Saksi Istri Tidak Menandatangani Kontrak Padahal pada Bagian Komparasi Disebutkan

Pengakuan hutang ini salah satunya bisa mengakibat jika nasabah rugi maka BMT bisa meminta ganti rugi secara penuh kepada nasabah karena pengakuan hutang oleh nasabah.

2. Analisis Kesesuaian Isi Kontrak Mudharabah di BMT Husnayain terhadap Perjanjian Syariah

a. Besarnya Nisbah Secara Flat

Di BMT Husnayain penerapan mudharabah yang diperaktekan di lapangan keuntungan dibayarkan secara flat dan tidak berubah-ubah di saat waktu cicilan. 7 Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Komarudin di BMT Husnayain penerapan keuntungan dengan sistem nisbah dan secara berfluktuatif. Hal ini berlawanan antara perkataan Bapak Komarudin dengan bagian colector yaitu Bapak Dadang Suherman.

b. Kesalah Pahaman Arti Mudharabah Muqayyadah

Istilah tersebut di dalam kontrak diartikan mudharabahbagi hasil secara bersyarat, namun definisi mudharabah muqayyadah di BMT Husnyain adalah suatu jenis pembiayaan di mana mudharib tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. 8 Hal ini telah berlawanan dengan teori di dalam buku Wahbah Az-Zuhaili, mudharabah muqayyadah adalah akad mudharabah yang pemilik modal menentukan agar mengelolanya 7 Wawancara Pribadi dengan bagian AO kolektor BMT Husnayain Dadang Suherman. Jakarta. 4 Juni 2011. 8 Wawancara Pribadi dengan Kepala Marketing BMT Husnayain Yayat Supriyadi. Jakarta. 30 April 2011. di negeri tertentu, atau barang tertentu, atau waktu tertentu atau tidak menjual dan membeli dengan orang tertentu. 9

c. Pihak I Tidak Menanggung Sepenuhnya Kerugian Karena Risiko UsahaForce Majure

Pada kenyataannya Pihak I tidak menanggung secara penuh melainkan hanya menanggung sebesar 50 jika hal itu karena resiko usaha seperti kebakaranforce majure. 10 Hal ini telah berlawanan dengan keputusan Fatwa DSN-MUI No.07DSN-MUIIV2000 bahwa “Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan”. Hal ini juga tercantum dalam surat Al-A’raaf: 29, disebutkan bahwa “Katakanlah :”Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil”.

d. Pasal Wanprestasi yang Ada Masih Minim

Dalam akad ini “Apabila Pihak II mengingkari akad ini maka pihak I berhak untuk menarik kembali saldo pembiayaan yang ada pada setiap saat, dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Pihak II”. Di sini perlu diberi kejelasan lebih lanjut mengenai hal apa saja yang termasuk mengingkari akad. Seperti surat atau dokumen yang dijadikan agunan itu palsu atau tidak benar isinya apakah hal tersebut termasuk mengingkari akadtidak. Hal tersebut 9 Wahbah Az-Zuhaili,, Fiqih Islam. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, cet. I, Jilid V, Jakarta: Gema Insani Press , 2011, h. 480. 10 Wawancara Pribadi dengan Direktur BMT Husnayain Komarudin. Jakarta. 18 Mei 2011.