kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
2.2.3 Fungsi Self Control
Messina dan Messina dalam Lilik, 2012 mengemukakan fungsi dari self controlsebagaimana tertuang dibawah ini, yaitu:
1. Membatasi perhatian individu kepada orang lain. Dengan adanya pengendalian diri, individu akan memberikan perhatian
pada kebutuhan pribadinya pula, tidak sekedar berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain di lingkungannya. Perhatian yang
terlalu banyak pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan melupakan kebutuhan
pribadinya. 2. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di
lingkungannya. Dengan adanya pengendalian diri, individu akan membatasi ruang bagi
aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya terakomodasi secara bersama-sama.
3. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif. Individu yang memiliki pengendalian diri akan terhindar dari berbagai
tingkah laku negatif. Pengendalian diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku
negatif yang tidak sesuai dengan norma sosial. 4. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.
Individu yang memiliki pengendalian diri yang baik, akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan
kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dalam hal ini, pengendalian diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Self Control
Berbagai pelanggaran yang muncul karena rendahnya self control, sekaligus bersumber
dari sikap
orang tua
yang salah.
Rice dalam
Lilik, 2012mengemukakan beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang
mengangggu self control remaja adalah: 1. Pengabaian Fisik physical neglect, yang meliputi kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan atas makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang memadai.
2. Pengabaian Emosional emotional neglect, yang meliputi perhatian, perawatan, kasih sayang, dan afeksi yang tidak memadai dari orang tua,
atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan remaja akan penerimaan, persetujuan, dan persahabatan.
3. Pengabaian Intelektual intellectual neglect, termasuk di dalamnya kegagalan untuk memberikan pengalaman yang menstimulasi intelek
remaja, membiarkan remaja membolos sekolah tanpa alasan apa pun, dan semacamnya.
4. Pengabaian Sosial social neglect, meliputi pengawasan yang tidak memadai atas aktivitas sosial remaja, kurangnya perhatian dengan siapa
remaja bergaul, atau karena gagal mengajarkan atau mensosialisasikan
kepada remaja mengenai bagaimana bergaul secara baik dengan orang lain.
5. Pengabaian Moral moral neglect, kegagalan dalam memberikan contoh moral atau pendidikan moral yang positif.
2.2.5 Pengukuran Self Control
Self control dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada aspek-aspek self control menurut
Averill yang terdiri dari tiga dimensi yaitu: behavioral control, cognitive control, dan desicional control. Adapun skala tersebut terdiri atas 21 item pernyataanyang
diukur dengan menggunakan 4 poin skala likert mulai dari 1 sangat tidak setuju
sampai 4 sangat setuju. 2.3. Komunikasi Interpersonal
2.3.1Definisi Komunikasi Interpersonal
Definisi komunikasi interpersonal menurut Devito 1994 adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok
orang dengan efek umpan balik langsung. Sedangkan Treenholm Jensen dalam Burleson, 2010
mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang dyadic, terjadi antara dua
individu yang berperan untuk saling memberi dan menerima informasi sehingga terjalin suatu hubungan yang dapat menciptakan makna. Dengan kata lain
komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang melalui jalur-jalur yang memungkinkan adanya
umpan balik secara langsung dan dilakukan secara tatap muka dengan tujuan untuk memelihara hubungan.
Dari pengertian-pengertian tentang komunikasi antar pribadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi seorang individu remaja pada individu lainnya
adalah komunikasi tatap muka antara seorang remaja dan temansahabatnya, baik secara verbal ungkapan dengan kata-kata secara langsung maupun non-verbal
ungkapan melalui simbol-simbol, dan dapat dilihat dari respon remaja tersebut atau remaja lainnya pada komunikasi tersebut dengan tujuan untuk mempererat
jalinan komunikasi antara ikatan persahabatan seorang remaja dengan teman atau sahabatnya.
2.3.2 Dimensi Komunikasi Interpersonal
Menurut Bienvenu 1976 ada lima komponen komunikasi interpersonal yaitu : 1. Self Concept
Sebuah konsep diri, faktor yang paling penting yang mempengaruhi komunikasi dengan orang lain.
2. Ability Kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik.
3.
Skill Experience Kemampuan individu dalam mengekspresikan pikiran dan ide-ide.
4. Emotion Yang dimaksud emosi disini adalah individu dapat mengatasi emosinya,
dengan cara yang konstruktif berusaha memperbaiki kemarahan. 5. Self Disclosure