4 Disebabkan oleh ‘adam al-tanfidz,
yakni kewajiban yang ditimbulkan oleh akad tidak dipenuhi oleh para pihak atau salah
satu pihak bersangkutan. Jika hal itu terjadi, akad boleh fasakh. Misalnya dalam akad yang mengandung khiyar naqd khiyar
pembayaran c. Infasakh, yakni putus dengan sendirinya dinyatakan putus, putus demi
hukum. Sebuah akad dinyatakan putus apabila isi akad tidak mungkin dapat dilaksanakan istihalah al-tanfidz disebabkan
afat samawiyah force majeure. Dalam akad jual beli misalnya barang yang dijual rusak
di tangan penjual sebelum diserahkan kepada pembeli. Dengan demikian, akad jual beli dinyatakan putus dengan sendirinya infasakh, karena
pelaksanaan akad yang dalam hal ini menyerahkan barang mustahil dapat dilakukan.
d. Kematian Beberapa bentuk akad berakhir disebabkan kematian salah satu pihak
yang berakad. Berikut contoh-contoh akad dimaksud. 1 Akad sewa menyewa ijarah. Menurut Hanafiah, akad ijarah
berakhir disebabkan kematian salah satu pihak, namun tidak berakhir menurut madzhab yang lain.
2 Jika pemberi gadai meninggal, akad menjadi berakhir dan barang gadaian dijual oleh washiy, pengampu untuk membayar utangnya
apabila ahli waris masih di bawah umur. Akan tetapi, jika ahli
warisnya orang dewasa, mereka bisa membayarkan utang pewaris pemberi gadai guna menyelamatkan barang gadaian.
3 Dalam akad kafalah kafalah bi al-dain, akad tidak berakhir disebabkan kematian debitur madin. Akad baru berakhir dengan
pembayaran utang kepada kreditur da’in atau pembebasan utang ibra’. Jika kafil pemberi garansi meninggal dunia, utang yang
digaransinya dibayar dari harta peninggalannya. 4 Dalam akad mudharabah, jika pemilik modal atau mudharib
meninggal, maka akad mudharabah menjadi batal menurut mayoritas ulama, karena mudharabah mencakup akad wakalah,
seementara wakalah batal dengan meninggalnya muwakil orang yang mewakilkan atau wakil.
27
e. Tidak ada persetujuan ‘adam al-ijazah. Akad mauquf berakhir apabila pihak yang memiliki kewenangan tidak memberikan persetujuan terhadap
pelaksanaan akad.
27
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam, h.512.
52
BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINA UMMAT SEJAHTERA BUS DAN BMT
HUSNAYAIN
A. Sejarah Berdirinya BMT Bina Ummat Sejahtera dan BMT Husnayain 1. Sejarah Singkat BMT Bina Ummat Sejahtera
Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera berdiri bermula dari sebuah keprihatinan menatap realitas perekonomian
masyarakat lapis bawah yang tidak kondusif dalam mengantisipasi perubahan masyarakat global. Tahun 1996 Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI
Orsat Rembang berusaha menggerakan organisasi dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan alternatif dengan pemrakarsanya Drs. Abdullah Yazid, MM.,
membuat usaha lembaga keuangan alternatif berupa usaha simpan pinjam yang dimotori
gerakan Kelompok
Swadaya Masyarakat
KSM, karena
perkembangan lembaga ini mendapat tanggapan baik dari masyarakat, maka pada tahun 1998 berubah menjadi Koperasi Serba Usaha KSU “Unit Simpan
Pinjam” dengan Nomor Badan Hukum 13801BHKWK.11III1998. Kemudian pada tahun 2002 berubah menjadi Koperasi Simpan Pinjam
Syari’ah KSPS BMT Bina Ummat Sejahtera sampai akhirnya pada tahun 2006 berubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS. BMT Bina
Ummat Sejahtera, pada saat ini telah mempunyai 68 cabang di seluruh Indonesia dengan kantor pusat yang berada di Jl. Raya No.16 Lasem, Jawa
Tengah. Namun di sini penulis mengambil objek penelitian di kantor cabang BMT Bina Ummat Sejahtera cabang Pondok Gede, Jakarta Timur. Kantor
cabang BMT BUS yang berada di Jakarta terdapat dua cabang. Pertama, yang berada di Tanjung Priuk berdiri pada bulan Oktober 2008. Kedua, setelah enam
bulan dibukalah cabang baru yang beralamat di JL. Raya Pondok Gede No. 1 RT 006 RW 01 Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
2. Sejarah Singkat BMT Husnayain
BMT Husnayain merupakan BMT yang tergolong cukup lama keberadaannya, BMT ini didirikan sejak tanggal 21 September 1999 M pada
hari Jum’at pada kalender islam bertepatan pada tanggal 10 Jumadi Tsani 1420 H. BMT Husnayain didirikan untuk menjawab problematika ekonomi
masyarakat yang ada, baik di sekitar Pondok Pesantren Husnayain maupun di wilayah Jabodetabek pada umumnya. Yang intinya berdirinya BMT ini
bertujuan untuk mebebaskan masyarakat dari kemiskinan dan membantu para pengusaha kecil agar terbebas dari jeratan rentenir.
Dalam rangka memperbaiki kondisi ini, maka Pondok Pesantren Husnayain bersama dengan jamaah Masjid Abu Bakar Shidiq melakukan
terobosan untuk membentuk lembaga yang tidak hanya pro terhadap pengusaha-pengusaha besar, tetapi lebih mengarah terhadap pengusaha kecil
dengan berlandaskan prinsip keadilan dan berpedoman pada syariat islam. Maka setelah beberapa kali mengadakan pertemuan-pertemuan yang
dipimpin oleh pimpinan Pondok Pesantren Husnayain yaitu KH. Kholil
Ridwan, Lc beserta 11 orang pendiri lainnya yaitu KH. Maryadi M. Kewang, S.Ag., H. Sobar Harahap, S.E., MM., Ir. H. M. Nasir, H. Musaddad, S.H., Ir. H.
Mulyadi, Ir. H. Syamsudin Halik, H. Syamsudin Harahap, H. M. Zein Ridwan, Sutrisna, B.Sc., Drs. Komarudin dan ustadz Saelani Hasan. Maka pada hari
Jum’at tanggal 21 September 1999 diputuskan serta ditetapkan berdirinya lembaga keuangan mikro syariah yang bernama BMT Husnayain sebagai unit
dari koperasi Pondok Pesantren Husnayain dengan Nomor Badan Hukum 094BHKWK.9III1995. BMT ini berdiri di atas bangunan seluas 5 X 12 M
2
, dengan nomor NPWP 1.850.5332.1-005.
Prinsip utama yang menjadi pilar BMT Husnayain pada saat itu adalah dengan modal keyakinan dan semangat mengembangkan ekonomi kerakyatan
berdasarkan syariah islam, maka para pendiri BMT Husnayain yang terdiri dari 12 orang yang diwakili oleh K.H. Kholil Ridwan menyerahkan amanah kepada
pengelola BMT Husnayain untuk menjalankan usaha dengan modal awal Rp.16.000.000,- enam belas juta rupiah. Maka dengan modal sejumlah ini
pada bulan Oktober 1999 BMT Husnayain resmi beroprasi di JL. Lapan No. 25 RT 009 RW 01 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Pada saat ini BMT Husnayain telah mendapat sambutan dan respon positif dari masyarakat, selain itu pula BMT Husnayain telah melebarkan sayap
dengan membuka cabang di daerah Pondok Ranggon, Pasar Minggu, Cilengsi, Kramat Jati, dan Duren Sawit.