64 keyboard, satu pemain drum. Dan bisa saja pemain tokoh merangkap sebagai pemain
pengganti untuk bermain musik disaat dia sudah tidak ada tokoh yang diperankan lagi. Hal itu dilakukan apabila salah seorang pemusik ada yang merasa kelelahan.
4.2.3 Penonton
Sebagai sebuah pertunjukan yang berlangsung di panggung terbuka penonton dapat mengambil posisi tertentu dari awal hingga pertunjukan berakhir. Pertunjukan
ketoprak dor ini di minati oleh berbagai penonton baik yang berumur anak-anak, remaja, dan orang tua. Dan biasanya yang bertahan nonton hingga selesai acara
pertunjukan adalah para orang tua sebab pertunjukan ini dilakukan hingga tengah malam dan bahkan sampai pagi.
4.3 Deskripsi Jalannya Pertunjukan Ketoprak Dor
Pertunjukan ketoprak dor yang dilakukan pada upacara adat perkawinan Jawa ini dimulai pada pukul 20.00 wib bertempat dirumah pemilik hajatan yaitu Bapak
Untung sampai dengan pukul 01.40 wib. Di antara rentang waktu tersebut pertunjukannya dilalui dengan beberapa babak yaitu sebagai berikut :
Cerita yang dibawakan adalah Tiga Putera Kembar. Diawal pertunjukan pada pukul 20.00
– 20.30 wib para pemain memulainya dengan panembromo, yaitu keluar semua ke depan panggung dengan diawali musik atau gending sampak, gending
sampak selalu dimainkan di setiap awal babak. kemudian setelah itu menyanyikan atau menembangkan lagu sambil menari secara improvisasi, lagu yang dinyanyikan
seperti lagu putri solo yang mengartikan bahwa memperkenalkan diri para pemain, dan memperkenalkan sanggar. kemudian setelah semua perkenalan selesai maka
Universitas Sumatera Utara
65 pemain menyanyikan lagu lalen mundur, yaitu lagu mengajak kembali kebelakang
panggung.
Gambar 4.3.1 : para pemain memulai dengan panembromo dokumentasi pribadi 03 februari 2015
Kemudian babak pertama pun dimulai yaitu dengan cerita tiga putera kembar. Maka dimulailah adegan masuknya raja, dan patih kerajaan kedepan panggung. Sang
raja mulai bercakap- cakap dengan patih lalu mengatakan kepada patih “jika kamu
didalam peperangan nanti bisa mengalahkan kerajaan lain maka akan ku beri setengah dari kerajaanku”, kemudian terjadilah peperangan hebat antara patih dengan kerajaan
lain dan kemudian menang. Dan setelah kemenangan itu patih kembali menemui raja dan menagih janjinya karena menjanjikan kekuasaan separuh kerajaannya. Namun
sang raja mengingkari janjinya dengan dalih bahwa istrinya sedang ha mil tua. Tetapi patih tidak peduli akan hal itu dan murka kepada raja dengan berkata “ah banyak
alasan.. aku tidak perduli” kemudian langsung ditendang sang raja hingga tersungkur, terjadilah perkelahian antara patih dan raja di iringi dengan musik tempo
cepat seperti patam-patam dan setelah itu raja di ikat dan dimasukkan ke penjara. Dan didalam cerita itu setelah hari berganti hari maka melahirkan lah sang istri raja yaitu
Universitas Sumatera Utara
66 bayi tiga kembar, inilah asal muasal cerita tiga putra kembar itu. Tiga bayi itu adalah
dua orang bayi laki-laki yaitu Tedjo Kumoro , dan Tedjo Kumolo, sedangkan Tedjo Wati yang merupakan seorang perempuan. Kemudian berakhirlah adegan babak
pertama yang diringi kembali dengan musik atau gending sampak dan adegan ini berdurasi sekitar satu jam lebih antara pukul 20.30
– 22.00 wib tergantung improvisasi pemeran adegan.
Gambar 4.3.2 : adegan Patih menendang Raja dokumentasi pribadi 03 februari 2015 Di babak kedua pukul 22.00 wib setelah patih mengetahui bahwa sang istri
raja telah melahirkan tiga putra kembar dia membuat pernyataan untuk membuang bayi itu, sebab bayi putra kembar itu membuatnya gelisah dan takut apabila nanti
setelah dewasa akan balas dendam dengannya. Maka di perintahkanlah kepada patih yang lainnya untuk membuang bayi-bayi itu dengan cara terpisah, patih memfitnah
istri raja dengan dalih bahwa dia telah melahirkan seekor binatang yaitu anjing supaya bisa mempermalukan sang istri kepada orang-orang terdekatnya. Orang-orang
terdekat paman istri raja tahu bahwa tiga bayi itu dibawa pergi oleh suruhan patih,
Universitas Sumatera Utara
67 maka diikutilah orang suruhan patih itu saat membuang bayi. Ceritanya bayi itu
ternyata dibuang secara terpisah dua bayi tedjo kumoro dan tedjo kumolo di buang ke hutan sedangkan satu bayi yang lainnya yaitu tedjo wati di buang ke lautan dan paman
istri raja tersebut menjemput bayi yang bernama tedjo kumoro dan tedjo kumolo di hutan dan dirawat olehnya. Sementara itu tedjo wati tidak diketemukan di lautan
sebab dia telah di ambil oleh raksasa atau jin yang bernama “Roto Dinowo”
Gambar 4.3.3 : adegan Patih menghukum istri raja dokumentasi pribadi 03 februari 2015
Di kerajaan patih membentak istri raja :” kenapa kau melahirkan seekor anjing?” istri raja menjawab “anakku bukan seekor anjing, aku berani bersumpah..
an akku hilang ada yang menculiknya.. “ tapi lagi-lagi patih tidak perduli dan langsung
menghukumnya dengan cara di gantung. Kemudian berakhirlah babak kedua ini dengan diiringi musik atau gending sampak. Adegan ini selesai sampai 23.30 wib. Di
selang babak kedua dan ketiga pertunjukan ketoprak dor di isi dengan adegan lawakan atau istilah lainnya goro-goro yang dibawakan oleh dua orang tokoh. Lawakan yang
dibawakan berupa banyolan-banyolan dengan berbagai bahasa-bahasa setempat yang dipakai, lawakan-lawakan yang dibawakan terkadang mengandung cabul, dan kata-
Universitas Sumatera Utara
68 kata mengandung sarkasme. Di sela-sela lawakan ada yang menyanyikan berberapa
lagu-lagu lawas yaitu seperti nonton bioskop ciptaan Benyamin S. adegan lawakan ini berdurasi sekitar setengah jam dan selesai hingga pukul 24.20 wib.
Gambar 4.3.4 : Tokoh pelawak dengan berbagai asessoris dokumentasi pribadi 03 februari 2015
Di babak ketiga sekitar pukul 24.30 wib. Di cerita ini setelah beberapa tahun kemudian tiga putra kembar itu telah beranjak dewasa dan untuk tedjo wati beranjak
dewasa dengan asuhan jin penunggu lautan dan kembali kedaratan untuk mencari asal-usulnya dari mana dia sebenarnya berasal. Sementara itu sang paman bersama
dengan tedjo kumoro dan tedjo kumolo tumbuh besar didalam hutan. Pada suatu hari sang paman memberitahukan peristiwa kelam yang sebenarnya terjadi kepada tedjo
kumolo dan tedjo kumoro. Emosi mereka berdua memuncak setelah mendengar cerita pamannya dan paman meminta supaya menuntut sang patih dan merebut kembali
kerajaan dari tangannya. Maka pergilah mereka ke kerajaan untuk mengambil kembali tahta ayahnya. Didalam perjalanan mereka bertemu dengan tedjo wati yang sekarang
menjadi cantik jelita, mereka tidak sadar bahwa tedjo wati merupakan saudara
Universitas Sumatera Utara
69 kandungnya. Jatuh cintapun tak terelakkan lagi, tedjo kumoro jatuh cinta di
pandangan pertama. Di adegan ini tedjo kumoro langsung menyanyikan lagu gandrungan kasmaran yang sebelumnya sudah penulis jelaskan. Lagu yang
dinyanyikan yaitu mijil. Lagu yang menggambarkan tentang ketertarikan tedjo kumoro kepada tedjo wati dengan memuji-muji kecantikannya, merayunya. Melihat
hal itu tedjo kumolo kesal dan berk ata kepada pamannya “paman.. tinggal sajalah
mereka berdua, bikin repot saja..kita kan mau ke kerajaan”. Tetapi sang paman tidak mau ikut dengan tedjo kumolo dan memilih menunggu tedjo kumoro mendekati tedjo
wati.
Gambar 4.3.5 : Adegan Tedjo Kumoro Kasmaran dengan Tedjo Wati dokumentasi pribadi 03 februari 2015
Sementara itu dikerajaan sang patih mengalami sakit mata dan tidak sembuh- sembuh, kemudian atas anjuran dari dewa berkata bahwa “obat sakit matamu adalah
nyari mata manusia..”. dewa di adegan ini adalah seorang raja yang dihukum pada cerita awal dan disini dia merangkap tokoh sebagai dewa. kemudian patih
Universitas Sumatera Utara
70 memerintahkan suruhannya untuk mencari mata orang guna mengobati matanya. Lalu
berjumpalah suruhan sang patih dengan tedjo kumolo di tengah perjalanan, dan suruhan patih merasa mata tedjo kumolo lah yang pantas menjadi obat untuk sang
patih. Maka berkelahilah mereka dengan diiringi musik tempo cepat, setelah lama dalam perkelahian itu tedjo kumolo akhirnya kalah dan dibunuh kemudian diambilah
mata tedjo kumolo. Sesampainya di kerajaan patih di obati dengan mata tedjo kumolo, tetapi tidak
sembuh juga. Akhirnya mata tedjo kumolo tidak berguna dan di buang kehutan tepatnya di sumur tua, setelah itu mata yang dibuang ternyata tumbuh menjadi bunga
“cangkok joyo kusumo”. Di kerajaan patih semakin gelisah karena matanya tidak sembuh-sembuh, maka dia minta pertolongan lagi kepada dewa untuk menyembuhkan
matanya. Dewa kembali menganjurkan agar carilah bunga cangkok joyo kusumo di hutan belantara. Maka di perintahkan kembali untuk mencari bunga tersebut kedalam
hutan, sesampainya dihutan mereka menemukan bunga tersebut yaitu tepatnya didalam sumur tempat pembuangan mata tedjo kumolo semula. Akan tetapi para
pesuruh patih tersebut tidak bisa mengambil bunga tersebut akibat tidak bisa dicabut didalam sumur tua itu, merasa putus asa mereka kemudian berusaha mencari bantuan
siapa yang bisa mencabut bunga cangkok joyo kusumo tersebut. Maka bertemulah mereka dengan tedjo kumoro, tedjo wati dan pamannya. Mereka menyampaikan
maksud dan tujuan untuk meminta pertolongan agar bunga bisa dicabut dari sumur tersebut. Merasa kasihan maka dengan ilmu yang dimiliki tedjo wati bunga cangkok
joyo kusumo itu dengan mudahnya dicabut olehnya. Adegan ini selesai sampai pukul 01.00 wib.
Di babak keempat ini di lanjutkan dengan menggambarkan tentang penyelesaian konflik dan tentang situasi setelah konflik selesai. Setelah itu paman,
Universitas Sumatera Utara
71 tedjo wati, tedjo kumoro dan pesuruh patih pergi untuk memberikan obat itu kepada
sang patih. Namun betapa kaget sang paman ketika sesampainya di kerajaan ternyata obat itu untuk patih yang merupakan pembunuh ibu beserta tedjo kumolo ibu dan
saudara kembar dari tedjo kumoro dan tedjo wati. Melihat sang patih paman langsung memaki nya “memang biadap kau tega-teganya mereka tedjo kumoro, dan tedjo
wati kau buang dan ibunya kau bunuh ”, mendengar hal itu patih langsung berkata “aku melakukan ini karena raja mengingkari janjinya.. dia berjanji memberiku
kekayaan dari separuh harta kerajaan tetapi dia mengingkarinya..aku sakit hati kepadanya..” namun setelah mengetahui bahwa obat bunga cangkok joyo kusumo itu
adalah bantuan dari tedjo wati sang patih pun berterima kasih dan meminta maaf atas perlakuannya kepada mereka atas terbunuhnya ibu, tedjo kumolo dan ayahnya yaitu
sang raja sendiri yang langsung dibebaskan. Maka atas kebaikan tedjo wati permintaan damai dari sang patih pun di kabulkannya. Akhir cerita tahta kerajaan
kembali lagi ke tangan raja dan mereka hidup dikerajaan kembali dengan bahagia. Babak terakhir ini selesai pukul 01.40 wib.
Gambar 4.3.6 : adegan perdamaian antara keluarga raja dan patih dokumentasi pribadi 03 februari 2015
Universitas Sumatera Utara
72 Di akhir yaitu penutup para pemain keluar kembali dan menyanyikan lagu
gelang sepatu gelang dengan mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara, dan para penonton sambil mengucapkan maaf apabila ada tutur kata yang salah.
Untuk cerita tiga putera kembar ini dalam pementasannya bisa sampai jam empat pagi menyesuaikan dengan permintaan penyelenggara dan improvisasi
pemeran. Bahkan kami pernah membawakan beberapa cerita dengan dirangkum hanya dalam dua jam di acara ulang tahun kodam I bukit barisan.
16
4.4 Fungsi Kesenian Ketoprak Dor Dalam Upacara Adat Perkawinan Jawa