Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Teoritis .1 Studi Kelayakan Proyek

25

3.1.3.3 Internal Rate of Return IRR

Kelayakan suatu bisnis dapat dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan, yang dapat ditunjukkan dengan mengukur besarnya Internal Rate of Return Nurmalina et al., 2009. Internal Rate of Return merupakan suatu tingkat discount rate DR yang menghasilkan net present value sama dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari social opportunity cost of capital SOCC dapat dikatakan bahwa proyek tersebut layak. Jika IRR sama dengan SOCC maka bisnis tidak untung maupun rugi dan jika IRR di bawah nilai SOCC maka proyek tersebut tidak layak Ibrahim, 2003.

3.1.3.4 Payback Period PP

Payback Period merupakan jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan cash in flows secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis ini perlu ditampilkan dalam studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama usahaproyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi Ibrahim, 2003. Menurut Nurmalina et al.. 2009, Payback Period merupakan suatu analisis yang mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya, memiliki kemungkinan untuk dipilih.

3.1.3.5 Analisis Laba Rugi Usaha

Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperolah suatu perusahaan dan juga digunakan untuk menghitung jumlah penjualan minimum baik dari kuantitas atau pun nilai uang dari suatu aktifitas bisnis, nilai produksi atau penjualan tersebut merupakan titik impas break even point. Selain itu, laporan laba rugi dapat dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow studi kelayakan bisnis Nurmalina et al.,2009.

3.1.4 Analisis Sensitivitas

Menurut Nurmalina et al. 2009, analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu 26 analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitif tidak terhadap perubahan yang terjadi. Sedangkan, Gittinger 1986 menyatakan bahwa analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap keadaan yang berubah-ubah ketidakpastian. Analisis ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang Kadariah 1986, diacu dalam Nurmalina et al., 2009. Perubahan- perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya serta hasil produksi Gittinger, 1986. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pentingnya sektor perikanan dalam kesejahteraan negara Indonesia telah menjadikan pemerintah melakukan beraneka macam program untuk meningkatkan jumlah produksi perikanan, terutama perikanan budidaya. Salah satu komoditi perikanan budidaya yang menjadi fokus pemerintah untuk program tersebut adalah ikan lele. Peningkatan produksi lele lebih diarahkan pada pengembangan daerah minapolitan khusus komoditi lele. Salah satu wujud konsentrasi pemerintah dalam meningkatkan produksi lele adalah melalui pemunculan jenis lele unggulan, yang dikenal dengan sebutan lele sangkuriang. Daerah yang menjadi konsentrasi pemerintah untuk meningkatkan produksi lele sangkuriang salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Hal tersebut karena komoditi lele merupakan komoditi yang mendominasi sektor perikanan budidaya di Kabupaten Bogor. Selain itu, Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang dijadikan sumber benih ikan baik untuk daerah Bogor maupun wilayah lain. Namun, pada tahun 2008-2009 tren produksi benih lele di Kabupaten ini justru mengalami penurunan. Kondisi tersebut membuka peluang masyarakat untuk mengusahakan maupun memperluas usaha pembenihan lele sangkuriang, karena tanpa adanya usaha pembenihan maka usaha pembesaran ikan lele konsumsi tidak dapat dijalankan. 27 Lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lele dumbo yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak dan persentase tingkat pertumbuhan bobot harian yang lebih besar. Oleh karena itu, dari sisi produksi lele sangkuriang akan lebih menguntungkan dibandingkan lele dumbo. Namun, masih banyak masyarakat di Kabupaten Bogor yang menggunakan lele dumbo untuk usaha pembenihan karena lele sangkuriang relatif lebih baru dibandingkan lele dumbo. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pembenihan lele sangkuriang untuk dikembangkan sebagai wujud pemenuhan kebutuhan ikan secara nasional. Usaha Bapak Endang sebagai lokasi percontohan pembenihan lele sangkuriang sudah berdiri dari tahun 2007, namun belum pernah melakukan analisis kelayakan usaha. Usaha Bapak Endang memerlukan studi kelayakan agar bisa dikembangkan oleh petani lain. Selain itu, dari aspek pasar masih banyak yang belum terpenuhi sehingga Bapak Endang berencana untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha dapat menggunakan alternatif lahan sewa dan lahan sendiri serta dapat menggunakan modal sendiri, pinjaman, maupun campuran pinjaman dan sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis untuk memilih alternatif usaha yang paling baik untuk pengembangan. Selain itu, usaha Bapak Endang juga harus mengetahui sensitivitas kenaikan biaya pakan dan penurunan jumlah produksi agar usaha dapat terhindar dari kerugian akibat kondisi yang tidak pasti dari harga pakan di pasaran dan jumlah produksi yang dihasilkan. Analisis kelayakan meliputi analisis non finansial dan analisis finansial. Analisis finasial terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan. Analisis finansial terdiri dari analisis kriteria investasi Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Rasio Net BC dan Payback Period serta analisis sensitivitas menggunakan metode Switching Value. Analisis sensitivitas dengan metode switching value akan menilai pengaruh perubahan peningkatan biaya pakan dan penurunan jumlah produksi benih yang dapat ditoleransi agar usaha tetap layak untuk dilaksanakan. Kerangka pemikiran operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 28 Gambar 1 . Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Non Finansial: • Aspek Pasar • Aspek Teknis • Aspek Manajemen • Aspek Hukum • Aspek Sosial • Aspek Lingkungan Permintaan benih lele: 1. Lele sebagai komoditas yang mendominasi sektor pembesaran perikanan budidaya Kabupaten Bogor 2. Kabupaten Bogor sebagai sumber penghasil benih ikan lele untuk daerah lain 3. Penurunan jumlah produksi benih lele Kabupeten Bogor Potensi Kabupaten Bogor: 1. Penghasil lele terbesar di Provinsi Jawa Barat 2009 2. Fasilitas yang dimiliki Kabupaten Bogor mendukung air, pakan dan pasar 3. Lokasi pertama yang dijadikan tempat penyebaran jenis lele sangkuriang Pentingnya sektor perikanan: 1. Visi KKP untuk menjadikan negara Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di dunia tahun 2015 2. Program Gemarikan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui konsumsi ikan secara nasional Langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan ikan: 1. Program peningkatan produksi ikan, terutama ikan budidaya lele 2. Pemerintah memunculkan ikan lele unggulan sangkuriang 3. Pengembangan daerah minapolitan lele Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang Bapak Endang: 1. Tempat percontohan pembenihan lele Sangkuriang 2. Belum mampu memenuhi permintaan yang ada 3. Akan melakukan pengembangan usaha Analisis Kelayakan Usaha Kelayakan Finansial • Analisis Kriteria Investasi NPV, IRR, Net BC, Payback Period • Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Pakan Penurunan Jumlah Produksi Lahan: • Sendiri • Sewa Evaluasi atau Perbaikan Rekomendasi Pengembangan Usaha Tidak Layak Layak Pengembangan Usaha Modal: Sendiri, Pinjaman, Campuran Usaha Saat Ini Modal: Sendiri V GAMBARAN UMUM USAHA

5.1 Kondisi Geografis

Usaha Bapak Endang berada di Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak Desa Gadog dimana usaha Bapak Endang berada cukup strategis, karena hanya 3 km dari ibu kota Kecamatan Megamendung, 30 km dari ibu kota Kabupaten, 124 km dari ibu kota Jawa Barat dan 70 km dari ibu kota negara Data Monografi Desa Gadog, 2010. Semakin dekat dengan wilayah perkotaan, akan semakin mempermudah dalam memasarkan dan promosi produknya kepada masyarakat luas. Ketinggian Desa Gadog terletak antara 650-1.100 m di atas permukaan laut dan memiliki suhu rata-rata 24-27 o C Data Monografi Kecamatan Megamendung, 2010. 5.2 Keragaan Umum Usaha Bapak Endang 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha Usaha Bapak Endang mulai berdiri sejak tahun 2007. Usaha ini merupakan milik pribadi Bapak Endang bersama anaknya, yaitu Bapak Agus. Usaha Bapak Endang dari awal berdiri telah mengalami perkembangan yang pesat sampai memiliki 98 kolam pembenihan. Melalui usaha Bapak Endang, petani yang belum memiliki pasar atau pelanggan tetap dapat memasarkan benih lele sangkuriangnya. Usaha Bapak Endang selalu mengalami kelebihan permintaan benih karena semakin dikenal oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Oleh karena itu, Bapak Endang membentuk plasma dengan petani pembenihan sekitar untuk memenuhi permintaan yang ada. Jumlah plasma yang dimiliki mencapai 10 petani, namun masih belum dapat memenuhi permintaan. Usaha Bapak Endang sampai bulan Mei 2011 sudah memiliki 98 kolam pembenihan dan 2 kolam indukan pada lahan seluas 1.232 m 2 milik sendiri dan 1.335 m 2 sewa. Sebanyak 98 kolam pebenihan tersebut tidak sekaligus diinvestasi dalam waktu satu kali, namun dilakukan beberapa kali mulai tahun 2007. Rata- rata jumlah produksi benih lele sangkuriang dari jumlah kolam tersebut sebanyak 370.971 ekor per bulan dan dijual Rp 150,00 per ekor. Jumlah produksi setiap bulannya belum bisa memenuhi permintaan konsumen dari daerah Bekasi dan Parung. Jumlah permintaan yang tidak dapat terpenuhi selama satu bulan dari