Proses Trankripsi Kesimpulan ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL

80 Lebih lanjut Seeger dalam Bruno Nettl 1964:99-100 mengatakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut. Kedua notasi tersebut adalah notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji, bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik. Notasi deskriptif adalah notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa transkripsi mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mendeskripsikan musik. Sehubungan dengan hal ini, dalam melakukan pentranskripsian terdahap musik yang dipakai dalam kesenian ketoprak dor, penulis mengacu kepada pendekatan metode notasi deskriptif, karena menurut pengamatan penulis notasi deskriptif inilah yang paling tepat diguanakan untuk kepentingan pendeskripsian komposisi musik yang ada di ketoprak dor. Tujuan transkripsi dan analisis dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan struktur musik yang terjadi di dalam beberapa musik yang ada di pertunjukan ketoprak dor. Untuk keperluan ini beberapa yang diputar struktur musik yang sering terdengar dan diantara merupakan pengulangan-pengulangan akan penulis paparkan secara rekaman dan tulisan melaui kamera digital dan kamera handphone. penulis mengambil sampel gendhing sampak, pola ritem yang dipakai dalam adegan perang dan pola ritem dalam adegan kasmaran maupun pola item lagu-lagu yang lainnya yang merupakan polar ritem pengulangan-pengulangan di dalam pertunjukan ketoprak dor.

5.2 Proses Trankripsi

Dilihat dari segi fungsi musikal dari kesenian ketoprak dor dapat diambil kesimpulan bahwa alat musik jidor, kentrung dan kendhang ini sangat penting perannya dalam mengiringi setiap penembang maupun adegan-adegan peperangan. Universitas Sumatera Utara 81 Melihat dari ritem dan kemampuan pemusik jidor, kentrung dan kendhang yang sedang berlangsung, penulis akan menuliskannya dengan menggunakan bantuan software Sibelius dan Guitar Pro.

5.3 Analisis

Pada dasarnya dalam proses pentranskripsian sudah terjadi proses analisis, karena didalam proses itu sendiri telah dilakukan suatu pengamatan terhadap semua karakter musik yang ditranskripsi. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan proses penjelasan struktur musik yang telah ditranskripsi.

5.3.1 Analisis Siklus Pola Ritem Jidor, dan Kendhang

Ilustrasi Musik 1 Siklus Pola Ritem JidorKentrung untuk Lagu Kasmaran dan Panembromo Tanskriptor : Mario Sinaga dan Selamat Hariadi Universitas Sumatera Utara 82 Siklus Pola Ritem Kendhang untuk Lagu Kasmaran dan Panembromo Universitas Sumatera Utara 83 Ilustrasi Musik 2 Siklus Pola Ritem JidorKentrung untuk Musik Sampak Universitas Sumatera Utara 84 Ilustrasi Musik 3 Siklus Pola Ritem JidorKentrung untuk Patam-patam Siklus Pola Ritem Kendhang untuk Patam-patam Universitas Sumatera Utara 85 Ringkasan yang dapat ditarik dari analisis di atas adalah sebagai berikut: 1.Tempo M. M. =120 2. Durasi not dominan :14, 18, 116 3. Motif ritem : 18 18 18 14 18 18 18 18 14 18 18 14 18 18 4. Meter : 8 ketuk dalam satu siklus. 5. Warna bunyi : tuk, dor, plak, tak dan dung Universitas Sumatera Utara 86 6. Aksen : didominasi oleh bunyi tuk, dor, plak, tak dan dung Siklus pola ritem di atas sudah bisa mewakili pola ritem ketoprak dor dengan kesertaan warna bunyi baik itu kendhang, dan drum. Jidorkentrung yang memberikan warna keseluruhan dari ketoprak dor ini.Suara jidorkentrung yang terdiri dari dua suara tuk dan dor harus diletakkan tepat disetiap motif ritem yang terdapat dalam selingan-selingan ritem ketoprak dor . Dalam hal ini ritemnya didominasi oleh suara tuk-tuk-tuk-tuk dor-dor-dor-dor ; dari uraian ini dapat dilihat bahwa warna suara yang dipakai di dalam ritem ketoprak dor adalah tuk dan dor. Universitas Sumatera Utara 87

BAB VI PENUTUP

Pada bagian ini penulis mengambil kesimpulan setiap BAB secara garis besar dan mengaitkannya satu dengan yang lainnya. Tentu saja didalam skripsi masih terdapat kekurangan –kekurangan sehingga masih jauh dari sempurna. Untuk mendampingi kesimpulan, pada bagian ini disertakan juga beberapa saran terhadap apa saja yang belum dikerjakan bagi kepentingan-kepentingan penelitian selanjutnya.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan bab-bab yang telah dibahas, penulis menyimpulkan pembahasan dari hasil penelitian yang penulis lakukan. Kesimpulan ini adalah jawaban dari dua pokok permasalahan yang telah ditetapkan pada Bab I. Adapun pokok masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana deskripsi jalannya pertunjukan ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 2. Bagaimana fungsi kesenian ketoprak dor pada upacara adat perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai, dan eksistensinya dalam kehidupan masyarakat pendukung khususnya di Sumatera Utara, 3. Bagaimana struktur penyajian musik dalam pertunjukan ketoprak dor. Dari keseluruhan pembahasan yang telah penulis lakukan secara umum dapat menyimpulkan bahwa pertunjukan ketoprak dor di Sumatera Utara dilengkapi hanya dengan lima alat musik yaitu kentrung, jidor, kendhang, drum, dan keyboard. Bunyi yang dihasilkan dari koordinasi alat-alat musik ini yang mengiringi setiap pertunjukan ketoprak dor di Sumatera Utara. Ini jauh berbeda dengan ada yang di pulau Jawa, yang di mana ketoprak dor ini mempunyai cirri khas tersendiri dengan bunyi Universitas Sumatera Utara 88 “prak…dor” nya. Dari bunyi inilah kemudian ketoprak dor di namakan di Sumatera Utara. Menurut hasil penelitian penulis, dari instrument alat musik dan lagu-lagu yang dibawakan ketoprak dor ini dapat disimpulkan bahwa di satu pihak pengaruh budaya jawa masih jelas terlihat sedangkan di pihak lain pengaruh budaya setempat terutama Melayu cukup besar. Sebelum penggunaan keyboard sekarang ini alat harmonium selalu di pakai dalam pertunjukan ketoprak dor, dan terkadang di lain kesempatan menurut informan kunci yang saya wawancara selain keyboard pemain musik juga membawa akordion untuk mengiringi lagu-lagu yang dibawakan penembang seperti lagu mak inang pulau kampai dan iringan musiknya merupakan pengulangan- pengulangan dari awal sampai akhir, kemudian melodi yang dimainkan juga selalu bersifat improvisasi mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Perkembangan Ketoprak Dor di Sumatera Utara khususnya diharapkan mampu mempertahankan eksistensinya di tengah arus modernisasi yang menawarkan pertunjukan-pertunjukan yang lebih menarik, praktis, dan ekonomis. Selanjutnya pada masa-masa mendatang kesenian ketoprak dor ini sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah. Di samping itu juga group-group kesenian ketoprak dor juga harus menghadapi dan mengimbangi tantangan-tantangan modernisasi dan kemajuan zaman dengan luwes. Antara lain dengan pembinaan, pengambangan serta penyesuaian diri terhadap selera masyarakat sebagai penggemar. Karena, jika tidak maka di khawatirkan kesenian ketoprak dor ini akan hilang. Salah satu upaya agar tidak hilang adalah dengan cara mewariskan atau mengajarkannya kepada generasi muda. Hal ini sangat penting dilakukan, mengingat bahwa sekarang ini para pemain ketoprak dor merupakan golongan tua yang rata-rata umurnya di atas 50 tahun. Di sini penulis juga melihat bahwa dalam pertunjukan ketoprak dor sekarang ini ada suatu kemasan hibursan agar dapat dinikmati oleh orang-orang diluar etnis Universitas Sumatera Utara 89 Jawa, dengan membuat lawakan-lawakan atau selipan lawakan baik itu di babak adegan maupun babak lawakan dengan menggunakan bahasa-bahasa setempat maupun bahasa Indonesia yang dimengerti masyarakat. Hal ini sangat dinikmati masyarakat walaupun dia tidak berasal dari etnis Jawa.

6.2 Saran