Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia untuk belajar. Salah satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian atau seni merupakan unsur kebudayaan yang universal. Seni merupakan karya seni yang bermutu di lihat dari keindahan Indonesia yang mempunyai berbagai suku bangsa, dan tentunya mempunyai kesenian budaya yang beragam bentuknya. contohnya etnis Jawa yang mempunyai kesenian daerah yang bermacam-macam, salah satunya yaitu kesenian ketoprak. Ketoprak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia : ke·top·rak sandiwara tradisional Jawa, sandiwara dengan tari dan nyanyi  . Seperti yang kita ketahui bahwa Seni Pertunjukan atau Seni Pentas adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu, dan juga merupakan salah satu perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan didalam kehidupan masyarakat. Muhammad Takari didalam artik elnya juga mengatakan “Kesenian adalah ekspresi dan sebuah unsur dari tujuh unsur kebudayaan. Kesenian dapat berwujud dalam bentuk ide, kegiatan, maupun benda-benda seni. Kesenian mencerminkan sejauh mana tingkat peradaban manusia pendukungnya. Kesenian dapat diekspresikan melalui bunyi yang disebut dengan nada dan ritme; titik, garis dan  Lihat kamus bahasa Indonesia 1999 hal 287. Universitas Sumatera Utara 2 warna; dialog, prolog, epilog, lakon, adegan; gerak-gerik, mimik muka, dan lain- lainnya” 1 . Pada awal berdirinya ketoprak diperankan oleh para pemain yang terdiri dari pemain laki-laki semua, karena cerita yang di tampilkan lebih mengarah pada cerita tentang kehidupan peperangan, pengembaraan dan lain sebagainya. Tetapi pada perkembangan berikutnya pemain ketoprak tidak saja terdiri pemain laki-kaki tetapi juga pemain perempuan karena tuntutan cerita yang semakin bervariasi. Pada awalnya kesenian ketoprak hanya di pentaskan di lingkungan keraton saja, sehingga kesenian ini kurang di kenal masyarakat. Menurut para ahli sejarah kesenian ketoprak ini mulai ada pada tahun 1922, yaitu pada masa kerajaan Mangkunegaran di Surakarta. Setelah itu seni ketoprak kemudian berkembang dan dapat di mainkan oleh masyarakat umum dan di pentaskan di luar keraton. Kesenian ketoprak yang di pentaskan di luar keraton ini masih tergolong sederhana, baik dari pakaian pemain maupun musik yang mengiringi pementasan ketoprak tersebut Herry Lisbijanto, 2013:3. Iringan musiknya pada jaman dahulu menggunakan alat pertanian yaitu lesung dan alu yang sebenarnya bukan merupakan jenis alat musik melainkan untuk menumbuk padi. Alat lesung dibunyikan dengan cara alunya dipukulkan ke badan lesung dan menimbulkan bunyi : prak,prak,prak, suara prak ini yang kemudian di yakini sebagai asal mula nama ketoprak .Herry Lisbijanto, 2013:4. Di Sumatera Utara terdapat mayoritas etnis jawa yang awal kedatangannya juga di ikuti dengan berbagai keseniannya yaitu salah satunya ketoprak. Perpindahan orang Jawa ke Sumatera pada abad ke-19 dengan tujuan sebagai pekerja kontrak yang menggantikan kuli kontrak asal Cina yang memiliki upah yang relatif mahal. Oleh 1 Lihat http:www.etnomusikologiusu.comartikel-etnomusikologi.html Universitas Sumatera Utara 3 sebab itu pemerintah kolonial Belanda pada masa itu lebih senang memilih kuli asal India dan juga Jawa yang upahnya relatif lebih murah Breman, 1997:53. Di Sumatera Utara kesenian ketoprak di kenal dengan sebutan “Ketoprak Dor” penambahan sebutan “Dor” di karenakan Alat musik pengiringnya yaitu Jidor menghasilkan bunyi ”dor”, dan Kentrung Alat musik yang terbuat dari bambu menghasilkan suara “prak” 2 . Di dalam tulisan skripsi Tutiek Sugiarti, 1989:27 tentang Ketoprak Dor mengatakan bahwa seni pertunjukan ketoprak di bawa ke Sumatera Timur Sumatera Utara di sekitar awal abad ke-20 bersamaan dengan munculnya berbagai perkebunan di daerah itu. Sampai saat ini seperti yang saya ketahui Ketoprak Dor di pertunjukkan di beberapa daerah di Sumatera Utara. Salah satunya adalah Sanggar Ketoprak Dor Langen Setio Budi Lestari Pimpinan Bapak Jumadi yang beralamatkan di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Awal perjumpaan penulis dengan group kesenian ini adalah setelah penulis mengetahui informasi tentang jadwal pertunjukan Ketoprak Dor yang di posting oleh bang Triwahjuono Harijadi dari social media dan dari beliau lah kemudian saya tertarik datang ke tempat pertunjukkan Ketoprak Dor di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Berdasarkan keterangan dari salah seorang informan serta dari hasil pengamatan penulis pada skripsi Tutik Sugiarti dan tulisan artikel di internet terdapat perbedaan antara ketoprak di sumatera utara dengan yang di jawa, di dalam tulisan skripsi Tutiek Sugiarti, 1989:37 “perkembangan ketoprak di jawa di klasifikasikan menurut periodesasinya antara lain : a. Ketoprak Lesung 1887-1925 b. Ketoprak Peralihan 1925-1927 c. Ketoprak Gamelan 1927- sekarang”. Dia juga mengatakan 2 Wawancara dengan Bapak Jumadi selaku pimpinan sanggar pada tanggal 03 februari 2015 Universitas Sumatera Utara 4 pada masa perkembangan Ketoprak Lesung, alat-alat musik yang di pakai yaitu seperti lesung dan alu. Sedangkan dimasa Ketoprak Peralihan alat-alat musiknya terdiri dari lesung, rebana dan alat musik barat. Periode tahun 1927 sampai sekarang yang di sebut periode Ketoprak Gamelan alat-alat musiknya relatif sama dengan seni pertunjukan Wayang Kulit, di antaranya gendang, gong, saron, gambang, gender, dan lain-lain. Di Sumatera Utara alat-alat musik ketoprak dor seperti yang saya lihat sendiri di lokasi pertunjukan ada lima jenis yaitu jidor, kentrung, kendhang jawa, drum, dan keyboard. Pertunjukan ketoprak dor di Sumatera Utara di lihat dari tema cerita yang dibawakan beragam, tidak selalu terikat pada ketentuan pertunjukan yang biasa di sebut pakem. 3 Seperti yang saya liat sendiri cerita yang dibawakan menggambarkan tentang kisah tiga putra kembar, pola ceritanya di mulai dengan pembuka yaitu dengan iringan musik dan pemain atau lakon menari satu persatu dengan cara berimprovisasi, kemudian di mulai babak pertama yang di isi dengan perkenalan tokoh, tempat, kerajaan, dan konflik yang akan di ceritakan. menarik bagi saya di saat selang babak-babak terakhir saya melihat ada di isi dengan lawakan atau humor yang di lakukan oleh tokoh khusus, di saat lawakan-lawakan dibawakan oleh tokoh khusus banyak anggota masyarakat yang tertarik sekali sampai tertawa terpingkal-pingkal dan bahkan menyawerkan sejumlah uang kepada tokoh khusus tersebut. Menurut saya mungkin tema bukanlah menjadi hal yang penting pada pertunjukan ketoprak dor karena hal yang terpenting bagi penonton atau penikmatnya adalah kegembiraan di saat lawakan itu di mainkan. Bahasa yang di gunakan dalam pertunjukan ketoprak dor juga tidak terikat pada bahasa jawa , terkadang juga ada menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa - 3 Lihat skripsi Tutiek Sugiarti, 1989. Ketoprak Dor halaman 43 Universitas Sumatera Utara 5 bahasa yang sesuai dengan cerita. Pakaian yang digunakan tokoh pemeran juga berwarna-warni, dan seperti yang saya lihat di sela babak konflik salah seorang tokoh antagonis menggunakan alat menyerupai pentungan yang sebenarnya itu bekas pipa busa pembungkus kabel ac untuk memukuli lawan mainnya. Sebenarnya jumlah iringan musik untuk mengiringinya tidak selalu kaku sifatnya, misalnya saja di sela lawakan juga diselipkan lagu-lagu campursarian dengan judul ngidam sari bahkan anggota masyarakat juga bisa meminta sendiri lagu-lagu jawa kesukaannya. di dalam pertunjukan ketoprak tersebut terdiri dari 13 orang pemain, yaitu 4 orang pemusik, dan 9 tokoh atau lakon. Melihat kenyataan bahwa kesenian ketoprak dor di Sumatera Utara mulai jarang di temukan, bahkan menurut salah seorang informan bahwa sanggar seni ketoprak dor di sekitar Medan kurang lebih tinggal empat sanggar lagi, dan pemain- pemainnya juga tinggal sedikit bisa di lihat saat pemain disanggar yang satu ikut di pementasan sanggar yang lain, karena begitu langkanya. 4 Oleh karenanya penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi tentang kesenian tradisional ketoprak dor di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dan penulis akan menjabarkan lebih lengkap lagi tentang pertunjukan ini dalam konteks upacara perkawinan adat Jawa ke dalam tulisan dengan judul : “Studi Deskriptif Ketoprak Dor Oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari Pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai”.

1.2 Pokok Bahasan Dan Batasan Masalah