87
sedangkan kemampuan anarobik dapat diketahui dari kekuatan kontraksi otot Giriwardojo, 2007.
2.2 Pengukuran Kebugaran
Pengukuran atau test kebugaran dilakukan dengan mengacu kepada KONI 2003, meliputi:
1. Pengukuran kekuatan Koni 2003, pengukuran kekuatan dalam hal ini adalah kekuatan otot terbagi
atas 3 tiga bagian sebagai berikut: a. Otot lengan dan bahu dengan menggunakan alat hand dynamometer. Caranya
adalah orang yang dites kebugarannya menekan hand dynamometer dengan kedua tangannya secara bersama-sama, kemudian pada alat akan terlihat angka atau nilai
dalam satuan centimeter yang menunjukkan kekuatan otot lengan dan bahu. Tes ini biasanya dilakukan 2 kali kesempatan dan digunakan nilai tertinggi.
b. Otot punggung dengan menggunakan alat back dynamometer. Caranya adalah orang yang dites kebugarannya dalam posisi berdiri, panggul rapat ke dinding,
badan dibungkukkan ke depan. Kedua tangan lurus memegang back dynamometer sehingga menuju kepada sikap berdiri tegak. Pada alat akan terlihat angka atau
nilai dalam satuan centimeter yang menyatakan kekuatan otot punggung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
c. Otot tungkai dengan menggunakan alat leg dynamometer. Caranya adalah orang yang dites kebugarannya memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan
membengkokkan kedua lututnya hingga bersudut 45 derajat, lalu ikat pinggang dikaitkan pada leg dynamometer, lalu berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua
tungkainya, pada saat sudah maksimum melururkan kedua tungkainya, lalu lihat jarum alat yang menunjukkan kekuatan daya tahan otot tungkai dalam posisi
berdiri, panggul rapat ke dinding, badan dibungkukkan ke depan. Kedua tangan lurus memegang back dynamometer sehingga menuju kepada sikap berdiri tegak.
Pada alat akan terlihat angka atau nilai dalam satuan centimeter yang menyatakan kekuatan otot tungkai.
2. Pengukuran daya tahan Pengukuran daya tahan dalam hal ini adalah daya tahan otot terbagi atas 3
tiga bagian sebagai berikut: a. Otot perut dengan teknik sit-up, berapa kali satuan frekuensi kemampuan orang
yang dites kebugarannya melakukan sit-up menyatakan daya tahan otot perut. b. Otot lengan dan bahu dengan teknik push-up, berapa kali satuan frekuensi
kemampuan orang yang dites kebugarannya melakukan push-up menyatakan daya tahan otot lengan dan bahu.
c. Otot tungkai dengan menggunakan teknik squat-jumps. Berapa kali satuan frekuensi kemampuan orang yang dites kebugarannya melakukan squat-jumps
menyatakan daya tahan otot tungkai 3. Pengukuran Kecepatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
Pengukuran kecepatan dalam hal ini adalah dengan melakukan lari 50 meter. Berapa waktu satuan detik tempuh yang dicapai atlet menunjukkan tingkat
kecepatan. 4. Pengukuran Kelincahan
Pengukuran kelincahan dalam hal ini adalah dengan melakukan shuttle-run, yaitu melakukan lari 6 x 10 meter, yang dilakukan secara berulang hilir mudik
sebanyak 6 kali dalam lintasan sepanjang 10 meter. Berapa waktu satuan detik tempuh yang dicapai atlet menunjukkan tingkat kelincahan
5. Pengukuran Kelenturan Fleksibilitas Pengukuran kelenturan fleksibilitas dalam hal ini adalah dengan flexometer.
Caranya adalah orang yang dites kebugarannya berdiri tegak di atas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan
dibungkukkan ke bawah, tangan lurus, bungkukkan renggutkan badan perlahan- lahan, kedua tangan menelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan terjauh. Jarak
jangkauan terjauh menunjukkan tingkat fleksibilitas dalam satuan centimeter. 6. Daya ledak otot tungkai power
Pengukuran daya ledak otot tungkai dengan cara melakukan lompat vertilal vertical jumps. Selisih terbesar dalam satuan centimeter antara tinggi jangkauan
sesudah melompat dengan tinggi jangkauan sebelum melompat menunjukkan kekuatan daya ledak otot tungkai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
7. Pengukuran Daya Tahan Pernafasan Kardiovaskuler Pengukuran daya tahan pernafasan kardiovaskuler dengan cara melakukan
lompat vertilal lari selama 15 menit. Jarak yang ditempuh selama 15 menit menunjukkan daya tahan kardiovaskuler satuan VO
2
maxKg. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran seorang atlet, seperti dalam
sepakbola adalah: Status gizi, untuk menentukan status gizi seseorang, metode yang digunakan dalam penilaian status gizi yaitu pengukuran Antropometri dan asupan
makanan. Parameter antropometri dan asupan makanan merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi beberapa parameter antropometri disebut indeks.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah Berat Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, dan Berat Badan menurut
Tinggi Badan BBTB Supariasa, 2002. Faktor lainnya adalah: umur, status kesehatan, kebiasaan hidup mis: merokok, minum alkohol serta aktifitas fisik
diluar latihan sepakbola, aktifitas fisik yang dilakukan oleh atlet di luar jadwal latihan sepakbola yaitu: a di sekolah; b di perjalanan; dan 3 di rumah yang
membuat atlet berkeringat atau lelah. Per-Oleaf, 1984 yang dikutip oleh Kuantaraf 1992, yang meneliti
olahragawan balap sepeda olimpiade dari Swedia, menguji pencapaian mereka melalui beberapa makanan yang berbeda. Tiga hari pertama meraka diberikan
makanan yang mempunyai kadar protein dan lemak yang tinggi dengan banyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
daging di dalamnya. Ternyata mereka mempunyai daya tahan mengayuh sepeda tanpa berhenti dengan waktu 57 menit. Tiga hari berikutnya mereka diberikan makanan
campuran, berupa kadar protein dan lemak yang rendah bercampur dengan karbohidrat. Ternyata daya tahan mereka mencapai 114 menit. Pada tiga hari
berikutnya, makanan yang di berikan mempunyai kadar karbohidrat yang sangat tinggi bersama-sama dengan sayuran dan ternyata daya tahan mereka mencapai 167
menit, ini menunjukkan bahwa kadar karbohidrat yang tinggi membuat olahragawan mempunyai tenaga yang lebih kuat. Dari hasil penelitian ternyata kebutuhan nutrisi
olahragawan sangat perlu mendapat perhatian yang serius mengingat kebutuhan energi tubuhnya lebih tinggi dibandingkan non olahragawan.
2.3. Makanan dan Kebugaran