2 dengan induk
jantan generasi keenam F6. Induk F2 dan F6 adalah induk lele yang dimiliki BBPBAT Sukabumi. Induk betina F2 adalah keturunan kedua lele dumbo yang
dikenalkan ke Indonesia tahun 1985, sementara itu induk jantan F6 adalah keturunan dari induk betina F2 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2010.
Produksi lele dengan induk lele sangkuriang diharapkan mampu meningkatkan jumlah produksi lele secara nasional. Kementerian Kelautan dan
Perikanan KKP pada tahun 2010 telah menetapkan lima lokasi pengembangan minapolitan lele yang akan dipacu berproduksi hingga 30 ton per hari. Sentra-
sentra besar tersebut akan berada di daerah Bogor, Boyolali, Pacitan, Gunung Kidul dan Blitar.
5
Kabupaten Bogor sebagai wilayah yang dipusatkan untuk kawasan pengembangan produksi lele adalah tepat, karena merupakan lokasi pertama yang
dijadikan tempat penyebaran jenis lele sangkuriang selain Yogyakarta. Pemerintah menunjuk Kabupaten Bogor sebagai tempat penyebaran lele
sangkuriang untuk pertama kali karena daya dukung sarana dan potensi yang dimiliki.
Sarana-sarana yang dimiliki Kabupaten Bogor seperti air, pakan, benih dan pasar mendukung untuk pengembangan lele.
6
Kabupaten Bogor memiliki lokasi pemasaran ikan di Kecamatan Ciawi, Ciseeng dan Kecamatan Sukaraja
yaitu Holding Ground, Pasar Benih Ikan dan Pasar Ikan Higienis Disnakan Kabupaten Bogor, 2009. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009 jumlah produksi lele konsumsi mencapai 18.312,9 ton. Jumlah tersebut merupakan kombinasi jenis lele
5
Kementerian Kelautan dan Perikanan. http:www.kkp.go.id. KKP Anggarkan Rp 5 Miliar untuk
Wirausaha Pemula. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011.
6
Kementerian Kelautan dan Perikanan. http:www.perikanan-budidaya.kkp.go.id. Bogor Sentra
Budidaya Lele. Diakses pada tanggal 29 Maret 2011.
5 sangkuriang dan lele Dumbo. Pasar di Kabupaten Bogor tidak membedakan jenis
lele konsumsi yang akan dibeli, baik jenis lele sangkuriang maupun dumbo. Hal ini karena secara fisik kedua jenis lele tersebut sulit dibedakan.
7
Produksi lele pada tahun 2009 telah menjadikan Kabupaten Bogor sebagai penghasil lele
terbesar di Provinsi Jawa Barat atau sebagai sentra produksi lele. Selain itu, ikan lele merupakan komoditas yang mendominasi sektor
pembesaran perikanan budidaya di Kabupaten Bogor pada tahun 2009.
8
Berdasarkan Tabel 3, jumlah produksi komoditas lele konsumsi paling tinggi diantara jenis ikan konsumsi lainnya serta mengalami pertumbuhan positif sebesar
87,95 persen dari tahun 2008-2009.
Tabel 3.
Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009
No. Jenis Ikan
Produksi ton Kenaikan rata-rata
2008-2009 persen
2008 2009
1 Lele
9.744,80 18.315,02
87,95 2
Mas 8.124,35
3.859,62 -52,49
3 Gurame
1.854,82 1.946,43
4,94 4
Nila 3.494,96
1.842,17 -47,29
5 Bawal
904,91 2.026,14
123,91 6
Patin 571,76
584,84 2,29
7 Tawes
278,80 75,76
-72,83 8
Tambakan 48,50
33,67 -30,58
9 Mujair
29,21 31,68
8,46 10
Nila 8,23
2,10 -74,46
11 Lain-lain
26,95 25,30
-6,14 Jumlah
744,600.00 847,112.06
13,77 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2009
Semakin tingginya jumlah produksi ikan lele konsumsi atau lele untuk pembesaran, maka akan semakin meningkatkan jumlah permintaan benih ikan
lele. Permintaan benih ikan lele di Kabupaten Bogor juga akan semakin meningkat karena kabupaten ini merupakan salah satu wilayah sumber benih ikan
7
Indonesianaquaculture. http:www.indonesianaquaculture.comarchiveindex.phpt-161.html.
Asal Usul Lele Sangkuriang. Diakses pada tanggal 21 April 2011.
8
Kementerian Kelautan dan Perikanan. http:www.perikanan-budidaya.kkp.go.id. Profil Perikanan
Budidaya Kabupaten Bogor. Diakses pada tanggal 29 Maret 2011.
6 lele untuk kebutuhan lele pembesaran daerah lain. Sumber benih ikan lele di
Indonesia umumnya berasal dari Kabupaten Bogor, Bekasi, Sukabumi, Subang, Indramayu, Cirebon, Tulung Agung, Blitar dan kawasan budidaya ikan air tawar
sekitarnya.
9
Namun, kebutuhan permintaan benih tersebut belum didukung oleh kondisi Kabupaten Bogor. Produksi benih di Kabupaten Bogor justru
menunjukkan tren yang menurun dari tahun 2008-2009 sebagaimana terlihat pada Tabel 4, yaitu mengalami penurunan sebesar 74,65 persen.
Tabel 4
. Perkembangan Produksi Benih Ikan Lele di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009
No. Jenis Ikan
Produksi ribu ekor r persen
2008 2009
1 Lele
244.634,00 62.020,27
-74,65 2
Nila 109.580,00
35.700,40 -67,42
3 Nilem
397,00 0,00
-100,00 4
Mujair 2.181,00
693,06 -68,22
5 Gurame
92.282,00 36.166,89
-60,81 6
Tawes 9.459,00
5.510,48 -41,74
7 Patin
79.893,00 26.358,49
-67,01 8
Mas 166.502,00
56.663,19 -65,97
9 Sepat Siam
488,00 0,00
-100,00 10
Tambakan 6.051,00
1.807,47 -70,13
11 Bawal
33.133,00 622.191,81
1.777,86 Jumlah
744.600,00 847.112,06
13,77 Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor 2009
Tanpa adanya usaha pembenihan, usaha pembesaran ikan lele konsumsi tidak dapat dijalankan. Penurunan jumlah produksi benih membuka peluang
masyarakat untuk mengusahakan maupun memperluas usaha pembenihan lele sangkuriang di Kabupaten Bogor. Lele sangkuriang memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan lele dumbo dari segi jumlah telur yang
9
Kementerian Kelautan dan Perikanan. http:www.perikanan-budidaya.kkp.go.id. Usaha Budidaya
Lele Saat Ini. Diakses pada tanggal 29 Maret 2011.
7 dihasilkan, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian bobot dan toleransi
terhadap penyakit sebagaimana terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5
. Keunggulan Lele Sangkuriang Dibandingkan Lele Dumbo
No. Karakteristik
Lele Sangkuriang Lele Dumbo
1 Fekunditas butirkg induk betina
40.000-60.0000 20.0000-30.0000
2 Derajat penetasan telur
90 80
3 Pertumbuhan harian bobot benih umur 5-
26 hari 29,26
20,38 4
Intensitas Trichodina
sp. pada
pendederan di kolam individu 30-40
100 5
Intensitas Ichthiophthirius sp. pada pendederan di kolam individu
6,30 19,50
Sumber: BBPBAT Sukabumi 2004
Berdasarkan keunggulan-keunggulan pada Tabel 5, lele sangkuriang akan lebih menguntungkan untuk diusahakan dibandingkan dengan lele dumbo.
Namun, masih banyak masyarakat di Kabupaten Bogor yang menggunakan lele dumbo untuk usaha pembenihan. Hal tersebut dibuktikan dengan masih
banyaknya petani pembenihan lele di sentra produksi lele Kabupaten Bogor yang menggunakan lele dumbo dibandingkan lele sangkuriang, yaitu Kecamatan
Kemang, Gunung Sindur, Ciseeng dan Parung. Kurangnya minat petani dalam mengusahakan lele sangkuriang salah satunya karena lele sangkuriang relatif lebih
baru dibandingkan dengan lele dumbo. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pembenihan lele sangkuriang karena akan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan ikan. Analisis kelayakan akan sangat baik dilakukan pada usaha pembenihan
lele sangkuriang yang telah berhasil, dengan tujuan untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa usaha pembenihan lele sangkuriang juga menguntungkan
sebagaimana usaha pembenihan lele dumbo. Usaha pembenihan lele sangkuriang di Kabupaten Bogor yang telah berhasil dan merupakan lokasi percontohan di
Kabupaten Bogor adalah usaha milik Bapak Endang di Kampung Sukabirus, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Pemerintah telah menetapkan usaha Bapak Endang sebagai lokasi percontohan karena BBPBAT Sukabumi sebagai lembaga resmi yang
mengeluarkan jenis lele sangkuriang telah melakukan pembinaan teknis budidaya
8 pembenihan lele sangkuriang. Adanya pembinaan dan pengawasan dari BBPBAT
telah membuat usaha Bapak Endang semakin kaya akan ilmu pembenihan lele sangkuriang, sehingga cocok digunakan sebagai lokasi percontohan. Sejak berdiri
pada tahun 2007, usaha ini telah memiliki 98 kolam pembenihan pada lahan seluas 2.567 m
2
yang pada awalnya hanya memiliki kurang dari 10 kolam.
1.2 Perumusan Masalah