56
3.7 Manajemen Pertunjukan Sanggar Setio Langen Budi Lestari
Kata manajemen menurut Hasibuan 2007:1 mendefinisikan bahwa manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur atau merencanakan.
Pertama, agar orang atau kelompok dapat bekerja secara efisien. Mereka dapat bekerja dengan suatu cara atau metode sistematis sehingga segala sumber yang ada seperti
tenaga, dana, dan peralatan kesenian dapat digunakan lebih baik. Dengan begitu , akan diperoleh hasil yang diharapkan. Dalam arti lain efisiensi itu terjadi jika
pengeluaran lebih kecil dari penghasilan, atau hasil yang diperoleh lebih besar dari penggunaan sumber yang ada. Selain itu juga agar dalam bekerja atau berkesenian
dapat di capai kelancaran, dan kelangsungan sanggar itu sendiri. Sanggar yang di pimpin oleh Bapak Jumadi dalam pelaksanaannya melakukan
segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik itu upah pemain, pemusik, dan transportasi di lakukan sendiri sesuai dengan kesepakatan bersama. Dan untuk
harga sekali pertunjukan atau sekali main biasanya Bapak Jumadi memasang tarif Rp.2.500.000 sekali pertunjukan satu cerita. Berbeda lagi apabila yang menanggap
atau yang meminta pertunjukan kesenian sanggarnya adalah kerabat dekatnya, untuk kerabat dekat atau kawan dekat Bapak Jumadi memasang tarif Rp.2.000.000 sekali
pertunjukan satu cerita. Untuk upah para pemeran tokoh biasa Bapak Jumadi memasang tarif Rp.100.000 perorang, sedangkan apabila seorang pemeran mendapat
peranan lebih sering tampil seperti tokoh raja maka tarifnya bisa sampai Rp.150.000 perorang. Untuk tokoh pelawak Bapak Jumadi selalu memasang tarif Rp.150.000
dikarenakan nilai komersil adegan lawaknya lebih di unggulkan dan paling dinikmati oleh para penonton dari pada pemeran tokoh lainnya. Dan untuk para pemusik Bapak
Jumadi memasang tariff Rp.100.000. Kemudian sisanya adalah untuk pemasukan sanggar dan untuk Bapak Jumadi sendiri.
Universitas Sumatera Utara
57 Untuk hal perbaikan maupun peremajaan alat-alat pendukung pertunjukan
Bapak Jumadi melakukannya dibantu oleh anaknya sendiri dan beberapa pemain ketoprak dor lainnya dan dengan dana sendiri.
Universitas Sumatera Utara
58
BAB IV PENYAJIAN KETOPRAK DOR OLEH SANGGAR LANGEN SETIO BUDI
LESTARI PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN JATI MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI
4.1 Upacara Adat Perkawinan Jawa
Secara umum pengertian perkawinan adalah menyatukan dua insan manusia yang awalnya sama-sama hidup sendiri menjadi hidup berdampingan dan saling
mengisi satu sama lain. Dalam hal ini masyarakat Jawa masih melakukan beberapa adapt untuk menjelang perkawinan dan bagian ini penulis akan menjelaskan tentang
bagaimana tahapan-tahapandalam upacara perkawinan masyarakat Jawa yang dilaksanakan di rumah. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perkawinan
masyarakat Jawa adalah sebagai berikut: 1 Nleresel yaitu calon mempelai pria menjajaki calon mempelai wanita yang ingin diperistrinya; 2 Melamar yaitu calon
mempelai pria datang kerumah calon mempelai wanita untuk menemui kedua orang tua calon mempelai wanita dan meminta anak perempuannya untuk dijadikan istri;
3Pinangan yaitu memberikan sesuatu yang menjadi tanggung jawab calon mempelai pria seperti yang telah dijanjikan oleh pihak keluarga calon mempelai pria kepada
keluarga calon mempelai wanita berupa perlengkapan seperti tempat tidur, lemari dan uang untuk keperluan lainnya; 4 Kemudian calon mempelai pria memberikan suatu
barang berupa pengikat kepada calon mempelai wanita sebagai tanda jadinya dan sebagai bukti si calon mempelai wanita tersebut sudah menjalin perjanjian ikatan
cinta; 5 Berikutnya kedua belah pihak keluarga calon mempelai menentukan hari jadi perkawinan baik itu dari segi hari, tanggal, bulan, tahun dan jam; 6 Biasanya
menjelang beberapa hari pernikahan sang calon mempelai wanita tidak diperbolehkan
Universitas Sumatera Utara