92
Makanan  harus  sesuai  dengan  apa  yang  dibutuhkan  tubuh  baik  secara kuantitatif maupun secara kualitatif, artinya perbandingan jumlah karbohidrat, lemak
dan protein  yang dimakan  harus disesuaikan dengan  aktifitas seseorang. Pada orang normal dibutuhkan protein 1 gramkilogram berat badan, sedangkan pada atlet dapat
diberikan  10-15  persen  dari  total  kalori.  Untuk  karbohidrat  diberikan  55-60  persen, lemak  diberikan  25-30  persen  dari  total  kalori.  Kualitatif  artinya  bahan-bahan  harus
selalu  ada  dalam  makanan  seperti  karbohidrat,  lemak,  protein,  vitamin,  mineral  dan air dan jumlahnya dapat diberikan lebih banyak apabila diperlukan. Misalnya vitamin
A,  vitamin  C,  vitamin  E  dan  beberapa  mineral  seperti  khromium  mangaan, magnesium  pada  atlet  harus  ditambahkan  lebih  banyak.  Sebab  beberapa  vitamin
tersebut  di  atas  dapat  bertindak  sebagai  antioksida  atau  anti  radikal  bebas.  Bahan radikal  bebas  hampir  selalu  dihasilkan  dalam  metabolisme  sel  tubuh,  apalagi  pada
atlet metabolisme yang dipacu lebih besar, maka bahan radikal bebas akan dihasilkan lebih banyak Ermita, 2004.
Energi kita berasal dari makanan yang kita makan kemudian dipecah menjadi senyawa  kimia  yang  disebut  adenosine  triphosphate  atau  ATP.  Sel-sel  otot
menggunakan molekul ATP ini sebagai sumber langsung dan utama untuk melakukan kegiatan  otot.    Untuk  memperoleh  tingkat  kebugaran  yang  cukup  tinggi,  seseorang
dituntut untuk melakukan latihan fisik dengan teratur dan terprogram. Oleh karena itu baiklah apabila pada kesempatan ini akan kita bicarakan juga tentang prinsip-prinsip
dasar latihan fisik  Ermita, 2004.
2.4. Makanan, Kebugaran dan Prestasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
Prestasi  olahraga  yang  menurun  bahkan  di  tingkat  ASEAN  menjadi  suatu keprihatinan  tersendiri  bagi  kondisi  olahragawan  profesional  di  Indonesia.  Untuk
membina  seorang  atlet  yang  berprestasi  memang  diperlukan  suatu  sistem  yang melingkupi  atlet,  pelatih,  sarana  latihan,  dan  kondisi  kesehatan  yang  optimum.
Menangani  suatu tim  memang  lebih  sulit daripada sebuah olahraga  individu, karena di dalamnya melibatkan banyak orang yang memiliki berbagai tingkat kesadaran dan
kedisiplinan baik dalam kesehatan maupun latihan. Untuk itu perlu sekali penanganan dan  pengembangan  dari  pakar  kesehatan  agar  olahraga  tersebut  dapat  berhasil
Ermita, 2004. Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil
pengamatan  pada  beberapa  atlet  dengan  latar  belakang  berbagai  cabang  olahraga menunjukkan  bahwa  gizi  dan  latihan  fisik  secara  bersama-sama  menghasilkan
prestasi yang baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih  sangat kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan  lebih dalam, persoalan
gizi  ini  tidak  kalah  penting  dalam  pencapaian  prestasi  olahraga.  Jika  asupan  gizi kurang,  latihan  berat  pun  akan  menjadi  kurang  bermanfaat.  Hal  ini  bukan  saja
disebabkan rendahnya gizi makanan atlet, melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan  makanan.  Makanan  yang  sesuai  dengan  selera  belum  tentu  memenuhi
kebutuhan  gizi  atlet,  sehingga  atlet  tidak  menghasilkan  prestasi  dan  stamina  yang maksimal Depkes RI, 2002.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
Peranan gizi dalam olahraga terutama olahraga profesional  seperti sepakbola menuntut  tenaga  ahli  yang  terampil  untuk  menjaga  secara  khusus  dan  intensif
kebutuhan  zat  gizi  dari  para  pemainnya.  Peranan  ahli  gizi  dalam  kegiatan  olahraga telah  dikembangkan  sejak  lima  tahun  yang  lalu  di  Inggris  dan  semakin  dibutuhkan
untuk  mengatur  karbohidrat,  protein,  lemak,  serat,  cairan  dan  asupan  zat  gizi  mikro dalam  rangka  menjaga  kesehatan,  adaptasi  latihan,  dan  meningkatkan  performa
selama  sesi  latihan  dan  perlombaan.  Bahkan  Federasi  Sepakbola  Dunia  telah mengeluarkan  pernyataan  bahwasannya  gizi  sangat  berperan  dalam  keberhasilan
suatu tim Depkes RI, 2002. Survei  yang  dilakukan  di  beberapa  negara  Eropa  menunjukkan  bahwa
rekomendasi asupan gizi yang diberikan untuk para pemain sepakbola masih kurang tepat.  Sebagian  dari  masalah  ini  dikarenakan  asupan  zat  gizi  tambahan  suplemen
yang  berlebihan.  Seorang  atlet  yang  baik  harus  makan  makanan  tinggi  karbohidrat, cukup  protein,  rendah  lemak,  dan  cukup  vitamin  dan  mineral  serta  cairan  Hapsari,
2009. Secara  umum  seorang  pemain  sepakbola  memerlukan  energi  sekitar  4.500
Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama. Permainan sepakbola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat,
dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang,  loncat dan  sprint-sprint  pendek  yang prestasinya cukup besar Depkes
RI, 2002.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
Kebutuhan  gizi  atlet  meliputi  kebutuhan  akan  zat  gizi  makro  dan  zat  gizi mikro.  Kebutuhan  akan  zat  gizi  makro  meliputi  karbohidrat,  protein,  dan  lemak.
Karbohidrat kompleks atau makanan dari padi-padian merupakan sumber energi yang zat gizinya paling banyak. Jenis karbohidrat ini menyediakan energi yang lebih aman
dibandingkan  gula  sebab  diserap  perlahan  dalam  sistem  pencernaan,  mengeluarkan energi  besar  ke  pembuluh  darah  dan  hanya  sedikit  gula  darah  meningkat.  Ini  lebih
bermanfaat bagi kesehatan dan dapat meningkatkan stamina tubuh Khomsan, 2008. Atlet sepakbola sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang
berasal  dari  hewani  dan  nabati  Depkes  RI,  2002.  Secara  umum  kebutuhan  protein adalah  0,8  sampai  1,0  gramKg  BBhari,  tetapi  bagi  mereka  yang  bekerja  berat
kebutuhan protein bertambah. Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur  meningkatkan  kebutuhan  protein.  Atlet  dari  olahraga  yang  memerlukan
kekuatan dan kecepatan perlu mengonsumsi 1,2-1,7 gram proteinKg BBhari kurang lebih 100-212 dari  yang dianjurkan dan  atlet  endurance  memerlukan protein 1,2-
1,4  gramKgBBhari  100-175  dari  anjuran.  Jumlah  protein  tersebut  dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15 protein Irianto, 2007.
Lemak  merupakan  sumber  energi  yang  paling  tinggi.  Walaupun  begitu,  para atlet  tidak  dianjurkan  untuk  mengkonsumsi  lemak  berlebihan.  Karena  energi  lemak
tidak  dapat  langsung  dimanfaatkan  untuk  latihan  maupun  bertanding.  Latihan olahraga  meningkatkan  kapasitas  otot  dalam  menggunakan  lemak  sebagai  sumber
energi.  Peningkatan  metabolisme  lemak  pada  waktu  melakukan  kegiatan  olahraga yang  lama  mempunyai  efek  ”melindungi”  pemakaian  glikogen  glycogen  sparing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
effect  dan  memperbaiki  kapasitas  ketahanan  fisik  endurance  capacity  Irianto, 2007.
Untuk  mencapai  prestasi  yang  optimal,  para  pemain  sepakbola  memiliki beberapa  karakteristik  seperti  bentuk  tubuh  yang  ideal  yaitu,  sehat,  kuat, tinggi  dan
tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh IMT di atas  rata-rata.  Komposisi  tubuh  harus  proporsional  antara  massa  otot  dan  lemak
Depkes RI, 2002. Menurut Herwin 2006, permainan sepakbola saat ini merupakan permainan
yang atraktif dan menarik untuk ditonton. Dengan durasi waktu permainan 2 kali 45 menit,  banyak  kemampuan  teknik  dan  gaya  permainan  ditampilkan  oleh  seorang
pemain.  Permainan  sepakbola  modern  dewasa  ini  banyak  diperagakan  oleh  pemain yang  memiliki  kemampuan  teknik  yang  baik.  Di  samping  itu  kemampuan  fisik
merupakan  kemampuan  dasar  yang  perlu  dimiliki  oleh  pemain  untuk  menunjang kemampuan  lainnya.  Pemain  akan  lebih  memiliki  rasa  percaya  diri  yang  tinggi
apabila memiliki kemampuan fisik yang prima. Kemampuan  fisik,  merupakan  komponen  biomotor  yang  diperlukandalam
permainan sepakbola untuk disusun dalam program latihan. Kondisi fisik tidak dapat ditingkatkan  dan  dikembangkan  hanya  dalam  waktu  sesaat  atau  dalam  beberapa
pertemuan  saja,  melainkan  perlu  dilakukan  dalam  jangka  waktu  yang  relatif  lama. Untuk  mencapai  kondisi  fisik  yang  baik  diperlukan  latihan  yang  kontinyu  dan
progresif.  Hal  ini  berarti  latihan  kondisi  fisik  perlu  dilakukan  sejak  usia  dini, tergantung cabang olahraga yang dilakukan. Demikian pula dengan cabang olahraga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97
sepakbola,  perlu  ditingkatkan  dan  dikembangkan  sejak  usia  dini  dengan memperhatikan proses pertumbuhan Herwin, 2006.
2.5  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran