Hubungan antara kemampuan berkomunkasi dengan hasil belajar sisw melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw: subkonsep maekanisme transpor pada membara di MA negeri 2 Bogor

(1)

(Subkonsep Mekanisme Transpor pada Membran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S. Pd) Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

HIMMATUL ULYA NIM. 106016100558

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

TIPE JIGSAW

(Subkonsep Mekanisme Transpor padaMembran di MA Negeri 2 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Oleh: Himmatul Ulya

106016100558

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Hana Susanti Yanti Herlanti, M.Pd. NIP. 150 299457 NIP. 19710119 200801 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

i

dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”.

Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada subkonsep mekanisme transpor pada membran, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang dilaksanakan di MAN 2 Bogor dengan melibatkan 38 siswa kelas XIIPA3. Data kemampuan berkomunikasi siswa dikumpulkan dengan lembar observasi dan Peer Asessment,

sedangkan data hasil belajar dikumpulkan dengan tes tertulis kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi kecenderungan kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi sebesar 0.75. ini berarti kemampuan berkomunikasi memberikan kontribusi sebesar 57% terhadap hasil belajar siswa, dan 43% ditentukan oleh faktor lain. Analisis data menggunakan uji signifikansi diperoleh nilai thitung sebesar 7,07 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 1.99, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooferatip tipe jigsaw pada subkonsep transpor pada membran.

Kata kunci : Kemampuan Berkomunikasi, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw


(4)

ii

Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The aim of this study was to know the corelationsbetween communication skills and achievement of cooperative learning type jigsaw. Collecting of data, we use correlation method in MAN 2 Bogor with 38 student of class XI science 3. Data ralating with student communication skills are gathered by observation and peer assesment. While data relating to student achievement are gatherd by cognitif written test in a multiple choice form. This research shown that the tendency of contribution between communication skills and achievement distinguished by 0.75 of coefficient correlation. The result of the research that communication skill gives certain amount of contribution 57%, toward physics achievement, while 43% are distinguished by other factor. Data analysis uses signifikansi, from this analysis was got ttest is 7.07 and ttable of signifikansi 5%

1.99. It means that ttest >t-table, there was a positive and significant relationship

between communication skills and achievement of cooperative learning type jigsaw.

Key word: Communication Skills, Achievement, Cooperative Learning Type Jjigsaw.


(5)

iii

Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu

tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Hubungan antara Kemampuan

Berkomunikasi dengan Hasil Belajar Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw” .

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga bantuan berbagai pihak dapat menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekaligus menjadi dosen pembimbing I yang selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

3. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

4. Bapak Drs. Asep Encu, M.Pd, Kepala MA Negeri 2 Bogor, dan Ibu Nurul Khodariyah, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah memberikan ijin penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh sivitas akademika MA Negeri 2 Bogor.

5. Ayahanda Drs. H. Mawardi, M. Ag dan Ibunda Hj. Romlah, S. Pd, yang kasih sayangnya kepada peneliti tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.


(6)

iv bagian kehidupan yang tak tergantikan.

7. Suamiku terkasih Firmansyah yang setia menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat, bagian kehidupan yang selalu menyenangkan. 8. Keluarga Besar Kost Cantik, yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih

khususnya kepada Lela, Fatmi, Dilaz, Uwi, Zee, Leni, Anist, Resna yang memberikan suport dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa/i Pendidikan Biologi Angkatan 2006.

10.Rekan-rekan mahasiswi Pendidikan Biologi, lebih khusus kepada Nurlaila. Ufi Azmiyah, Ayu Arsy Rahayu dan Lily Mufaizah yang selalu bersama ketika bimbingan.

11.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi.

Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, November 2010


(7)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTA TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskripsi Teoretis ... 7

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 7

b. Tujuan Pembelajaran Koopertaif ... 12

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 14

d. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif ... 14

e. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 15

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 17

g. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif ... 17

h. Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif.. 18


(8)

vi

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw ... 22

3. Kemampuan Berkomunikasi ... 23

a. Pengertian dan Kemampuan Komunikasi ... 23

b. Karakteristik Komunikasi ... 24

c. Fungsi Komunikasi ... 25

d. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa ... 26

4. Hasil Belajar ... 27

a. Hasil Belajar Kognitif ... 28

b. Hasil Belajar Afektif ... 30

B. Hasil Penelitian ynag Relevan ... 32

C. Kerangka Pikir ... 34

D. Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Metode dan Desain Penelitian ... 38

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 40

H. Kalibrasi Instrumen ... 43

1. Uji Validitas Butir Soal ... 43

2. Uji Realibilitas Instrumen ... 44

3. Uji Tingkat Kesukaran Item ... 44

4. Daya Pembeda ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 45

1. Normal Gain ... 45

2. Uji Prasarat ... 46


(9)

vii

a. Uji Korelasi ... 47

b. Uji Signifikan ... 48

c. Koefisien Determinansi ... 48

4. Interpretasi Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Kemampuan Brkomunikasi Siswa ... 50

B. Hasil Belajar ... 54

C. Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Hasil Belajar58 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Hasil Balajar ... 58

a. Hasil Pretest ... 58

b. Hasil Posttest ... 59

c. Nilai N-gain Kelompok ... 60

d. Hasil Uji Normalitas ... 60

e. Hasil Uji Homogenitas ... 60

f. Hasil Uji Parametrik ... 61

2. Pengujian Hipotesis ... 62

3. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(10)

viii

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berkomunikasi siswa ... 50

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator Kemampuan Berkomunikasi ... 51

Gambar 4.2 Grafik persentase indikator peer assesment ... 52

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pre Test ... 55

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pro Test ... 56

Gambar 4.5 Grafik N-gain ... 60


(11)

ix

kelompok belajar konvesnsional ... 10

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kognitif ... 41

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi ... 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Peer Assesment ... 42

Tabel 3.4 Interpretasi Prodauct Moment ... 49

Tabel 4.1 Hasil Belajar Pre Test siswa ... 58

Tabel 4.2 Hasil Belajar Post Test siswa ... 59

Tabel 4.3 Rekapitulasi N-gain ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas ... 61


(12)

x

Lampiran 1 Rencana Proses Pembelajaran ... 70

Lampiran 2 Lembar Uji Validasi Kemampuan Berkomunikasi ... 79

Lampiran 3 Lembar Uji Validasi Rubrik Kemampuan Berkomunikasi 81 Lampiran 4 Intrumen Kemampuan Berkomunikasi ... 85

Lampiran 5 Analisis Ketercapaian Aspek Kemampuan Berkomunikasi 87 Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berkomunikasi ... 89

Lampiran 7 Lembar validasi Intrumen Peer Asessment ... 91

Lampiran 8 Kisi-Kisi Intrumen Peer Assesment ... 95

Lampiran 9 Kisi-Kisi Intrumen Hasil Belajar ... 96

Lampiran 10 Intrumen Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 100

Lampiran 11 Rekapitulasi Validasi Hasil Belajar Siswa ... 108

Lampiran 12 Kisi-kisi Intrumen Hasil Belajar Setelah Validasi ... 110

Lampiran 13 Intrumen Penelitian Hasil belajar ... 111

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ... 118

Lampiran 15 Uji Normalitas hasil Belajar ... 123

Lampiran 16 Uji homogenitas hasil Belajar ... 125

Lampiran 17 Uji Signifikansi hasil Belajar ... 127

Lampiran 18 Uji persiapan N- Gain hasil Belajar ... 130

Lampiran 19 Uji N- Gain hasil Belajar ... 131

Lampiran 20 Perhitungan Uji Korelasi ... 133

Lampiran 21 Perhitungan Uji signifikansi ... 140


(13)

1

A. Latar Belakang

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi saat ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Era globalisasi ini menuntut generasi kreatif, mandiri, bersifat terbuka dan demokratis. Padahal proses pembelajaran pada satuan pendidikan seharusnya diselenggarakan secara interktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 19 yang menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” 1

Pembentukan peserta didik yang inovati, kretif dan mandiri merupakan tujuan dari kurikulum indonesia. Kurikulum merupakan acuan setiap satuan pendidikan, baik pengelola maupun penyelenggara, khususnya acuan bagi guru dan kepala sekolah. kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut perubahan paradigma

1

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006, hal. 164


(14)

dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). 2

Paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran menuntut keaktifan siswa, tetapi fakta di sekolah-sekolah berbeda. Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 dalam pembelajaran biologi, masih dominan penerapan pengajaran konvensional yang berpusat pada guru (Teacher Centered). Guru kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif membangun sendiri struktur kognitifnya, serta kurangnya kesempatan yang diberikan guru untuk menumbuhkembangkan minat dan kemampuan berkomunikasi siswa. Padahal kemampuan berkomunikasi yang baik menunjang keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.

Proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya mengaktifkan siswa agar dapat mengkontruksi pengetahuan. Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (Peer Teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. 3 Oleh karena itu diperlukan suatu pendidikan yang sejalan dengan Kurikulum 2006 dan berorientasi pada kecakapan hidup.

Salah satu cara berkomunikasi dalam pembelajaran biologi adalah melalui presentasi dalam diskusi. Kegiatan diskusi siswa sudah sering dilaksanakan dalam pembelajaran biologi, melalui kegiatan tersebut siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan dengan lebih aktif.4 Akan tetapi, masih terdapat kekurangan dalam mengelolanya. Dalam kegiatan diskusi sekelompok siswa diminta untuk mempresentasikan materi tertentu di depan kelas, Sementara itu siswa yang lain duduk di kursi masing-masing. Sebagian

2

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 2

* Wawancara dengan guru biologi di MAN 2 Bogor ibu Nurul Khodariyah, S. Pd

3

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. Hal 181

4

Lie, A. Cooperative learning mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 56


(15)

siswa hanya menjadi penonton atau mengerjakan aktivitas lain. Kemudian ketika sesi tanya jawab dalam diskusi dibuka, hanya sebagian kecil siswa yang bertanya atau menanggapi. Ini disebabkan karena metode diskusi yang biasa dilakukan dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga biologi dianggap pelajaran yang membosankan.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.5

Mekanisme Transpor pada Membran Sel merupakan salah satu subkonsep dalam ilmu biologi di SMA. Konsep ini dicantumkan pada kelas XI semester satu. Subkonsep tersebut meliputi pendeskripsian proses keluar masuknya zat pada sel. Mekanisme transpor pada membran sel merupakan subkonsep yang sangat penting dalam pembalajaran biologi kerana berhubungan dengan Sel yaitu unit terkecil pada makhluk hidup. Konsep Sel merupakan konsep awal yang harus dicapai oleh siswa sebelum memasuki konsep selanjutnya, karena berdasarkan kurikulum SMA/MA kelas XI memiliki standar kompetensi yaitu memahami struktur dan fungsi sel sebagai unit terkecil. Oleh karena itu dalam pembelajaran konsep tersebut diharapkan dalam penyampaiannya dapat menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains, seperti keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis.

Kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah masih ada guru yang hanya menggunakan metode ceramah atau diskusi dalam subkonsep mekanisme transpor pada membran, dan bahkan ada guru yang hanya

5


(16)

menugaskan dengan merangkum buku paket saja, tanpa adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru. Memperhatikan permasalahan tersebut guru sebagai pengajar, tetapi kurang memperhatikan proses pembelajaran yang mengupayakan pembelajaran aktif, sehingga adanya interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, maka model pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam pembelajaran, melainkan berperan sebagai moderator, fasilitator dan manager pembelajaran.6 Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal kepada siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap serta keterampilan sosialnya baik di kelas maupun di luar kelas.

Salah satu dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw yang membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, yaitu kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok ahli bertugas mendalami suatu topik materi, selanjutnya masing-masing anggota kelompok mengajar temannya dan menjadi ahli dalam kelompok asal. Di akhir pembelajaran ditutup dengan diskusi umum sebagai evaluasi.7

Melalui metode pembelajaran jigsaw diharapkan pembelajaran dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan konsep baru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran jigsaw

membawa konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa. Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, dan kemampuan bekerjasama dalam suasana gotong-royong, selain itu dengan

6

Mukhtas Muhammad, op. cit., hal. 182

7

Yurni Suasti, upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi cooperative learning model jigsaw, Jurnal Pembelajaran Vol. I No.I, 26 Desember 2002. hal. 228


(17)

jigsaw siswa dapat memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Beberapa alasan lain yang menyebabkan metode jigsaw perlu diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Siswa diharapkan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan mengatasinya dengan cara dan pikiran yang berbeda. Siswa dalam kelompok saling bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan, serta siswa bertanggung jawab mengajarkan bagian tugasnya pada anggota kelompoknya.

Berdasarkan pemikiran di atas mendorong penulis untuk meneliti,

“Hubungan antara Kemampuan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah

1. Siswa yang pasif menyebabkan rendahnya kemampuan berkomunikasi siswa 2. Orientasi pembelajaran masih didominansi pembelalajaran konvensional dengan

metode ceramah

3. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajara belum maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Kegiatan penelitian ini terbatas pada masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

2. Kemampuan berkomuniksi dibatasi dengan indikator membaca, menjelaskan, menyimak, umpan balik, diskusi, mengambil keputusan, menjawab pertanyaan dan melakukan refleksi.

3. Hasil belajar yang diukur dibatasi pada pengetahuan atau kemampuan kognitif siswa pada konsep mekanisme transpor pada membran sel


(18)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai bahan acuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan variasi metode sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Dan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi sekolah dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi.


(19)

7

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya, serta memimpin dirinya. Selain itu, cooperative learning dirancang untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Dalam strategi ini diharapkan siswa berperan secara aktif, reflektif, dan saling menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu untuk membangun model koperatif harus dimulai dari inisiatif, dan kepedulian guru terhadap kondisi nyata siswa untuk kemudian mengubah hal-hal yang menghambat berlangsungnya suatu proses pembelajaran.1

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif didasarkan oleh teori-teori perlakuan, persandaran sosial dan teori perkembangan kognitif konstruktivis yang menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuannya secara aktif. 2Informasi yang disampaikan merupakan informasi yang jelas tidak ambigu. Secara umum komunikasi adalah suatu cara sharing ide dan pengklarifikasian

1

Yurni Susanti. Upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi Cooperative learning Model Jigsaw. Jurnal pendidikan, No. 04 Tahun 26, Desember 2003, hal. 326

2

Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 53


(20)

pengertian, proses komunikasi juga membantu membangun pemahaman.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah srategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi. Dan menurut Davidson dan Worsham, pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang efektif yang mengintergrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.3

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu yang memiliki prinsip dasar siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Selain itu, siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menggali berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.4

3

Tonih Feronika, Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 56

4


(21)

Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi, karena dalam pembelajaran kooperatif siswa yang pintar menjelaskan dan menguraikan materi ke siswa yang kurang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran.5

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya yaitu memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa ketika belajar secara bekerjasama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif, membuat siswa bisa meraih keberhasilan dalam belajar dan melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir, maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Model Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Karena dalam model pembelajaran ini siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya.

Sharan mengemukakan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan memilki motivasi yang tinggi karena didorong oleh rekan sebayanya. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik dan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar sopan santun, meningkatkan motivasi siswa,

5


(22)

memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar untuk mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta menghargai pokok pikiran orang lain.

Selanjutnya Stahl mengemukakan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Zaltman mengemukakan pula bahwa siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk di kalangan siswa, ternyata sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka akan lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik.6

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki keahlian yang berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah mata pelajaran. Kegiatan dalam kooperatif akan membantu siswa-siswa yang lemah dalam akademik untuk dapat memahami materi. Siswa yang lemah bekerja secara individual cenderung akan menyerah jika menghadapi hambatan. Siswa yang pintar menjelaskan daan menguraikan materi ke siswa yang kuraang paham. Hal ini dapat memberikan penguatan kepada siswa yang pintar untuk dapat memahami materi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompaknya belum menguasai bahan pembelajaran

6


(23)

Tabel 1.1. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok konvensional7

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan diri ada kelmpok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggoata kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan

Pemantauan melaui intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang

7

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 43


(24)

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional

melakuakan intervensi jik terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar. Penekanan tidak hanya pada

penyelasaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam pembelajran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang


(25)

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasrkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling meNghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dikemukakan Slavin yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 1) Penghargaan kelompok, pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap


(26)

anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan penigkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 8

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif teridiri dari lima karakteristik, yaitu:

1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelasaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 siswa.

4) Siswa menggunakan perilkau kooperatif, prososial.

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.9

d. Pengelolaan Kelas Pembelajaran kooperatif

Pengelolaan kelas pembelajaran kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas:

8

Isjoni, op. cit., hal. 21-28

9


(27)

1) Pengelompokan

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok biasanya terdiri dari satu orang berkemammpuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya berkemampuan kurang. 2) Semangat gotong royong

Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran kooperatif, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya. 3) Penataan ruang kelas

Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan, toleransi guru di kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lain-lain. 10

e. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

2) Adanya pengakuan dalam dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan baik dan bersahabat antar teman dan guru

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan diri agar lebih menyenangkan. 11

10

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal. 37 – 50

11


(28)

f. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Carin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

1) Setiap anggota mempunyai peran.

2) Terjadi interaksi langsung diantara siswa.

3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

4) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 12

g. Keterampilan-keterampilan Kooperatif

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong adanya partisipasi, dan menyamakan persepsi atau pendapat 2) Keterampilan koopertaif tingkat menengah, meliputi mendengarkan

dengan aktif, meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut, menafsirkan atau menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda, memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperaif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan, dan menghubungkan pendapat dengan topik tertentu. 13

h. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Kooperatif

1) Meyampaikan tujuan dan motivasi siswa 2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif

4) Bimbing atau membantu kerja kelompok dalam belajar untuk melakukan kegiatan/berkooperatif

5) Evaluasi

12

Tonih Feronika, op. cit., hal. 56

13


(29)

6) Memberikan penghargaan.14

i. Beberapa Variasi Teknik Dalam Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam teknik belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins University yaitu:

Student Team Achievement Divisions (STAD), JIGSAW, TGT (Tean Game Tournamen), Team Acelarated Intruction (TAI), dan Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC).

1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang siswa secara heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

2) Pembelajaran koopertif tipe TGT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk tidak menggunakan kuis atau saling tanya melainkanj menggunakan turnamen atau lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi untuk menyumbangkan poin pada skor mereka.

3) Pembeljaran kooperatif tipe Team Acelarated Intruction (TAI) merupakan pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kerja kelompok dan individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh tim lain.

4) Pembelajarn kooperatif tipe JIGSAW adalah pembelajaran kooeratif dengan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli.

5) Pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Intergrated reading & Composition (CIRC) merupakan pembelajaran yang hanya

14

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6 No. 1, Februari 2007, hal 22


(30)

menekankan pada membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas

Cooperative Intergrated reading & Composition terdiri dari siswa mengikuti urutan intruksi guru, latihan tim, assesmen tim awal dan kuis.15

2. Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Silberman, mengatakan bahwa jigsaw learning merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya.16

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai metode Cooperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.17

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

15

Tonik Peronika, op. cit., hal. 63-64

16

Srih dan Muhammad Ali. op. cit., hal. 23

17


(31)

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.18

Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.

a. Tahapan-tahapan Dengan Teknik Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaan kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membnatu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam belajar model kooperatif jigsaw ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya antara lain:

Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok-kelompok-kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan. Jumlah tiap kelompok yang tepat adalah sekitar 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.

Tahap kedua, setelah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan banyaknya materi yang akan didiskusikan, maka di dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan

18

Emildadiany, Novi, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalahkumakalahmu. wordpress.com/2008/09/15/coopertaive-learning (tgl: 1/22/2010 Jam: 10. 57)


(32)

anggota-anggota kelompok dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.

Tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

Tahap keempat, siswa diberikan tes/kuis oleh guru, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami suatu materi dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw tersebut. 19

Menurut Anita Lie tahapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain:

1) Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian

2) Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar memberikan penjelasan terhadap tipok yang akan dipelajari. Ini bertujusn agar siswa lebih siap untuk menghadapi bahan pelajaran yang akan dipelajari

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

4) Bahan yang pertama diberikan kepada siswa yang pertama, dan bahan yang kedua diberikan kepada siswa yang kedua. Dam begitu seterusnya.

5) Kemudian siswa mempelajari bahan ajar yang telah diberikan 6) Setelah selesai, siswa saling menjelaskan bahan ajar yang telah

dipelajarinya masing-masing. Ini bertujuan agar siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya.

7) Kemudian guru menjelaskan materi yang tidak ada pada bacaan. 8) Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi. 20

19

Tonik Feronika, Op. cit., hal. 70

20


(33)

b. Peranan Guru Dalam Teknik Jigsaw

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri, menumbuhkan rasa tanggung jawab serta membuat siswa merasa senang dalam melakukan kegiatan diskusi dalam kelompoknya. Guru bukanlah menjadi pusat kegiatan kelas tetapi siswa lah yang menjadi pusat kegiatan kelas walaupun guru tetap mengendalikan aturan-aturan dalam pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran bisa atau menggunakan metode diskusi biasa guru menjadi satu-satunya nara sumber atau guru menjadi pusat dari semua kegiatan. 21

Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw antara lain:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil (4-6 orang dalam setiap kelompoknya). Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas individu maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.

3) Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung dengan lancar. Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 4) Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian

dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa. 22

3. Kemampuan Berkomunikasi

Pada mulanya, komunikasi yang tetap hanya terdapat pada masyarakat kecil, kelompok orang yang hidup berdekatan yang merupakan satu unit politik. Tetapi sekarang, akibat kecepatan media informasi dan kompleknya

21

Isjoni, op. cit., hal. 57

22


(34)

berbagai macam hubungan, maka komunikasi telah menjadi maslah semua orang. Komunikasi merupakan inti dari semua hubungan sosial, apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan mentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangi ketegangan atau menghilangkan masalah yang muncul.23

Persoalan komunikasi yang saling menjadi perhatian adalah bagaimana komunikasi yang kita lakukan bisa efektif (Berhasil-guna) terhadap orang lain. Itu bisa berarti dalam urusan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan apa yang kita inginkan.24

a. Pengertian dan Komponen Komunikasi

Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktivitas komunikasi tersebut.25 Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.

Menurut Hovland, Janis & Kelley, Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Menurut Berelson dan Stainer,

23

A. W. Widjhaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta: Bumi Aksara 2008). hal. 4

24

Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas 2005). hal. 2

25

Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, Universitas Terbuka Depdiknas 2005). hal 10


(35)

komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Dan menurut Lasswell menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya ide sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Defenisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.26

Hovlan, Janis & Kelly menyebut bahwa dalam komunikasi terdapat komponen-komponen komunikasi, yaitu: 1) komunikator, yang bertugas untul menyampaikan stimulus (biasa dalam bentuk kata-kata). 2) komuniksai yang berperan sebagai peneerima berita. 3) pesan yang diperbincangkan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi melibatkan adanya pemberi berita pesan (komunikator/sender), berita atau pesan yang disampaikan (massege), dan penerima berita atau pesan (reseptor).

b. Karakteristik Komunikasi

Ada enam karakteristik komunikasi yang diperoleh dari gambaran pengertian yang telah dikemukakan diatas. Dan karakteristik teresebut adalah: 27

1) Komunikasi adalah suati proses yaitu Komunikasi itu proses dinamis dan komunikasi itu tak bisa diulang dan diubah. Komunikasi bersifat dinamis, karena komunikasi bukanlah suatu yang statis (diam), segala sesuatu dalam komunikasi bersifat

26

Sasa Djuarsa Sendjaja. op. cit., hal. 10-11

27


(36)

akumulatif. Kita berkomunikasi sepanjang hidup kita, oleh karenanya setiap interaksi dimana kita terlibat merupakan bagian dari serangkaiaan kejadian yang saling berhubungan. Dengan kata lain pengalaman komunikasi kita saat ini merupakan akhir dari pengalaman masa lalu atau merupakan awal dari pengalaman masa datang kita.

2) Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, yaitu sesuatu kegiatan yang dilakukan secara sadar. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang berada dalam kondisi normal bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakukanya. 3) Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat.

4) Komunikasi bersifat simbolis, yaitu tindakan yang dilakukan dengan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata.

5) Komunikasi bersifat transaksional. Yaitu keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukkan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.

6) Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang, yaitu para peserta yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.

c. Fungsi Komunikasi

Setiap pengalaman komunikasi menghasilkan satu atau lebih fungsi. Misalnya saja komunikasi dapat menolong kita untuk mengetahui siapa diri kita, atau memapankan suatu hubungan dengan seseorang, atau mencoba untuk mengubah sikap dan prilaku, baik diri kita maupun orang lain. Ada tiga fingsi utama yang dapat diketahui, yaitu


(37)

1) Memahami diri sendiri dan orang lain

Kita membutuhkan feedback (umpan balik) setiap waktu dari orang lain secara tetap juga butuh feedback dari kita. Melaui proses komunikasi kita akan dapat mempelajari kenapa kita bisa percaya dan tidak percaya, apakah pikiran dan perasaan kita sampaikan dengan jelas. Pada kondisi apakah kita memiliki kekuatan untuk dipengaruhi orang lain serta apakah kita mampu apa tidak, secara efektif membuat keputusan atau menyelesaikan konflik dan maslah.

2) Memapankan hubungan yang bermakna

Memapankan hubungan yang bermkana yang dimaksud dengan hubungan bermakna adalah bahwa guna mencapai hubungan yang harmonis, kita tidak dapat hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga harus mempertimbankan kebutuhan dan keinginan orang lain. Dalam suatu komunikasi, masing-masing yang terlibat harus memenuhi kebutuhan untuk diterima, dikontrol dan mendapatkan kasih sayang.

3) Mengubah sikap prilaku

Dalam interaksi antar pribadi, kelompok kecil dan kelompok publik, setiap individu memiliki kesempatan untuk mempengaruhi orang lain baik secara bersandar atau tidak. Kita mengabiskan banyak waktu untuk mencobamempengaruhi orang lain agar berpikir seperti

“apa yang kita pikir” bertindak sebagaimana +apa yang kita lakukan” dan menyukai “apa yang kita sukai”. Kadangkala upaya kita berhasil

dan kadangkala tidak. Dalam banyak kasus pengalaman membujuk kita menghasilkan kepada kita kesempatan untuk mempengaruhi orang lain karenya kita dapat mencoba untuk mewujudkan tujuan kita.28

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi, artinya bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari aktivitas berkomunikasi. Baik pada tujuan tertentu maupun tanpa disadarinya

28


(38)

manusia melakukan komunikasi. Bahkan dalam kondisi tidak menginginkan sekalipun manusia serigkali harus terlibat dalam komunikasi.

d. Tujuan Komunikasi

Kegitan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentu memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Secara umum, menurut Wilbur Schramm, tujuan komunikasi dapat dilihat pada dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan. dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin dicapai adalah

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber 1) Memberikan informasi

2) Mendidik

3) Menyenangkan/ menghibur 4) Mengajukan suatu tindakan

Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima 1) Memahami informasi

2) Mempelajari 3) Menikmati

4) Menerima atau menolak anjuran29

Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain seperti pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti, memahami orang lain, gagasan kita diterima oleh orang lain dan menggerakkan orang lain agar melakukan sesuatu.30

29

Sasa Djuarsa Sendjaja, op. cit., hal. 19

30


(39)

e. Kemampuan Berkomunikasi Lisan Bagi Siswa

Kemampuan berkomunikasi merupakan bagian dari kemampuan hidup sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa untuk bekal hidup bermasyarakat.31 Banyak profesi yang menuntut kecakapan berkomunikasi lisan dimiliki dengan baik, misalnya guru, dosen, wartawan, dokter, presenter, pengacara, konsultan, diplomat, politikus dan masih banyak lagi bidang pekerjaan yang lain. Walaupun tidak semua siswa jadi pekerja seperti yang disebutkan, kecakapan siswa mutlak harus dimiliki oleh siswa. Sebagai makhluk sosial, siswa harus memecahkan maslah yang timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan menampilkan diri sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, Jhon Dewey telah mengemukakan bahwa sudah sepantasnya sekolah sebagai miniatur masyarakat mendidik siswa tata cara bermasyarakat dalam konteks sesungguhnya.32

Terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu sumber, komunikator, pesan, saluran, penerima pesan dan hasil. Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam menyampikan pesa, yang digunakan untuk memperkuat pesan tersebut, dan komunikator adalah berupa individu yang sedang berbicara. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan komunikator adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik dala arti dia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan.33

Menurut Abraham Maslow, Gordon Alport dan Carl Roger yang berasal dari psikologi humanistik mengatakan bahwa, terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk

31

Departemen Pendidikan Nasional. Konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup. (Jakarta: Depdiknas 2003)

32

Anita Lie, Op. cit., hal.

33


(40)

menciptakan/membangun komunikasi efektif, seperti yang disebutkan sebagai berikut:34

1) Keterbukaan

Sipat keterbukaan menunjuk 2 aspek tentang komunikasi yaitu bahwa kita harus diawali dengan rasa saling terbuka. Adanya rasa saling terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Dan keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberoi tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang sesuatu yang kita katakan. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita. Sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

2) Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama darisikap empeti adalahkamampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengarkan dan dimengerti orang lain.

Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha mamahami peserta didiknya terlebih dahulu. Di sini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai prihal yang ada pada peserta didiknya.

3) Prilaku suportif

Keterbukaan dan empeti tidak akan berlangsung dalam dalam suasana yang tidak suportif. Jack R. Gibb menyebutkan 3 prilsku yang menimbulkan prilaku suportif, yakni deskriptif, spontanitas dan privisionalisme.

4) Prilaku positif

Sikap positif dalam komunikasi ,enunjuk paling tidak dua aspek, yaitu positif terhadap diri sendiri dan positif terhadap orang lain.

34


(41)

5) Kesamaan

Kesaan yang dimaksud adalah kominikasi umumnya akan lebih efektif bila para pelakukanya mempunyai nilai, sikap, prilaku dan pengalaman yang yang sama. Hal ini buksn berarti ketidaksamaan tidaklah komunikatif, tentu saja dapat tetapi komunikasi lebih sulit dan perlu banyak waktu untuk menyesuaikan diri dibandingkan dengan kedua belah pihak memiliki kesamaan-kesamaan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempenyai ketergantungan untuk menciptakan situasi komunikasi yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilatih keterampialn berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dapat berupa:35 1) Mengutaran suatu gagasan

2) Menjelaskan, mendiskusikan hasil percobaan atau pengamatan 3) Menyusun atau menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas 4) Menggambarkan data dengan grafik, tabel, peta dan diagram/bagan 5) Mengubah data dalam bentuk tabel kebentuk lainnya, misalnya grafik

atau peta.

Berdasarkan uraian-uraian diatas yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berkomunikasi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi penggunaan keahlian:

1) Membaca 2) Menjelaskan 3) Menyimak 4) Umpan balik

35

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007. hal. 183


(42)

5) Diskusi

6) Mengambil keputusan 7) Menjawab pertanyaan 8) Melakukan refleksi

4. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar. 36

Belajar adalah penambahan pengetahuan, dimana guru-guru memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat mengumpulkannya. Belajar juga diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa sesuatu perubahan pada inividu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek pribadi seseorang.37

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar penguasaan materi. Ranah kognitif meruapakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan otak. Pada ranah kognitif terdpat enam jenjang proses berpikir,mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

36

Wasty Soemanto, Psiklogi Pendidikan, (Malang:Rineka Cipta, 1984), hal. 99.

37


(43)

evaluasi. Untuk menilai aspek kognitif atau penguasaan materi digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut.

Kemampuan-kemampun yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategrikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:

1) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik.

3) Penerapan (C3)

Yang termasukjenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit.

4) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5) Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseuruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.


(44)

6) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.38

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif adalah hasil belajar yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.39 Selain itu, hasil belajar afektif dapat diketahui dari ucapan verbal serta kelakuan nonverbal seperti ekspresi pada wajah, gerak-gerik tubuh sebagai indikator apa yang terkandung dalam hati siswa.40 Ranah afektif oleh Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu receiving (menerima), responding (menanggapi), valuing (menghargai), organization

(mengorganisasikan), dan characterization by a value or value complex

(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).

Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada diri siswa baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangasangan yang datang dari luar.

Responding (menanggapi), mengandung arti adanya reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

38

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal.15-17

39

Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hal. 53

40


(45)

stimulus dari luar yang dating kepada diri siswa. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving.

Valuing (menilai atau menghargai), jenjang ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

Organization (mengorganisasikan), artinya mengembangkan nilai dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan serta proritas nilai yang telah dimilikinya.

Value characterization (karakterisasi nilai atau internalisasi nilai) yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dalam jenjang ini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. 41

Sedangkan menurut Gagne terdapat lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik.42

1) Belajar kemahiran intelektual

Dalam tipe ini termasuk belajar deskriminasi dan belajar konsep. Belajar deskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan dan pendidikannya. Sedangkan belajar konsep adalah kesanggupan menempatkan objek yang mempunyai ciri yang sama menjadi satu kelompok tertentu. Konsep dinyatakan dalam bentuk simbol bahasa. Contoh konsep adalah keluarga, masyarakat, pendidikan dan lain-lain.

41

Nana sudijana, Op. cit., hal. 53-54

42


(46)

2) Belajar informasi verbal

Pada umumnya belajar melalui informasi verbal seperti membaca, mengarang, mendengarkan uraian guru, kesangguapan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan/tulisan, berkomunikasi, kesanggupan member arti dari setiap kata/kalimat dan lain-lain.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

Belajar mengatur kegiatan intelektual menekankan kepada kesanggupan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang telah dimilikinya. Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir dalam memecahkan masalah (problem solving). Prinsip pemecahan masalah merupakan landasan bagi terealisasinya langkah berpikir. 4) Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar.

5) Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesangguapan menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket dan lain-lain. Aspek utama belajar motorik adalah tercapainya otomatisme melakukan gerakan. Gerakan yang sudah otomatis merupakan puncak belajar motorik. Misalnya seseorang telah dinilai cakap mengetik jika secara otomatis ia dapat mengetik dengan menggunakan semua jarinya.


(47)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Mukhtas Muhammad, dengan judulnya Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, berdasarkan hasil penelitiannya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dan aktifitas guru yang bersifat membimbing siswa dalam pembelajaran menurun43

Menurur H. M. Sirih dan Muhammad Ali dengan judul Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan dengan tongkat estapet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pembelaajaran kooferatif tipe jigsaw dengan menggunakan tongkat estafet dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja kelompok dalam berbagai pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal. 44

Muhammad Jamhari dalam jurnalnya yang bejudul Pengaruh Pemberian Tugas Rumah Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 21 Palu dalam penelitiannya disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan sumbangan yang berarti terhadap hasil belajar IPA biologi.45

Yurni suasti dengan judul upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi cooperative learning model jigsaw bahwa metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa bekerja kelompok dalam berbagi pengetahuan pada kelompok ahli dan kelompok asal siswa menunjukkan lebih aktif dalam proses pembelajaran

43

Mukhtas Muhammad, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2, Juli 2007.

44

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA, Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007

45

Muhammad Jamhari dalam jurnalnya yang bejudul , Pengaruh Pemberian Tugas Rumah Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa SMPN 21 Palu Media Eksakta 2 (2) : 128-130, juli 2006


(48)

berupa bertanya, mengemukakan ide/pendapat, berdiskusi, dan mempresentasikan hasil belajarnya dan mengumpulkan hasil kerja/ laporannya kepada guru.46

Aceng Hiatami dan Supriadi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan bahwa secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1) memotivasi siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan, dan (3) menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman.47

C. Kerangka Pikir

Berbagai usaha telah dilakukan permimntaan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran biologi, namun hasil belajar biologi siswa masih jauh dari harapan. Hasil observasi dan analisis pendahuluan terhadap pembelajaran biologi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat mengarah pada penyebab rendahnya hasil belajar biologi siswa masih dominannya penerapan pengajaran konvensional dalam pembelajaran biologi kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri struktur kognitifnya, serta kesempatan untuk menumbuh kembangkan minat dan kemampuan berkomunikasi siswa. Dengan terbentuknya kemampuan berkomunikasi yang baik maka orang tersebut dapat

46

Yurni suasti dengan judul upaya peningkatan kreativitas siswa SMU Pembangunan UNP melalui modifikasi cooperative learning model jigsaw, Jurnal Pembelajaran no.1. 26 Desember 2002

47

Aceng Hiatami dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, (http://jurnal.unhalu.ac.id/download/aceng/penerapan%20model%20pembelajaran% 20kooperatif%20tipe%20jigsaw)


(1)

64

aktivitas siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar materi yang telah dipelajari.14

Kemampuan berkomunikasi dapat muncul jika pembelajaran yang digunakan memungkinkan siswa untuk aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Khoirul dalam Supriyadi mengemukakan beberapa tujuan khusus model pembelajaran tipe Jigsaw diantaranya adalah mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir dan menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengar untuk berlatih dalam menyampaikan informasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan peningkatan penguasaan konsep siswa.15 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi yang positif diikuti pula dengan hasil belajar biologi yang baik.

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi siswa. Implikasi praktis yang dapat dilakukan adalah upaya peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan berkomunikasi dapat terbentuk jika pembelajaran yang ada menjadikan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran (student centered)

Sebagaimana yang diketahui bahwa hakikat belajar pada umumnya adalah segala aktivitas dengan melibatkan serangkaian pembelajaran secara langsung. Untuk itu setiap orang yang belajar harus aktif dalam pembentukan sifat yaitu pola yang berfikir kritis dan kreatif. Untuk itu suasana kelas perlu didesain sedemikian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk saling berinteraksi. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka menyukai proses dan saling mengenal satu sama lain. Suasana belajar yang penuh dengan

14

H. M. Sirih dan Muhammad Ali, op, cit. hal. 24

15


(2)

persaingan dan pengisolasian akan membentuk hubungan yang negatif dan mematikan semangat siswa. Hal ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga siswa perlu bekerjasama secara gotong-royong.


(3)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada subkonsep mekanisme transpor pada membran. Hal ini ditandai dengan adanya kontribusi kemampuan berkomunikasi dengan hasil belajar ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi yang cukup baik sebesar 57%. Selain itu, dari lembar observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi yang baik, karena dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa menjadi lebih aktif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti dari penelitian ini adalah, guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampun yang cukup untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa. Selain itu, untuk meningkatkan hasil penelitian selanjutnya yang lebih baik, sebaiknya memperhatikan prosedur penelitian dan instrumen penelitian. Selain itu, pada tahap presentasi pada kelompok asal dialokasikan waktu yang lebih lama.


(4)

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.

Meltzer E. David, “The Relationship Between Mathematics Preaparation and Conceptual Learning gains in Physics: A Possible hidden variable in

Diagnostic Pre-test Scores”, Departement of Phisycs and Astronomy State

University Ames, Am, J, Phys, 70 (12), December 2002, p. 1260 dari http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pd f. dibrowsing pada tanggal 5 april 2010 Pikul 10.09

Emildadiany, Novi. Cooperative Learning-Teknik Jigsaw, http://makalah kumakalahmu.wordpress.com/2008/09/15/coopertaive-learning

dibrowsing Hari Rabu, Tanggal 22 Januari 2010 Pukul. 10.57

Feronika Tonih. Buku Ajar Strtegi Pembelajaran Kimia. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Hajar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT RajGrafindo, 1999.

Hiatami Aceng dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Pada materi

kelarutan dan hasil kalikelarutan, http://jurnal.unhalu.ac.id/download

/aceng/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20KOOPER ATIF%20TIPE%20JIGSAW.pdf dibrowsing dibrowsing Hari Rabu, Tanggal 22 Januari 2010 Pukul. 11.40

Isjoni, Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta, 2007.

Jamhari Muhammad. Pengaruh Pemberian Tugas Rumah Dikombinasikan Dengan Pembelajaran Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi

Siswa SMPN 21 Palu Media Eksakta 2 (2) : 128-130, juli 2006

Lie, Anita. Cooperative Leraning; Mempraktekan Cooperative Learning Di


(5)

68

Muhammad, Muhammad. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep

Hidrokarbon Siswa SMA, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. I No. 2,

Juli 2007.

Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Mutmainah Siti. Fauzi Ahmad. Psikologi Komunikasi. Jakarta, Universitas Terbuka Depdiknas 2005.

Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakrta: Bumi Aksara, 1989. Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi aksara, 1995

Sendjaja Sasa Djuarsa , Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, Universitas Terbuka Depdiknas 2005. Hal 1-30

Sirih Muhammad dan Muhammad Ali. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa

Dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Kendiri, MIPMIPA,

Vol. 6, No. 1, Pebruari 2007.

Sofyan, Ahmad. Feronika, Tonih & Milama, Burhanudin. Evaluasi Pembelajaran

IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Suasti, Yurni. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Smu Pembangunan Unp

Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw, Jurnal

Pembelajaran no.1. 26 Desember 2002.

Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 1996.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Trianto, Mendesain Model Pembelajran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan, Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika. Jakarta:Prenada media grup, 2009.

Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konsrukstivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agam RI Tahun 2006.


(6)

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi aksara, 2009. hal. 195

Widjhaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara 2008. hal: 1-25


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN TIPE TPS

0 3 79

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150