Pokok Bahasan Dan Batasan Masalah Pemilihan Lokasi Penelitian dan Informan

5 bahasa yang sesuai dengan cerita. Pakaian yang digunakan tokoh pemeran juga berwarna-warni, dan seperti yang saya lihat di sela babak konflik salah seorang tokoh antagonis menggunakan alat menyerupai pentungan yang sebenarnya itu bekas pipa busa pembungkus kabel ac untuk memukuli lawan mainnya. Sebenarnya jumlah iringan musik untuk mengiringinya tidak selalu kaku sifatnya, misalnya saja di sela lawakan juga diselipkan lagu-lagu campursarian dengan judul ngidam sari bahkan anggota masyarakat juga bisa meminta sendiri lagu-lagu jawa kesukaannya. di dalam pertunjukan ketoprak tersebut terdiri dari 13 orang pemain, yaitu 4 orang pemusik, dan 9 tokoh atau lakon. Melihat kenyataan bahwa kesenian ketoprak dor di Sumatera Utara mulai jarang di temukan, bahkan menurut salah seorang informan bahwa sanggar seni ketoprak dor di sekitar Medan kurang lebih tinggal empat sanggar lagi, dan pemain- pemainnya juga tinggal sedikit bisa di lihat saat pemain disanggar yang satu ikut di pementasan sanggar yang lain, karena begitu langkanya. 4 Oleh karenanya penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi tentang kesenian tradisional ketoprak dor di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai dan penulis akan menjabarkan lebih lengkap lagi tentang pertunjukan ini dalam konteks upacara perkawinan adat Jawa ke dalam tulisan dengan judul : “Studi Deskriptif Ketoprak Dor Oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari Pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai”.

1.2 Pokok Bahasan Dan Batasan Masalah

4 Hasil wawancara dengan bang yono selaku Informan Pangkal, 03 februari 2015 Universitas Sumatera Utara 6 Setelah penulis melihat langsung kesenian ketoprak dor ternyata banyak sekali yang dapat di jadikan sebagai bahan penelitian seperti : karakteristik ketoprak, ciri khas, kostum pemain atau lakon, durasi pertunjukan, instrumen dan musik pengiring. Oleh karena itu, Untuk menghindari kajian lebih luas maka penulis membatasi penelitian ini dengan memfokuskan pembahasan kepada beberapa aspek saja walaupun secara umum tidak dapat di pisahkan. Berdasarkan uraian latar belakang seperti di atas, penulis menentukan pokok permasalahan atau pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana deskripsi jalannya pertunjukan ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 2. Bagaimana fungsi kesenian ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai, dan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat pendukung khususnya di Sumatera Utara. 3. Bagaimana struktur penyajian musik dalam pertunjukan ketoprak dor.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mendeskripsikan jalannya pertunjukan ketoprak dor pada upacara perkawinan adat Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. b. Untuk mendeskripsikan fungsi pertunjukan ketoprak dor pada upacara perkawinan adat Jawa dan penyajian struktur musiknya di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara 7 c. Untuk mendeskripsikan bagaimana eksistensi ketoprak dor pada masyarakat khususnya di Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai : 1. Sebagai bahan dokumentasi ilmiah pada jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. 2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan di kemudian hari. 3. Sebagai informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya di kesenian tradisional. 4. Syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

1.4 Konsep Dan Teori

1.4.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI,2007:588, konsep adalah

gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain. Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Menurut R. Merton dalam Koentjaraningrat, konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati. Konsep juga merupakan unsur pokok dari suatu penelitian Koentjaraningrat,1987:36. Dari hasil pengamatan, wawancara, dan literatur yang ada, maka dapat dikemukakan konsep-konsep sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 8 Kata deskriptif merupakan kata sifat dari deskripsi. Pengertian studi deskriptif dapat di artikan sebagai; menguraikan gambaran situasi atau kejadian-kejadian yang terdapat didalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadily 1990:179, deskripsi mempunyai pengertian gambaran atau lukisan. Dalam hal ini penulis mencoba menguraikan menggambarkan tentang kesenian ketoprak dor agar dapat di jadikan informasi bagi para pembaca yang membutuhkan. Menurut Murgianto 1996:156, pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang di lakukan satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa bertanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian yang khas. Sesuai dengan konsep yang di atas maka ketoprak dor dikategorikan sebagai seni pertunjukan, karena dalam pertunjukannya ada penyaji pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian yang khas. Seni pertunjukan Indonesia adalah suatu cabang ilmu Etnomusikologi yang mempelajari berbagai bentuk seni pertunjukan yang ada di Indonesia, baik yang meliputi uraian tentang ciri-ciri dan karakteristik bentuk seni pertunjukan yang ada baik dalam bentuk representasi tradisi maupun modern. Pertunjukan adalah sebuah proses yang memerlukan waktu adan ruang, dimana pertunjukan mempunyai bagian awal, tengah, dan akhir. Richard Schenel:1998 dalam Sitopu, Dina Mayantuti. 2009. Seni pertunjukan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang menerapkan berbagai kajian dan metodelogi yang bersifat integratif, dan inter disiplin. Dalam disiplin ilmu, seni pertunjukan selalu melakukan pendekatan perbandingan, bahwa seni pertunjukan dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari yang merangkumi aktivitas seperti olahraga, sulap, upacara yang bersifat sosial. Begitu juga dengan aktivitas Universitas Sumatera Utara 9 yang menekankan aspek estetika seperti dalam seni musik, tari dan sebagainya. Seni pertunjukan merupakan sesuatu yang berlaku dalam waktu dengan maksud bahwa peristiwa ini memiliki arti hanya pada saat pengungkapan seni itu berlangsung. Sementara hakikat seni pertunjukan adalah gerak, perubahan keadaan dengan substansi terletak pada imajinasi serta prosesnya sekaligus, dengan daya rangkum sebagai sarana, cengkeraman rasa sebagai tujuan seninya dan keterampilan teknis sebagai bahan. Selain hal tersebut seni pertunjukan kedalam dua kategori yaitu: 1 Seni pertunjukan yang memiliki kegunaan sebagai tontonan, di mana ada pemisah yang jelas antara penyaji dan penonton, dan 2 Seni pertunjukan dengan kegunaan sebagai pengalaman bersama, dimana antara penyaji dan penonton saling berhubungan Sediawaty,1981:58-60. Di dalam pertunjukan ketoprak dor terdapat beberapa ciri khas yang menjadi pedoman tidak tertulis walaupun sebenarnya tidak ada pakem yang baku dalam penyajiannya, di antaranya ciri khas tersebut adalah : a. Dialog berbahasa Jawa b. Cerita yang di tampilkan merupakan cerita tentang raja-raja yang merupakan dongeng rakyat, legenda, mitos, ataupun cerita baru yang merupakan gubahan sutradara ketoprak dor itu sendiri. c. Iringan musik dalam pertunjukan ketoprak dor yang paling utama adalah kentrungberbentuk kentongan kecil dan jidor, dan irama musiknya bersifat repetitif atau pengulangan-pengulangan di saat selingan atau pergantian adegan. Dalam pementasan ketoprak dor juga ada beberapa karakteristiknya yaitu: 1. Menggunakan 5 iringan alat musik yaitu : jidor, kentrung, kendhang jawa, drum, dan keyboard. Universitas Sumatera Utara 10 2. Pakaian atau kostum yang di gunakan berwarna-warni dan memakai make up. 3. Dalam pementasannya di butuhkan ± 15 orang bahkan lebih untuk pemain pria dan wanita dan 4 orang sabagai pemusik. 4. Arena pementasan biasanya menggunakan pentas atau panggung konvensional yang berupa arena dengan latar belakang beberapa lukisan yang sesuai dengan cerita yang akan di bawakan. 5. Pada setiap adegan pemain yang akan masuk ke arena pentas atau panggung maka pemain akan melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi dan tidak ada pakem yang baku. Kesimpulan yang diambil oleh penulis bahwa Seni pertunjukan yang sudah menjadi sebuah disiplin ilmu mencoba mengembangkan metode dan teorinya dengan pendekatan yang bersifat sentifik, menjelajahi berbagai teori, dan metodelogi merangkum ilmu antropologi, sosiologi, sejarah, seni sastra, semiotika analisis struktural, analisis fungsional, etnologi dan berbagai macam ilmu sosial lainnya. Menurut Poewadarminta 1986:24 mengenai perkawinan mengatakan : “upacara merupakan suatu hal dalam melakukan perbuatan yang tentu menurut adat kebiasaan atau menurut agama. Perkawinan adalah kegiatan universal dalam peradaban manusia di dunia, dalam setiap perkawinan biasanya melibatkan aspek agama yang diabsahkan secara secara adat maupun agama. Upacara perkawinan bukan saja penting bagi manusia tetapi juga merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti serta sepenuhnya mendapat perhatian”. Upacara perkawinan yang penulis maksudkan disini adalah perkawinan suku Jawa. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau saling “berinteraksi” menurut sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinue, dan yang terikat oleh satu rasa identitas bersama Koentjaraningrat,1980:157-161. Masyarakat Universitas Sumatera Utara 11 Jawa yang penulis maksudkan disini adalah orang-orang Jawa yang berasal dari Jawa Tengah yang sudah menetap di Kelurahan Jati Makmur Binjai Utara dan orang-orang Jawa kelahiran Sumatera atau yang sering di sebut dengan Pujakesuma.

1.4.2 Teori

Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan Koentjaraningrat, 1973:10. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan di bahas dalam tulisan ini. Untuk mendeskripsikan pertunjukan pada penelitian ini, penulis menggunakan teori Milton Singer dalam MSPI, 1996:164-165 yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: 1 waktu pertunjukan yang terbatas, 2 awal dan akhir,3 acara kegiatan yang terorganisir, 4 sekelompok pemain, 5 sekelompok penonton, 6 tempat pertunjukan dan, 7 kesempatan untuk mempertunjukannya. Untuk melihat fungsi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Alan P Merriam 1964: 219-226 yang membagi musik kedalam 10 kategori fungsi, yaitu fungsi : 1 pengungkapan emosional, 2 penghayatan estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma sosial, 8 pengesahan lembaga sosial, 9 kesinambungan kebudayaan, 10 pengintegrasian masyarakat. Untuk mendeskripsikan upacara perkawinan penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1985: 243 yang menyatakan bahwa komponen upacara ada 4, yaitu: 1 tempat upacara, 2 saat upacara, 3 alat-alat perlengkapan upacara, 4 pendukung dan pemimpin upacara. Universitas Sumatera Utara 12 Untuk mengkaji struktur musik pada iringan musiknya yaitu seperti gending sampak dan pola ritem yang digunakan dalam mengiringi pertunjukan ketoprak dor penulis menggunakan teori Nettl 1964:98 yang memberikan dua pendekatan 1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, 2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut keatas kertas dan kita dapat mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal menganalisis musik yang digunakan untuk mengiringi ketoprak dor penulis mendengarkan berulang kali terhadap rekaman musik tersebut untuk di transkripsikan nantinya. Penulis juga menuliskan tentang teori kontinuitas dan perubahan. Mengingat bahwa kesenian keetoprak dor saat ini jarang di temukan dan juga pelaku senimannya juga mulai berkurang. Beberapa peneliti sebelumnya mengatakan Widya, 2000 dan Dudung K. 2000 bahwasanya Kontinuitas mengandung makna pelestarian dan regenerasi. Dalam perwujudannya, dampak pengembangan yang harus dilakukan membawa perubahan psikologis atas yang terjadi. Dengan demikian, konsep kontinuitas dan pengembangan dalam masalah di sini diinginkan dapat membawa perubahan terhadap struktur dan fungsi yang mengikutinya. Secara teoretik kontinuitas memerlukan perilaku budaya dan internalisasi pengembangan, dalam hal ini yaitu kesenian ketoprak dor, kajian aspek kontinuitas tentang bagaimana cara mewujudkannya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kesungguhan tentang perilaku budaya dan internalisasi pengembangan. Merriam 1964:303 mengatakan bahwa perubahan bisa berdasar dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan bisa juga berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh para pelaku kebudayaan itu sendiri yang juga Universitas Sumatera Utara 13 disebut inovasi. Di sisi lain perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup suatu kebudayaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh Dyson dalam Sujarwa 1987:39 yang mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru novelty dan sifat inovatif yang ingin selalu berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru itu merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai yang sudah dianut sebelumnya. Selain itu ada pula yang menolak tanpa alasan.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, Koentjaraningrat, 1997: 16. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang di jumpai di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor 1975:5 metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bisa lisan untuk penelitian agama, social, budaya, filsafat, catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian. Penulis juga mengacu pada disiplin etnomusikologi seperti yang di sarankan Curt Sachs dan Nettl 1964:62 yaitu penelitian etnomusikologi di bagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja lapangan field work dan kerja laboratorium deks work. Untuk mengetahui segala permasalahan penelitian dan penulisan serta mengaplikasikan metode penelitian kualitatif, penulis akan melakukan pengumpulan Universitas Sumatera Utara 14 data melalui pemahaman kepustakaan, penulisan juga akan di lakukan dalam beberapa tahapan disamping pengumpulan data, yaitu pemilihan sampel, kerja laboratorium, dan bimbingan, diskusi serta konseling. Sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mendukung penulisan mengenai kesenian ketoprak dor penulis juga mencari, memahami serta menggunakan literatur-literatur yang berhubungan sehingga akan dapat membantu memecahkan permasalahan. Di antara berbagai buku yang telah penulis dapat yang berkaitan dengan judul yang telah di sebutkan bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat di gunakan sebagai acuan demi pembahasan dan penelitian, dan menambah wawasan penulis mengenai ketoprak dor di Sumatera Utara. Dalam hal ini penulis mempelajari buku-buku tentang kesenian ketoprak dor yang telah di tulis oleh peneliti-peneliti sebelumnya Tutiek Sugiarti 1989, Herry Lisbijanto 2013. Studi kepustakaan juga penulis lakukan terhadap topik-topik lain yang berkaitan dengan penelitian ini, di antaranya pengetahuan tentang upacara adat perkawinan Jawa, sejarah, etnografi, dan lain sebagainya.

1.5.2 Observasi

Satori 2009: 105 mengemukakan bahwa observasi adalah pengamatan langsung terhadapa objek untuk mengetahui keberadaan objek , situasi, kondisi, konteks, ruang beserta maknanya dalam upaya pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini penulis berusaha melihat langsung. Dengan demikian dalam mendeskripsikan pertunjukan ketoprak dor penulis akan lebih cermat.

1.5.3 Wawancara

Universitas Sumatera Utara 15 Wawancara yang di maksud disini adalah suatu cara yang di gunakan seseorang untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dan bercakap-cakap serta bertatap muka dengan seseorang Koentjaraningrat, 1990:129. Wawancara yang penulis lakukan dalam penelitian terdiri dari dua kategori, yaitu wawancara terencana dan wawancara tak terencana. Wawancara terencana telah memiliki format pertanyaan yang di susun dengan sistematis sebelum melakukan wawancara, sedangkan wawancara tak terencana merupakan wawancara yang tidak memiliki format atau daftar pertanyaan yang telah di susun sebelumnya. Terkadang wawancara tak terencana bisa muncul dalam wawancara yang telah terencanakan, hal tersebut di sebabkan karena pengetahuan penulis maupun daya ingat penulis yang terganggu oleh situasi dan kondisi.

1.5.4 Perekaman

Penggunaan alat bantu sangat penting dalam melakukan penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan dua cara: 1. Perekaman audio-visual menggunakan kamera handphone merk Sony xperia M2. Perekaman ini sebagai bahan mendengarkan musik yang di mainkan oleh pemusik dalam seni pertunjukan ketoprak dor. 2. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar di gunakan kamera digital merk Panasonic DMC-LZ10 untuk mendapatkan gambar saat pertunjukan ketoprak dor.

1.5.5 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisaan data-data yang telah didapat di lapangan. Setelah semua data yang di peroleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul penulis melakukan proses penyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang kurang. Semua data Universitas Sumatera Utara 16 yang di peroleh di lapangan di olah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan etnomusikologi.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian dan Informan

Lokasi penelitian ketoprak dor dalam tulisan ini adalah Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Alasan memilih lokasi ini penelitian ini karena di daerah ini merupakan daerah komunitas suku Jawa, dan di daerah juga banyak di temukan seni pertunjukan tradisional Jawa lainnya seperti Jaran Kepang, Kuda Lumping, dan masih banyak kesenian Jawa lainnya. Mencari informan adalah suatu hal yang penting karena informan dapat memberikan informasi yang sesuai untuk keperluan penelitian tersebut. Informan yang penulis cari terlebih dahulu adalah informan pangkal yaitu orang yang terlebih dahulu penulis kenal sebelum melakukan penelitian yang mengetahui tentang ketoprak dor ini. Informan pangkal yang membantu penulis dalam penelitian ini adalah bang yono. Setelah mendapatkan informan pangkal, penulis menentukan informan kunci. Informan kunci adalah orang yang memberikan informasi kepada penulis mengenai bahan penelitian penulis, yaitu Bapak Jumadi yang merupakan pimpinan sanggar Langen Setio Budi Lestari. Melalui informan kunci ini, besar harapan penulis nantinya akan memperoleh banyak informasi lebih banyak dan mendalam. Universitas Sumatera Utara 17

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA DI KELURAHAN JATI

MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI

2.1 Identifikasi Masyarakat Jawa

Daerah asal suku Jawa adalah pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pulau Jawa terletak di bagian selatan dari Kepulauan Indonesia. Suku Jawa hanya mendiami bagian tengah dan bagian timur dari pulau Jawa, sementara bagian baratnya didiami oleh suku Sunda. Pulau Jawa yang luasnya 7 dari seluruh wilayah Indonesia dan dihuni oleh hampir 60 dari seluruh penduduk Indonesia adalah daerah asal kebudayaan Jawa Koentjaraningrat, 1984:3-5. Namun pada masa sekarang ini, orang-orang Jawa menetap diberbagai kawasan di seluruh pulau di Indonesia, bahkan sampai ke Malaysia. Begitu juga penyebarannya sampai ke Afrika Selatan, Suriname, dan Madagaskar. Kepadatan penduduk yang tinggi dipulau Jawa menyebabkan banyaknya penduduk pulau ini dibawa dan dipaksa bekerja sebagai budak ke daerah jajahan Belanda di Suriname pada sekitar abad ke-18. Kemudian pada abad ke-19, banyak suku Jawa di kirim dan di paksa bekerja pada perkebunan-perkebunan di Kaledonia Baru Perancis dan pada perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara Koentjaraningrat, 1985: 5-10. Di Indonesia sendiri selain di Pulau Jawa, suku Jawa ini tersebar ke berbagai kawasan, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup melalui transmigrasi yang dilakukan sejak zaman Belanda sampai sekarang. Di antara kawasan-kawasan yang menjadi tempat tinggal baru suku Jawa adalah Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Papua Barat, Provinsi Riau, Universitas Sumatera Utara