59 sekitar usaha banyak yang belajar mengenai pembenihan lele sangkuriang,
sehingga keberadaan usaha dapat membuka peluang usaha baru untuk menambah penghasilan. Adat istiadat di daerah sekitar lokasi tidak melarang adanya usaha
pembenihan lele karena jumlah pembudidaya ikan jenis lele adalah paling besar dibandingkan dengan pembudidaya jenis ikan lain Potensi Desa Gadog, 2010.
Dengan demikian, warga sudah terbiasa untuk melakukan usaha ini. Pada lokasi pengembangan usaha, sikap masyarakat di daerah tersebut
juga tidak melarang untuk melakukan usaha pembenihan. Desa Cilember adalah wilayah yang masih terbuka untuk pengembangan pertanian, karena lahan kosong
yang masih luas belum dimanfaatkan untuk usaha lainnya. Fungsi lahan yang kosong tersebut akan semakin baik jika digunakan untuk budidaya pembenihan
lele daripada kosong tanpa termanfaatkan.
b. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah benih yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan optimal pada seluruh kolam yang dimiliki saat ini. Produksi
benih di Desa Gadog sudah menghasilkan jumlah yang maksimal, karena tidak ada kolam yang dibiarkan kosong tidak diusahakan. Selama satu tahun, jumlah
siklus yang mampu diusahakan tidak selalu sama, karena siklus usaha disesuaikan dengan jumlah kolam kosong yang ada. Rata-rata jumlah produksi setiap bulan
pada 98 kolam pembenihan dengan 3 kolam pemijahan adalah sebanyak 370.971 ekor benih lele ukuran 4-6 cm per bulan. Jumlah tersebut belum dapat memenuhi
permintaan yang ada sebesar 2.300.000 ekor per bulan, sehingga luas produksi yang optimal pun belum dapat memenuhi permintaan.
c. Proses Produksi
Proses produksi diawali dengan persiapan kolam untuk indukan, pemijahan dan pembenihan. Induk lele yang sudah siap untuk dipijahkan
dipelihara dalam kolam indukan. Pemijahan atau perkawinan induk dapat dilakukan setelah kolam pemijahan sudah memenuhi persyaratan dari jumlah
kakaban, air dan batu pemberat. Setelah induk ikan lele dipijahkan, maka proses penetasan telur dan pemeliharaan benih sampai ukuran siap jual dilakukan pada
kolam pembenihan. Besarnya larva ikan lele yang dibesarkan tidak memiliki
60 ukuran yang sama, sehingga dibutuhkan proses pensortiran untuk menyeragamkan
ukuran benih yang akan dijual. Proses pensortiran terdiri dari tiga tahap sampai seluruh benih siap untuk dijual. Setelah ukuran benih mencapai 4-6 cm maka
benih sudah siap untuk dipanen dan dipasarkan. Proses produksi yang dilakukan sudah sesuai dengan anjuran dari BBPBAT Sukabumi sebagai pengawas langsung
usaha pembenihan lele sangkuriang Bapak Endang, sehingga proses produksi yang dilaksanakan pada usaha saat ini layak untuk dilakukan dan dapat dijadikan
acuan pada rencana pengembangan usaha.
d. Layout
Layout pada usaha pembenihan lele sangkuriang Bapak Endang adalah
keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki. Layout tersebut terdiri dari penentuan letak kolam pada lahan, saung
jaga, saung pakan serta fasilitas-fasilitas pendukung untuk proses pembenihan lele. Letak kolam disesuaikan dengan keadaan lahan yang dimiliki. Berdasarkan
data monorafi Desa Gadog, kondisi tanah yang ada adalah berombak dan tidak rata. Keadaan tersebut menjadikan Bapak Endang harus memilih tanah yang
berbentuk datar untuk pembuatan kolam. Kolam yang dimiliki terdiri dari 6 blok dan setiap blok memiliki jumlah
kolam yang berbeda disesuaikan dengan kondisi tanah yang ada. Jumlah seluruh kolam induk, pemijahan dan pembenihan berturut-turut adalah 2, 3, dan 98.
Kolam induk ditempatkan pada blok 1 dan blok 2. Penempatan kolam induk pada blok tersebut disesuaikan dengan kondisi lahan serta akses pada kolam pemijahan.
Semakin dekat kolam induk dengan kolam pemijahan akan mempermudah proses pemindahan induk untuk dipijahkan.
Kolam pemijahan ditempatkan pada blok yang paling banyak terdapat kolam pembenihan. Tujuan penempatan kolam pemijahan tersebut adalah untuk
memudahkan dalam pemindahan telur dari kolam pemijahan menuju kolam pembenihan. Saung tunggu saung besar yang ditempatkan pada blok 1
digunakan untuk pengaturan administrasi, manajemen pembenihan dan menerima konsumen dan tamu. Sedangkan saung tunggu saung besar pada blok 6 lebih
difokuskan pada pengontrolan pemeliharaan benih.
61 Saung pakan ditempatkan pada blok 2 dan blok 6 dimaksudkan untuk
lebih mendekatkan posisi pakan pada kolam pembenihan yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah kolam pada blok lainnya. Hal tersebut akan
mempermudah proses perawatan benih. Pada blok 6 ditempatkan juga bak penampungan air yang bertujuan untuk menyediakan air untuk kebutuhan
pembenihan. Jumlah bak penampungan tersebut sudah memenuhi kebutuhan kolam yang ada, dengan demikian tidak ada permasalahan dalam melakukan
penahapan air. Layout
usaha Bapak Endang sudah sesuai dengan kondisi lahan. Bentuk lahan yang tidak seragam menjadikan usaha harus memposisikan kolam secara
tepat agar tidak terdapat lahan yang menganggur. Penempatan posisi kolam induk, kolam pemijahan, saung jaga dan saung pakan sudah sesuai, karena tidak ada
permasalahan pada arus produksi benih lele selama Bapak Endang melakukan kegiatan produksi. Fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan proses pembenihan sudah
ditempatkan bersama dengan peletakan pakan sehingga semakin mempermudah akses pengambilan jika dibutuhkan.
Kondisi layout yang ada saa ini sudah mengoptimalkan kondisi lahan yang ada, sehingga kemungkinan untuk melakukan pengembangan usaha sudah tidak
dapat dilakukan pada lokasi yang sama. Oleh karena itu, Bapak Endang berecana untuk melakukan pengembangan usaha pada lahan yang berbeda. Penggunaan
lahan yang sudah optimal tersebut dapat menghemat biaya dalam sewa lahan karena harga sewa lahan tidak didasarkan pada jumlah kolam yang dibangun,
tetapi berdasarkan luasan petakan tanah yang disewa. Layout usaha saat ini dan rencana pengembangan terdapat pada Lampiran 1 dan 2.
e. Pemilihan Jenis Teknologi