Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendekatan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
3
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I pasal I No. 12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil”.
4
Menurut Antonio, pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
5
Oleh karena itu pembiayaan bisa dikaitkan dengan pembiayaan mudharabah.
2. Pengertian Mudharabah
Dari beberapa pengertian mengenai pembiayaan, maka pembiayaan erat kaitannya dengan kata mudharabah. Mudharabah berasal dari kata dharb,
berarti memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis mudharabah
adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100 modal modal, sedangkan pihak lainnya
3
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah Bandung: Alfabeta, 2010, h. 42.
4
“Undang-undang No. 10 tahun 1998”, artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2011 dari http:www.komisiinformasi.go.idassetsdataarsipuu-bank-10-1998.pdf.
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, cet. I, Jakarta: Gema Insani Press,2001, h.160.
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola itu harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
6
Mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan partnership yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara seseorang memberikan
modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi perjanjian
bersama.
7
Selain itu mudharabah adalah penyerahan harta dari shahib al-mal pemilik modaldana kepada mudharib pengelola dana sebagai modal usaha,
sedangkan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah perbandingan laba rugi yang disepakati. Jika terjadi kerugian maka ditutup dengan laba yang diperoleh,
namun apabila dalam akad mudharabah tidak mendapatkan laba sama sekali atau mengalami kerugian, maka mudharib peneglola dana tidak berhak diberi
upah atas usahanya, dan shahib al-mal pemilik dana tidak berhak menuntut
6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, h.95
7
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Penerjemah Soeroyo dan Nastangin, Jilid 4, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1996, h. 380.