Teori Konsep Dan Teori

11 Jawa yang penulis maksudkan disini adalah orang-orang Jawa yang berasal dari Jawa Tengah yang sudah menetap di Kelurahan Jati Makmur Binjai Utara dan orang-orang Jawa kelahiran Sumatera atau yang sering di sebut dengan Pujakesuma.

1.4.2 Teori

Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan Koentjaraningrat, 1973:10. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan di bahas dalam tulisan ini. Untuk mendeskripsikan pertunjukan pada penelitian ini, penulis menggunakan teori Milton Singer dalam MSPI, 1996:164-165 yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: 1 waktu pertunjukan yang terbatas, 2 awal dan akhir,3 acara kegiatan yang terorganisir, 4 sekelompok pemain, 5 sekelompok penonton, 6 tempat pertunjukan dan, 7 kesempatan untuk mempertunjukannya. Untuk melihat fungsi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alan P Merriam 1964: 219-226 yang membagi musik kedalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : 1 pengungkapan emosional, 2 penghayatan estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma sosial, 8 pengesahan lembaga sosial, 9 kesinambungan kebudayaan, 10 pengintegrasian masyarakat. Untuk mendeskripsikan upacara perkawinan penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1985: 243 yang menyatakan bahwa komponen upacara ada 4, yaitu: 1 tempat upacara, 2 saat upacara, 3 alat-alat perlengkapan upacara, 4 pendukung dan pemimpin upacara. Universitas Sumatera Utara 12 Untuk mengkaji struktur musik pada iringan musiknya yaitu seperti gending sampak dan pola ritem yang digunakan dalam mengiringi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori Nettl 1964:98 yang memberikan dua pendekatan 1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, 2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut keatas kertas dan kita dapat mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal menganalisis musik yang digunakan untuk mengiringi ketoprak dor penulis mendengarkan berulang kali terhadap rekaman musik tersebut untuk di transkripsikan nantinya. Penulis juga menuliskan tentang teori kontinuitas dan perubahan. Mengingat bahwa kesenian keetoprak dor saat ini jarang di temukan dan juga pelaku senimannya juga mulai berkurang. Beberapa peneliti sebelumnya mengatakan Widya, 2000 dan Dudung K. 2000 bahwasanya Kontinuitas mengandung makna pelestarian dan regenerasi. Dalam perwujudannya, dampak pengembangan yang harus dilakukan membawa perubahan psikologis atas yang terjadi. Dengan demikian, konsep kontinuitas dan pengembangan dalam masalah di sini diinginkan dapat membawa perubahan terhadap struktur dan fungsi yang mengikutinya. Secara teoretik kontinuitas memerlukan perilaku budaya dan internalisasi pengembangan, dalam hal ini yaitu kesenian ketoprak dor, kajian aspek kontinuitas tentang bagaimana cara mewujudkannya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kesungguhan tentang perilaku budaya dan internalisasi pengembangan. Merriam 1964:303 mengatakan bahwa perubahan bisa berdasar dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan bisa juga berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh para pelaku kebudayaan itu sendiri yang juga Universitas Sumatera Utara 13 disebut inovasi. Di sisi lain perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup suatu kebudayaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh Dyson dalam Sujarwa 1987:39 yang mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru novelty dan sifat inovatif yang ingin selalu berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru itu merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai yang sudah dianut sebelumnya. Selain itu ada pula yang menolak tanpa alasan.

1.5 Metode Penelitian