Kondisi Geografis Analisis Aspek-Aspek Non Finansial .1 Aspek Pasar Permintaan dan Penawaran

V GAMBARAN UMUM USAHA

5.1 Kondisi Geografis

Usaha Bapak Endang berada di Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak Desa Gadog dimana usaha Bapak Endang berada cukup strategis, karena hanya 3 km dari ibu kota Kecamatan Megamendung, 30 km dari ibu kota Kabupaten, 124 km dari ibu kota Jawa Barat dan 70 km dari ibu kota negara Data Monografi Desa Gadog, 2010. Semakin dekat dengan wilayah perkotaan, akan semakin mempermudah dalam memasarkan dan promosi produknya kepada masyarakat luas. Ketinggian Desa Gadog terletak antara 650-1.100 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu rata-rata 24-27 o C Data Monografi Kecamatan Megamendung, 2010. 5.2 Keragaan Umum Usaha Bapak Endang 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha Usaha Bapak Endang mulai berdiri sejak tahun 2007. Usaha ini merupakan milik pribadi Bapak Endang bersama anaknya, yaitu Bapak Agus. Usaha Bapak Endang dari awal berdiri telah mengalami perkembangan yang pesat sampai memiliki 98 kolam pembenihan. Melalui usaha Bapak Endang, petani yang belum memiliki pasar atau pelanggan tetap dapat memasarkan benih lele sangkuriangnya. Usaha Bapak Endang selalu mengalami kelebihan permintaan benih karena semakin dikenal oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Oleh karena itu, Bapak Endang membentuk plasma dengan petani pembenihan sekitar untuk memenuhi permintaan yang ada. Jumlah plasma yang dimiliki mencapai 10 petani, namun masih belum dapat memenuhi permintaan. Usaha Bapak Endang sampai bulan Mei 2011 sudah memiliki 98 kolam pembenihan dan 2 kolam indukan pada lahan seluas 1.232 m 2 milik sendiri dan 1.335 m 2 sewa. Sebanyak 98 kolam pebenihan tersebut tidak sekaligus diinvestasi dalam waktu satu kali, namun dilakukan beberapa kali mulai tahun 2007. Rata- rata jumlah produksi benih lele sangkuriang dari jumlah kolam tersebut sebanyak 370.971 ekor per bulan dan dijual Rp 150,00 per ekor. Jumlah produksi setiap bulannya belum bisa memenuhi permintaan konsumen dari daerah Bekasi dan Parung. Jumlah permintaan yang tidak dapat terpenuhi selama satu bulan dari 40 daerah tersebut sebanyak 2.300.000 ekor, karena jumlah produksi rata-rata per bulan sebanyak 370.971 ekor hanya cukup untuk kebutuhan di luar permintaan tersebut Bogor, Bekasi, Jakarta, Parung, Jonggol, Bandung, Tasik dan Garut. Oleh karena itu, Bapak Endang berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan yang ada.

5.2.2 Struktur Organisasi Usaha Bapak Endang

Struktur organisasi yang dimiliki usaha Bapak Edang terdiri dari ketua, wakil ketua, dan karyawan. Seluruh tenaga kerja yang berjumlah delapan orang berasal dari warga yang ada di sekitar lokasi usaha. Bapak Endang sebagai ketua merupakan orang yang melakukan kegiatan perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan pengendalian usaha dibantu dengan wakil ketua. Bapak Endang juga melakukan perencanaan jadwal produksi untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan jumlah kolam yang ada, mengorganisasikan tugas karyawan sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak luar seperti konsumen yang akan membeli benih untuk menyesuaikan jumlah permintaan dengan kondisi persediaan benih yang ada. Selain itu, Bapak Endang juga melakukan pengarahan kepada seluruh karyawan mengenai pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, melakukan pengendalian dengan cara mengawasi jalannya kegiatan usaha dengan ikut serta pada pemeliharaan benih, mengelola keuangan, serta mengawasi pekerjaan wakil ketua agar sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Semua keputusan akhir usaha berasal dari ketua sehingga segala informasi yang dikeluarkan hanya berasal dari satu pintu, yaitu melalui ketua yang sekaligus merupakan pemilik usaha. Selain membantu tugas ketua, wakil ketua juga bertugas untuk mengkoordinasikan staff kolam yang berjumlah lima orang. Wakil ketua adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan pembenihan yang dikerjakan staff kolam. Staff kolam memiliki tugas dalam pengelolaan seluruh kegiatan produksi, mulai dari pemilihan induk untuk pemijahan, pemberian pakan, pengelolaan kolam mengatur tataguna air serta penanggulangan hama dan penyakit hingga pemanenan benih. Apabila terdapat masalah dengan konsumen pembesaran, maka staff kolam bertugas juga dalam membantu konsumen pembesaran untuk mengatasi masalah yang terjadi. Usaha Bapak Endang 41 memiliki prinsip untuk bertanggungjawab dalam membantu teknik produksi konsumen petani pembesaran yang telah membeli benih. Staff kolam sudah tidak melakukan kontrol terhadap kolam pembenihan setelah pukul 22.00 WIB, serta mulai bekerja pada pukul 6.00 WIB. Usaha Bapak Endang juga memiliki dua staff lapang dengan tugas lebih difokuskan pada kegiatan yang berhubungan dengan proses transportasi. Tugas staff lapang terdiri dari pengiriman benih untuk konsumen, membeli kebutuhan produksi pakan dan peralatan serta membantu tugas staff kolam apabila tidak mengerjakan tugas utama staff lapang. Jam kerja staff lapang dimulai dari pukul 07.00-17.00 WIB dengan waktu istirahat pada saat sholat Dhuhur dan Ashar. Adapun gambar struktur organisasi yang ada pada usaha Bapak Endang terdapat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Organisasi Usaha Bapak Endang

5.2.3 Kegiatan Usaha Bapak Endang

5.2.3.1 Pengadaan Input Input usaha terdiri dari induk, pakan dan peralatan produksi. Induk lele sangkuriang diperoleh dari BBPBAT Sukabumi pada awal sebelum usaha dimulai. Pakan pelet dan peralatan produksi diperolah dari pasar yang ada di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pembelian peralatan produksi seperti perlengkapan kebersihan dilakukan ketika alat tersebut sudah rusak, sedangkan pembelian pakan pelet dilakukan setiap satu minggu sekali karena pakan dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Pakan cacing sutera diperolah dari pedagang yang ada di Kecamatan Gedung Halang, Kabupaten Bogor. Pembelian cacing sutera dilakukan pada setiap kali produksi karena cacing sutera tidak dapat Staff Kolam Staff Lapang Ketua Bapak Endang Wakil Ketua Bapak Agus 42 disimpan dan harus langsung digunakan. Pembelian cacing sutera dilakukan setiap dua hari sekali. Cara pembayaran induk, pakan dan peralatan produksi dilakukan secara tunai pada saat pembelian. 5.2.3.2 Proses Produksi

1. Kebutuhan Kolam dan Luas Lahan

Jumlah kolam yang ada di Desa Gadog terdiri dari 2 kolam induk, 3 kolam pemijahan dan 98 kolam pembenihan. Adapun rincian jenis dan luas kolam tersebut terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis dan Ukuran Kolam Pembenihan Lele Sangkuriang Usaha Bapak Endang No. Jenis Kolam Ukuran Jumlah 1. Kolam Induk: - Kolam tembok - Kolam tanah terpal 2,5x2 m 2 , tinggi 1 m 8x4 m 2 , tinggi 1,5 m 1 1 2. Kolam Pemijahan 2x4 m 2 ,tinggi 1 m 3 3. Kolam Pembenihan 3x4 m 2 ,tinggi 45 cm 98 Jumlah Seluruh Kolam 103 Kebutuhan lahan untuk kolam indukan, pemijahan dan pembenihan tersebut adalah seluas 2.647 m 2 . Luas tersebut sudah termasuk jarak antara satu kolam dengan kolam yang lain untuk perawatan benih ikan. Ukuran jarak antara satu kolam dengan kolam yang lain adalah 50 cm. Jarak tersebut merupakan ukuran ideal untuk melakukan perawatan kolam yang terdiri dari pembersihan dan perbaikan kolam, pemberian pakan dan penanggulangan hama serta penyakit pada benih. 1. Pemerataan Tanah 2. Pemasangan Bambu 3. Pemasangan Terpal 43 4. Pengisian Air 5. Pemerataan Terpal 6. Kolam Pembenihan Gambar 3. Persiapan Kolam Pembenihan

2. Persiapan Induk Lele Sangkuriang

Pembenihan lele sangkuriang sangat dipengaruhi oleh kualitas induk yang digunakan. Induk pada Usaha Bapak Endang diperoleh dari BBPBAT Sukabumi yang melakukan produksi benih asli lele sangkuriang. Induk jantan dan betina yang diperoleh dari BBPBAT Sukabumi tersebut dipelihara bersama-sama di dalam kolam tembok dan kolam tanah terpal. Pemberian pakan induk dilakukan satu kali dalam sehari, yaitu pada pukul 18.00 WIB menggunakan pakan pelet apung bermerek Hi-Pro-Vite 781. Pengambilan induk untuk pemijahan dari kolam pemeliharaan dilakukan secara acak sebanyak 4 betina dan 3 jantan untuk satu siklus pembenihan. Adapun ciri-ciri induk lele sangkuriang yang siap untuk dipijahkan dikawinkan terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Siap Pijah Induk Jantan Induk Betina Perut membesar atau buncit dan terasa lembek jika diraba Alat kelaminnya memerah Pergerakannya lambat dan jinak Tubuh ramping dan geraknnya lincah Alat kelaminnya bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar bengkak Alat kelaminnya tampak jelas dan lebih meruncing Warna tubuh berubah menjadi cokelat kemerahan Ada perubahan warna tubuh menjadi cokelat kemerahan Kadang-kadang warna sirip-sirip tampak kemerahan Jika perut diurut, kadang-kadang akan keluar telur yang warnanya kuning tua Sumber: Mahyuddin 2008 disesuaikan dengan Kondisi Usaha Bapak Endang 2011 44 Gambar 4. Penangkapan Induk Lele Sangkuriang

3. Pemijahan Lele Sangkuriang

Pemijahan adalah suatu rangkaian kegiatan pengeluaran telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan. Terdapat tiga macam teknik untuk pemijahan, yaitu pemijahan secara alami, pemijahan secara semi intensif induce spawning dan pemijahan secara intensifbuatan induce breeding. Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan pada induk tanpa diberi hormon perangsang, tetapi dibiarkan secara alami induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan sel telurnya di dalam kolam pembuahan terjadi secara alami. Pemijahan semi intensif hampir sama dengan pemijahan secara alami, namun pada pemijahan secara semi intensif, baik induk jantan maupun betina disuntik dengan hormon perangsang untuk pematangan dan ovulasi sel telur. Sedangkan pemijahan secara buatan terjadi apabila induk jantan dan betina disuntik dengan hormon perangsang dan proses pengeluaran sel telur dan sperma dilakukan oleh manusia Mahyuddin, 2008. Pemijahan yang dilakukan pada Usaha Bapak Endang adalah pemijahan secara alami pada kolam terpal. Kolam terpal berukuran 2x4 m 2 dengan tinggi 1 m diisi dengan 15 biji kakaban sarang untuk meletakkan telur pada saat pemijahan secara sejajar memenuhi isi kolam. Agar kakaban tetap berada di dasar kolam saat terjadi pemijahan, maka kakaban diberi pemberat di atasnya. Pemberat dapat berupa batu atau benda lain yang tidak dapat melukai lele. Kolam tersebut kemudian diisi dengan air setinggi 30 cm dari dasar kolam. Adapun waktu yang baik untuk memasukkan induk pada kolam pemijahan adalah pukul 12.00-18.00 WIB dan waktu dimulainya pemijahan adalah pada saat induk jantan dan betina telah masuk kedalam satu kolam yang sama. Setelah 12 jam induk jantan dan betina berada di dalam kolam, maka akan terjadi pembuahan secara alami. 45 1. Penyusunan Kakaban 2. Pengisian Air 3. Pemijahan Batu Pemberat Gambar 5. Proses Pemijahan Induk Lele Sangkuriang 4. Penetasan Telur - Persiapan Kolam Penetasan Telur Kolam yang digunakan untuk penetasan telur adalah kolam pembenihan berukuran 3x4 m 2 dengan tinggi 45 cm. Kolam tersebut harus dalam keadaan bersih pada saat air akan diisikan ke dalam kolam. Pengisian air pada kolam setinggi 10-15 cm dari dasar kolam. Namun, pengisian air bergantung pada musim yang terjadi. Pada saat musim hujan, ketinggian air adalah 10 cm dari dasar kolam. Lain halnya pada saat musim kemarau, ketinggian air bisa mencapai 15 cm dari dasar kolam. - Penetasan Telur Telur akan menetas setelah 24 jam dikeluarkan dari perut induknya. Waktu ideal untuk memindahkan kakaban dari kolam pemijahan ke dalam kolam pembenihan adalah setelah pukul 16.00 WIB, ketika telur-telur sudah terlihat menempel di kakaban. Pemilihan waktu tersebut bertujuan agar telur yang menempel di kakaban terhindar dari sengatan sinar matahari yang dapat membahayakan kehidupan telur. Jenis telur yang menempel di kakaban adalah transparan dan putih susu. Telur yang berwarna transparan adalah telur yang fertil telah dibuahi, sedangkan telur yang berwarna putih susu adalah telur yang tidak dibuahi. Telur tersebut dimasukkan ke dalam kolam pembenihan bersama kakaban tempat menempelnya telur selama 15-18 hari. Jumlah kakaban yang dimasukkan ke dalam satu kolam pembenihan adalah 3 buah dengan posisi kakaban yang terdapat telur lele dihadapkan pada dasar kolam. Induk yang digunakan untuk pemijahan selanjutnya diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam kolam pemeliharaan induk. 46 1.Telur yang dibuahi 2. Kolam Penetasan 3. Pemeliharaan Larva Gambar 6. Proses Pemeliharaan Larva

5. Pemeliharaan Larva - Tataguna Air

Air yang digunakan untuk mengisi kolam pembenihan harus diperhatikan dengan baik, karena kualitas air akan mempengaruhi tingkat kematian benih lele sangkuriang. Pergantian air kolam pembenihan yang sudah lengket sudah berlendir dengan cara membuang setengah dari jumlah seluruh air yang ada di dalam kolam, kemudian diisi dengan air baru sejumlah buangan air yang telah berlendir. Pergantian air selanjutnya atau penahapan air sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari pukul 06.00-10.00 WIB atau pada sore hari pukul 17.00 sampai malam. Tujuan pemilihan waktu tersebut adalah untuk menghindari kematian lele akibat perbedaan suhu sebelum dan sesudah penggantian air. Tataguna air juga harus disesuaikan dengan jenis pakan yang digunakan pada pemeliharaan benih lele sebagaimana dirinci pada Tabel 8. Tabel 8. Tataguna Air Berdasarkan Jenis Pakan Benih Lele Sangkuriang No. Jenis pakan Tinggi Air Kolam Pembenihan cm 1. Cacing Sutera 10-15 2. Pelet Fengli 20 3. Pelet PF1000 25 4. Pelet L1K 30 - Tataguna Pakan Pemberian pakan untuk benih lele sangkuriang disesuaikan dengan umur dan bukaan mulut benih. Pakan yang digunakan terdiri dari pakan alami cacing sutera dan pakan buatan pelet. Adapun rincian jenis pakan yang digunakan berdasarkan umur benih terdapat pada Tabel 9. 47 Tabel 9. Jenis dan Jumlah Pakan Benih Lele Sangkuriang Berdasarkan Umur Satu Siklus Pembenihan No. Umur hari Jenis Pakan Jumlah 1 0-4 - - 2 5-18 Cacing Sutera 40 liter 3 19-25 Pelet Fengli 15 kg 4 26-35 Pelet PF1000 20 kg 5 36-Panen Pelet L1K 30 kg Benih lele sangkuriang tidak diberi pakan sejak telur menetas sampai berumur empat hari. Benih lele yang baru menetas masih memiliki cadangan makanan berupa kantung telur yolksack yang akan diserap sebagai sumber makanan sampai lele berumur empat hari. Mulai umur lima hari lele diberikan pakan cacing sutera sampai berumur 18 hari, kemudian diberikan pakan pelet sampai lele siap untuk dipanen. Pemberian pakan cacing sutera dilakukan satu kali dalam waktu tiga hari, sedangkan pakan pelet diberikan tiga kali dalam waktu satu hari, yaitu pada pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB dan 20.00 WIB. Pemberian pakan pada saat terjadi hujan sebaiknya dihindari. Air hujan yang mengandung zat asam akan termakan oleh benih lele bersamaan dengan pakan dan dapat menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, pemberian pakan dapat dilakukan kembali setelah satu jam hujan berlangsung pada saat kandungan zat asam air hujan sudah mulai berkurang. Proses pemberian pakan harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian pakan pelet maupun cacing harus langsung habis dan tidak ada yang tersisa di dalam kolam. Pakan yang tersisa akan mengendap dan menimbulkan penyakit. Pemberian pakan apung yang baik adalah dibasahi dengan air secukupnya sebelum diberikan kepada benih. Hal tersebut bertujuan untuk menyesuaikan kondisi ikan dengan jenis pakan. - Penanggulangan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang timbul pada pembenihan lele dapat disebabkan karena faktor cuaca, kondisi kolam maupun teknis perawatan. Hama yang menyerang pembenihan lele sangkuriang antara lain uncrit anak kumbang air, kecebong dan kini-kini anak capung. Hama tersebut sering muncul pada waktu pagi hari ketika benih lele diberikan pakan cacing sutera. Penanggulangan hama 48 dapat dilakukan dengan menangkap menggunakan serok hama. Penggunaan bahan kimia tidak diperkenankan untuk pembasmian hama, karena dapat membahayakan kelangsungan hidup benih. Adapun macam-macam jenis penyakit yang sering menyerang lele dijelaskan pada Tabel 10.

6. Pensortiran Benih

Pensortiran benih bertujuan untuk menyeragamkan ukuran benih yang akan dijual. Peyortiran pada Usaha Bapak Endang dilakukan sebanyak tiga kali berdasarkan umur benih, sampai ukuran siap untuk dijual, yaitu: - Pensortiran Pertama: Pensortiran dilakukan saat benih lele berumur 18-25 hari. Pensortiran ini menggunakan alat sortir ukuran 2-3 cm dan 3-4 cm. - Pensortiran Kedua: Pensortiran dilakukan saat benih lele berumur 25-35 hari. Pensortiran ini menggunakan alat sortir ukuran 3-4 cm dan 3-5 cm. - Pensortiran Ketiga: Pensortiran dilakukan saat benih lele berumur 45 hingga panen. Pensortiran ini menggunakan alat sortir ukuran 4-6 cm. Pada umur 45 hari-panen dilakukan 5 kali pensortiran sampai benih lele benar-benar habis terjual.

7. Pemanenan

Panen pertama benih yang berukuran 4-6 cm sudah dapat dilakukan ketika lele berumur 45 hari. Panen pertama disebut juga dengan “Panen Raya”. Panen raya adalah istilah yang menunjukkan bahwa pada saat itu panen benih ukuran 4-6 paling banyak jumlahnya. Sisa benih yang masih berukuran di bawah 4-6 cm dapat ditunggu hingga berukuran 4-6 cm sampai berumur sembilan minggu. Jumlah panen benih rata-rata untuk satu siklus usaha adalah sebanyak 57.600 ekor. Teknis pemanenan dilakukan dengan cara menyerok benih berukuran 4-6 cm menggunakan alat seser dan bak sortir. Setelah itu, benih-benih tersebut dimasukkan ke dalam dirigen yang telah diisi dengan air kolam yang sama untuk pemeliharaan dan dikirim kepada petani pembesaran lele. Proses pemanenan benih terdapat pada Gambar 7. 49 Tabel 10. Jenis Penyakit pada Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang No. Jenis Penyakit Gejala Faktor Pemicu Pencegahan 1 Culumnaris Cotton woll disease Terbentuknya luka atau lecet-lecet pada permukaan tubuh terutama pada kepala, ekor dan insang, terjadi pendarahan, gerakan renang lambat dan lele banyak mengambang pada permukaan air Terjadi penumpukan pakan dan kotoran yang membusuk pada dasar kolam serta suhu lingkungan meningkat terlalu tinggi Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan benih agar tidak tersisa di dalam kolam dan tataguna air dilakukan dengan baik, sehingga suhu kolam terjaga 2 Aeromonas hydrophila Terjadi gelembung besar di bawah perut yang berisi cairan bening, terjadi pembengkakan pangkal sirip renang, terjadi luka pada permukaan tubuh, kehilangan nafsu makan dan ikan lemas tampak di permukaan air Adanya pencemaran air oleh penumpukan sisa pakan dan kotoran yang membusuk pada dasar kolam Mengontrol kualitas air, mencegah kelebihan pakan yang tidak dikonsumsi, membuang dan mengurangi kadar bahan organik dalam air sisa-sisa pakan dan kotoran ikan 3 Bintik Putih white spot Adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh dan insang serta ikan berwarna pucat Kualitas air yang kurang mendukung, suhu air yang dingin dan kepadatan ikan terlalu tinggi Menggunakan air yang kualitasnya baik, paralatan yang digunakan hendaknya dibersihkan terlebih dahulu dan suhu air dipertahankan pada level 28 o C 4 Gatal Ikan lemah, warna tubuh tidak cerah kusam dan sering menggosok- gosokkan tubuhnya pada bagian dinding atau dasar kolam Kualitas air kurang mendukung, kandungan oksigen rendah dan kepadatan ikan terlalu tinggi Perbaikan kualitas air, menjaga kebersihan sarana budidaya dan mengatur padat tebar ikan 5 Penyakit yang disebabkan virus Ikan berenang berputar-putar, sering menggantung arah vertikal di permukaan air, tampak lemah, hilang keseimbangan serta pendarahan pada bagian perut dan sirip Penurunan kualitas air, suhu berfluktuasi dan kapadatan ikan terlalu tinggi Melakukan manajemen penanganan air dan penebaran ikan secara benar Sumber: Mahyuddin 2008 disesuaikan dengan Keadaan Usaha Bapak Endang 2011 50 Gambar 7. Proses Pemanenan Benih

5.2.3.3 Pemasaran Benih

Pemasaran benih dilakukan dengan cara pembeli langsung datang ke lokasi usaha. Benih yang berukuran 4-6 cm dijual dengan harga Rp 150,00 kepada semua pembeli. Pemasaran tidak dilakukan pada pasar benih karena pembeli sudah banyak yang berdatangan ke lokasi usaha. Promosi penjualan hanya dilakukan dengan metode word of mouth. Pembeli benih adalah petani pembesaran lele dari daerah Bogor, Bekasi, Jakarta, Jonggol, Bandung, Tasik dan Garut. Periode pembelian dapat dilakukan setiap hari selama benih yang sudah siap untuk dijual tersedia. Cara pembayaran benih dapat dilakukan secara tunai atau mentransfer uang ke rekening pribadi Bapak Endang. VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Aspek-Aspek Non Finansial 6.1.1 Aspek Pasar

a. Permintaan dan Penawaran

Usaha Bapak Endang saat ini hanya mampu memproduksi benih sebanyak 370.971 ekor per bulan untuk memenuhi permintaan daerah Bogor, Bekasi, Jakarta, Parung, Jonggol, Bandung, Tasik dan Garut. Permintaan benih yang belum mampu terpenuhi dengan usaha yang ada pada saat ini sebanyak 2.300.000 ekor ukuran 4-6 cm per bulan yang berasal dari daerah Bekasi dan Parung. Jumlah benih yang akan dihasilkan pada rencana pengembangan usaha sebanyak 757.029 ekor per bulan. Jumlah tersebut belum mampu memenuhi kekurangan permintaan yang ada pada usaha saat ini, sehingga masih terdapat 1.542.971 ekor permintaan benih yang belum bisa dipenuhi, meskipun sudah mewujudkan rencana pengembangan usaha. Oleh karena itu, peluang untuk terus mengusahakan benih lele masih sangat besar di Kabupaten Bogor. Permintaan yang paling besar berasal dari daerah Bandung. Bapak Endang tidak melakukan penjualan benih di pasar, melainkan pembeli benih yang datang langsung ke lokasi usaha. Pembeli benih tersebut adalah petani-petani pembesaran lele. b. Harga Harga jual benih lele sangkuriang ukuran 4-6 cm pada usaha Bapak Endang berlaku sama untuk semua pembeli, yaitu Rp 150,00 per ekor. Harga tersebut didasarkan pada harga yang berada di pasar dan telah disesuaikan juga dengan biaya produksi benih. Biaya pengiriman tidak dimasukkan dalam penetapan harga, sehingga biaya tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan pembeli. Pembelian dalam jumlah sedikit maupun besar juga tidak merubah harga beli karena harga tersebut sudah disesuikan dengan biaya produksi. Harga benih pada pesaing di sekitar daerah Desa Gadog relatif sama, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan karena pembentukan harga akhir disesuaikan juga dengan keputusan penjual. 52

c. Pemasaran