Penentuan Besar Bagi Hasil

besar maka tingkat biaya administrasinya pun menjadi besar, sehingga ada suatu ketidakadilan, karena besar biaya administrasi yang dibayar tidak sesuai dengan biaya administrasi yang dikeluarkan oleh BMT.

c. Tidak Adanya KlausulaKetentuan Jika Terjadi Force Majure

Di dalam draft kontrak yang ada di BMT BUS tidak ada isi yang membahas jika nasabah terjadi force majure. Yang dimaksud dengan force majure yaitu : 6 1 Jika terjadi keadaan memaksa, Pihak Kedua akan dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan 2 Yang di maksud keadaan memaksa pada ayat di atas adalah keadaan atau peristiwa yang terjadi di luar kekuasaan Pihak Kedua untuk dapat mengatasinya, sehingga dapat dipertimbangkan kemungkinan– kemungkinan adanya perubahan waktu pelaksanaan. 3 Yang dapat dianggap force majure adalah: Bencana alam gempa bumi, tanah longsor dan banjir, kebakaran, perang, huru-hara, pemberontakan, pemogokan dan epidemik wabah penyakit, tindakan pemerintah di bidang moneter yang langsung mengakibatkan kerugian luar biasa. 6 HS,Salim. Perencanaan Kontrak Memorandum of Understanding MoU .Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 70. Oleh karena itu kontrak yang ada di BMT BUS seharusnya memuat ketentuan terjadinya force majure, karena berdasarkah hasil wawancara dengan Bapak Kukuh Setiawan selaku Kasi Marketing Wilayah I apabila nasabah pembiayaan mudharabah di BMT BUS terjadi force majure seperti pengusaha ternak ikan, ketika terjadi banjir maka pengusaha mudharib diwajibkan untuk membayar pokok dari pembiayaan mudharabah itu sendiri, hal tersebut menurut penulis bertentangan dengan asas keadilan dalam hukum perjanjian syariah. d. Pihak BMT Menentukan Harga PenjualanPelelangan Objek Jaminan Secara Sepihak yang Dikarenakan Nasabah Berbuat Wanprestasi. Pada pasal 13 terdapat statement bahwa “Pihak I Shohibul Maal wajib melelangkanmenjual objek jaminan atas akad pembiayaan Mudharabah ini secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri melalui pelelangan umum di hadapan pejabat yang berwenang atau di bawah tangan setelah diambilnya atas kekuatan apa yang ditentukan dalam pasal 12 dalam akad pembiayaan Mudharabah ini.” Dalam pasal 12 disebutkan jika nasabah wanprestasi maka pihak BMT akan mengambil alih kepemilikan atas objek jaminan jika perlu lewat jalur hukum yang berlaku, sedangkan dalam pasal 13 disebutkan bahwa Pihak BMT sudah memiliki objek jaminan tersebut dan berhak untuk menjualmelelangkan sesuai dengan harga yang BMT tetapkan, tanpa