Hal-hal yang Dapat Merusak Akad

akad. Tadlis kadang terjadi juga pada harga barang yang dijual, atau menipu dengan memberi penjelasan yang menyesatkan. 3 Tadlis dengan menyembunyikan cacat pada obyek akad padahal ia sudah mengetahui kecacatan tersebut. Akad yang mengandung tipuan tadlis dilarang oleh hukum Islam, tetapi tidak berpengaruh pada akad, kecuali jika disertai tipuan besar. Dalam hal disertai tipuan besar, maka pihak yang ditipu berhak membatalkan akad, untuk menyelamatkan dirinya dari kerugian, artinya ia sebagai pihak yang ditipu diberi hak khiyar mem-fasakh akad jual belinya, disebabkan adanya tipu daya yang disertai rayuan. d. Ketidak seimbangan obyek akad Ghaban disertai tipuan Taghrir Pengertian ghaban di kalangan ulama adalah tidak terwujudnya keseimbangan antara obyek akad barang dengan harganya, seperti harganya lebih rendah atau lebih tinggi dari harga sesungguhnya. Sedangkan taghrir penipuan adalah menyebutkan keunggulan pada barang tetapi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Ghaban kurang berpengaruh pada akad, karena hal itu sering terjadi sehingga sulit menghindarinya sehingga ia tidak boleh dijadikan alasan untuk mengurungkan akad.

5. Macam-macam Akad

Dari lihat dari aspek sifat dan hukumnya, akad dibagi menjadi akad sah shahih dan akad tidak sah ghair shahih. Akad sah adalah akad yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Hukum akad ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum akad baik yang bersifat khusus maupun bersifat umum yang ditimbulkan oleh akad itu, saat itu juga, dan mengikat bagi para pihak yang melakukannya. Sebagai contoh, jual beli yang sah-dalam arti telah terpenuhi semua rukun dan syaratnya, setelah terjadi ijab dan kabul, barang yang dijual menjadi milik pembeli dan harga penjualan barang menjadi milik penjual, kecuali apabila ada syarat khiyar. Perpindahan kepemilikan itu dipandang sudah terjadi walaupun belum dilakukan serah terima. Akad sah, menurut madzhab Hanafi dan Maliki, terbagi atas akad yang nafidz dan akad yang mauquf. Yang pertama nafidz adalah akad yang dilakukan oleh orang yang cakap hukum ahliyah dan memiliki kompetensi untuk melakukan akad terhadap obyek akad. Sedangkan yang kedua mauquf adalah akad yang dilakukan oleh orang yang cakap hukum ahliyah namun tidak memiliki kompetensi untuk melakukan akad terhadap obyek akad tersebut; misalnya menjual sebuah barang oleh orang yang bukan pemiliknya padahal ia tidak diberi izin untuk menjualnya. Akad mauquf ini tidak menimbulkan akibat hukum, kecuali pihak yang berkompeten mengizinkan atau membolehkannya. Menurut madzhab Syafi’i dan Hambali, akad mauquf ini dipandang sebagai akad yang batal. Akad tidak sah adalah akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya. Hukum akad ini adalah bahwa semua akibat hukum yang ditimbulkan dari akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad; misalnya menjual bangkai dan khamr, atau akad jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap hukum. Menurut ulama madzhab Hanafi, akad yang tidak sah terbagi menjadi dua, yaitu akad yang batal bathil dan akad yang rusak fasid. Akad yang batal adalah akad yang mengandung cacat pada rukun dan obyeknya. Misalnya akad yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap hukum atau akad yang obyeknya tidak dapat menerima hukum akad seperti barang yang diharamkan. Dengan kata lain, akad batal adalah akad yang tidak dibenarkan syara’ hukum Islam dilihat dari sudut rukun dan cara pelaksanaanya. Akad batal dipandang tidak pernah terjadi menurut hukum, walaupun secara kenyataan pernah terjadi; dan oleh karenanya ia tidak memunyai akibat hukum sama sekali. Sedangkan akad fasid adalah akad yang pada dasarnya dibenarkan hukum namun akad tersebut disertai hal-hal yang tidak dibenarkan hukum.

6. Berakhirnya Akad Intiha’ al-‘aqd

Menurut hukum Islam, suatu akad berakhir disebabkan terpenuhinya tujuan akad tahqiq gharadh al-‘aqd, fasakh, infisakh, kematian dan ketidak- izinan ‘adal al-ijazah dari pihak yang memiliki kewenangan dalam akad mauquf. a. Suatu akad dipandang berakhir apabila tujuan akad telah tercapai. Dalam akad jual beli misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah berpindah tangan kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik