10 3.
Bagaimana  sensitivitas  peningkatan  biaya  pakan  dan  penurunan  jumlah produksi  terhadap  kelayakan  usaha  pembenihan  lele  sangkuriang  Bapak
Endang sebelum dan setelah pengembangan usaha? 4.
Bagaimana  alternatif  penggunaan  lahan  dan  modal  yang  paling menguntungkan  untuk  rencana  pengembangan  usaha  pembenihan  lele
sangkuriang Bapak Endang?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis  kelayakan  non  finansial  usaha  pembenihan  lele  sangkuriang
Bapak  Endang  dari  aspek  pasar,  teknis,  manajemen,  hukum,  sosial  serta
lingkungan.
2. Menganalisis  kelayakan  finansial  usaha  pembenihan  lele  sangkuriang  Bapak
Endang sebelum dan setelah pengembangan usaha.
3. Menganalisis  sensitivitas  peningkatan  biaya  pakan  dan  penurunan  jumlah
produksi  terhadap  kelayakan  usaha  pembenihan  lele  sangkuriang  Bapak
Endang sebelum dan setelah pengembangan usaha.
4. Menganalisis  alternatif  penggunaan  lahan  dan  modal  yang  paling
menguntungkan  untuk  rencana  pengembangan  usaha  pembenihan  lele
sangkuriang Bapak Endang. 1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, bagi: 1.
Peneliti,  sebagai  wadah  untuk  mengaplikasikan  ilmu  yang  diperoleh  selama menempuh studi di IPB.
2. Pelaku  agribisnis,  diharapkan  dapat  memberikan  alternatif  jenis  lahan  dan
modal  yang tepat untuk usaha pembenihan lele sangkuriang. 3.
Pemerintah, referensi untuk pembinaan usaha pembenihan lele sangkuriang.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lele Sangkuriang
Budidaya lele sangkuriang dapat dilakukan pada ketinggian 1 m – 800 m dpl  dan  tidak  memerlukan  persyaratan  lokasi  khusus  untuk  jenis  tanah  maupun
air.  Melalui  penggunaan  teknologi  yang  memadai,  budidaya  lele  sangkuriang masih  dapat  dilakukan  sampai  ketinggian  di  atas  800  m  dpl.  Tata  ruang  dan
lingkungan  sosial  sekitar  harus  tetap  diperhatikan  apabila  melakukan  budidaya secara  massal  BBPBAT  Sukabumi,  2004.  Budidaya  lele  sangkuriang  baik
pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan pada kolam tanah, bak tembok maupun  bak  plastik.  Sedangkan  sumber  air  dapat  berasal  dari  aliran  irigasi,  air
sumur  air  permukaan  atau  sumur  dalam  atau  air  hujan  yang  telah  dikondisikan terlebih dahulu.
Induk  lele  sangkuriang  yang  akan  digunakan  untuk  produksi  benih  harus berasal  dari  keturunan  yang  berbeda  serta  memiliki  karakteristik  kualitatif  dan
kuantitatif  yang  baik  berdasarkan  pada  morfologi,  fekunditas,  daya  tetas  telur, pertumbuhan  dan  sintasannya.  Adapun  persyaratan  reproduksi  induk  betina  lele
sangkuriang  adalah  memiliki  umur  minimal  satu  tahun,  berat  0,7–1  kg  dan panjang  standar  25-30  cm.  Sedangkan  persyaratan  induk  jantan  yaitu,  memiliki
umur minimal satu tahun, berat 0,5-0,75 kg dan panjang standar 30-35 cm. Induk betina  yang  siap  untuk  dipijahkan  adalah  induk  yang  sudah  matang  gonad,
ditandai dengan keadaan perut lele yang membesar dan lembek. Sedangkan induk jantan  ditandai  dengan  warna  alat  kelamin  yang  berwarna  kemerahan  BBPBAT
Sukabumi, 2004. Jumlah  induk  jantan  dan  induk  betina  yang  akan  dipijahkan  tergantung
pada  rencana  produksi  dan  sistem  pemijahan  yang  digunakan.  Pada  sistem pemijahan  buatan  diperlukan  jumlah  jantan  lebih  banyak  dibandingkan  jumlah
betina. Sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah induk jantan dan betina  dapat  berimbang.  Pemeliharaan  induk  antara  jantan  dan  betina  sebaiknya
dipisah  dalam  kolam  tanah  maupun  bak  tembok  dengan  padat  tebar  5  ekorm
2
dapat  dengan  air  mengalir  atau  air  diam.  Pakan  untuk  induk  dapat  berupa  pakan komersial  yang  memiliki  kandungan  protein  di  atas  25  persen  dengan  jumlah
12 pakan  2–3  persen  dari  bobot  biomasa  dan  frekuensi  pemberian  pakan  sebanyak
tiga kali dalam satu hari BBPBAT Sukabumi, 2004. Penetasan  telur  sebaiknya  dilakukan  pada  air  yang  mengalir  untuk
menjamin  ketersediaan  oksigen  terlarut  dan  penggantian  air  kotor  akibat pembusukan  telur  yang  tidak  terbuahi.  Penetasan  telur  lele  sangkuriang  akan
terjadi selama 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25
o
C. Larva lele yang  baru  menetas  memiliki  cadangan  makanan  berupa  kantung  telur  yolksack
yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu
yang  lebih  tinggi.  Tempat  pemeliharaan  larva  dilakukan  pada  hapa  penetasan. Setelah  larva  berumur  4–5  hari  atau  ketika  larva  sudah  dapat  berenang  dan
berwarna hitam maka pakan sudah dapat diberikan. 2.2 Pengembangan Usaha
Rohmawati  2010  meneliti  mengenai  analisis  kelayakan  pengembangan usaha  ikan  hias  air  tawar  pada  Arifin  Fish  Farm,  di  Desa  Ciluar,  Kecamatan
Bogor  Utara,  Kota  Bogor.  Penelitian  Rohmawati  bertujuan  untuk  menganalisis kelayakan  pengembangan  usaha  tersebut  apabila  dilihat  dari  aspek  non  finansial
aspek teknis,  aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek pasar, aspek finansial NPV, IRR, Net BC dan Payback Period serta
menganalisis sensitivitas perubahan dalam harga penjualan. Apabila dilihat dari aspek non finansial, pengembangan usaha pada Arifin
Fish  Farm  adalah  layak  untuk  dijalankan.  Permintaan  ikan  hias  air  tawar  masih lebih  tinggi  dibandingkan  penawaran  yang  ada.  Berdasarkan  aspek  teknis,  usaha
ini layak untuk dilaksanakan. Arifin Fish Farm tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan atau ketersediaan induk ikan hias air tawar maupun bahan baku untuk
usaha,  penggunaan  tenaga  kerja  berasal  dari  warga  sekitar  lokasi  usaha,  lokasi usaha  dekat  dengan  pasar,  suhu  dan  pH  di  lokasi  usaha  mendukung  untuk
pertumbuhan  ikan,  memiliki  alat  transportasi  serta  sikap  masyarakat  yang mendukung adanya kegiatan usaha ikan hias air tawar.
Deskripsi  pekerjaan  pada  usaha  ini  juga  sudah  jelas,  karena  telah  dibagi- bagi  sesuai  divisi  yang  dibutuhkan.  Namun,  perusahaan  ini  belum  menentukan
bentuk badan hukum usaha. Hal ini karena skala usaha yang masih sederhana dan
13 hampir  seluruh  modal  yang  digunakan  berasal  dari  satu  orang  pemilik  usaha.
Keberadaan  usaha  ini  juga  tidak  mencemari  lingkungan,  karena  limbah  buangan tidak memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.
Begitu  juga  apabila  dilihat  dari  aspek  finansial  melalui  nilai  kriteria investasi,  pengembangan  usaha  dapat  dilaksanakan.  Perhitungan  analisis
sensitivitas  terhadap  perubahan  harga  jual  ikan  sebesar  20  persen  dan  30  persen pada  rencana  pengembangan  usaha  dengan  lahan  800  m
2
menunjukkan  bahwa, hasil penurunan harga jual dari 20 persen usaha ini masih layak untuk dijalankan
dengan nilai NPV sebesar Rp 1.125.203.260,00,  Net BC sebesar 2,43, nilai IRR sebesar 34 persen dan Payback Periode selama 3,15 tahun. Sedangkan dari hasil
penurunan  harga  jual  sebesar  30  persen,  perhitungan  nilai  NPV  menghasilkan nilai  Rp  667.985.016,00,  Net  BC  sebesar  1,79,  nilai  IRR  sebesar  24  persen  dan
Payback Periode selama 4,34 tahun.
Agustika 2009 juga meneliti mengenai kelayakan perluasan usaha, yaitu tentang analisis kelayakan perluasan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish
Farm di  Kecamatan  Cibinong,  Kabupaten  Bogor.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk
menganalisis  kelayakan  perluasan  usaha  pada  Budi  Fish  Farm  dilihat  dari  aspek finansial  analisis  biaya  manfaat  selama  sepuluh  tahun,  aspek  non  finansial  dan
analisis  switching  value.  Berdasarkan  hasil  analisis  finansial  melalui  perluasan usaha  untuk  waktu  sepuluh  tahun,  usaha  ini  layak  untuk  dilaksanakan.  Hal  ini
dilihat dari hasil perhitungan NPV0, Net BC1 dan IRR lebih besar dari tingkat suku  bunga  yang  berlaku.  Hasil  perhitungan  analisis  sensitivitas  terhadap
perubahan biaya produksi variabel BBM dan pakan cacing menunjukkan bahwa usaha  ini  tetap  layak  untuk  dilanjutkan.  Berdasarkan  hasil  perhitungan,  adanya
kenaikan harga bahan bakar minyak lebih peka terhadap jalannya usaha pemasok ikan hias air tawar dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada harga pakan
cacing. Apabila ditinjau dari aspek pasar, usaha  Budi  Fish Farm  masih memiliki
peluang  pasar  luas.  Permintaan  akan  ikan  hias  belum  terpenuhi  dari  persediaan yang  telah  ada  saat  ini.  Berdasarkan  aspek  teknis,  Budi  Fish  Farm  telah
mempertimbangkan  lokasi  usaha  secara  tepat.  Jika  dilihat  dari  aspek  sosial, keberadaan  usaha  ini  telah  memberikan  dampak  yang  positif  bagi  masyarakat
14 sekitar untuk penyediaan lapangan pekerjaan. Aspek manajemen usaha ini masih
memiliki  struktur  usaha  yang  sederhana,  namun  perusahaan  tetap  bisa menjalankan fungi manajemennya dengan baik.
Wijayanto  2005,  meneliti  mengenai  analisis  kelayakan  finansial  usaha pembesaran  ikan  mas  kolam  air  deras  pada  MN  Fish  Farm,  Kabupaten  Subang,
Jawa  Barat.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menilai  kelayakan  investasi  usaha pembesaran  ikan  mas  menggunakan  dua  skenario,  yaitu  menggunakan  modal
sendiri  dan  menggunakan  pinjaman  ditambah  modal  sendiri  sebagai  alternatif perluasan  usaha  baru.  Untuk  skenario  II  menggunakan  modal  sebagian  besar
pinjaman  dari  bank  ditambah  modal  sendiri  terbagi  menjadi  dua,  yaitu  dengan tingkat diskonto 6 persen dan 15 persen.
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  kedua  skenario  layak  untuk dijalankan.  Namun,  jika  dilihat  dari  nilai  IRR  dan  Net  BC,  pelaksanaan  usaha
dengan modal pinjaman bank dengan tingkat diskonto 6 persen lebih layak untuk dilaksanakan  dibandingkan  skenario  I  seluruh  modal  yang  digunakan  adalah
modal  sendiri  dan  skenario  II  yang  menggunakan  tingkat  diskonto  15  persen. Apabila  dilihat  dari  hasil  analisis  switching  value  dengan  tingkat  diskonto  6
persen, usaha ini tidak peka terhadap kenaikan harga input. Usaha ini juga masih layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga
output  sebesar  5,56  persen.  Namun,  usaha  menjadi  tidak  layak  jika  terjadi penurunan  harga  output  sebesar  11,11  persen  atau  16,67  persen  usaha  peka
terhadap  adanya  penurunan  harga  output.  Kombinasi  penurunan  harga  output sebesar  5,56  persen  dan  kenaikan  harga  pakan  sebesar  7,91  persen  tidak
berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Tetapi kombinasi penurunan harga output sebesar  5,56  persen  dan  kenaikan  harga  benih  sebesar  30,4  persen  menjadikan
usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Tiga  penelitian  mengenai  pengembangan  usaha  dengan  berbagai  jenis
komoditi  di  atas  telah  memberikan  pengetahuan  mengenai  kelayakan pengembangan  usaha  pada  komoditi  pertanian  maupun  perikanan.  Alat  analisis
yang  digunakan  untuk  penelitian  adalah  sama  yaitu  analisis  non  finansial  dan analisis finansial. Alat analisis non finansial antara lain aspek pasar, aspek teknis,
aspek  manajemen,  aspek  hukum,  aspek  sosial  dan  lingkungan.  Sedangkan  alat
15 analisis finansial menggunakan kriteria investasi NPV, IRR, Net BC dan Payback
Period .  Oleh  karena  itu,  penelitian  ini  akan  menggunakan  alat  analisis  non
finansial dan finansial yang sama dengan penelitian sebelumnya.
2.3 Alternatif Penggunaan Modal