mitigasi bencana yang dapat efektif berdiri sendiri. Hal ini disebabkan setiap bentuk mitigasi mempunyai kelemahan yang dapat dilengkapi dan diperkuat oleh
bentuk-bentuk mitigasi lainnya complementary.
IX. MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERPERSPEKTIF MITIGASI
BENCANA ALAM
Abstrak
Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Ciamis mengalami berbagai persoalan dalam pengelolaan wilayah pesisirnya seperti adanya konflik kepentingan, belum teridentifikasinya
faktor yang berpengaruh, belum jelasnya tujuan yang ingin dicapai, serta alternatif kebijakan yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir Jawa Barat dikaitkan dengan mitigasi bencana sehingga
perlu dibangun model kebijakan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Penelitian bertujuan untuk membangun model kebijakan pengeloaan wilayah pesisir secara terpadu yang
berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana. Penelitian menggunakan metode analisis hierarki proses AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alternatif kebijakan pengelolaan yang
dapat dikembangkan di Kabupaten Indramayu adalah pengembangan prasarana dan sarana wilayah pesisir berperspektif mitigasi bencana dengan tujuan mengoptimasi produktivitas wilayah
pesisir, sedangkan di Kabupaten Ciamis adalah peningkatan peran stakeholder dalam pengelolaan wilayah pesisir dengan tujuan untuk optimasi perlindungan sistem penyangga kehidupan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka peran stakeholder sangat diharapkan terutama pemerintah daerah sebagai pengambil keputusan dalam pengembangan wilayah pesisir terpadu yang
berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana. Dalam pengembangan wilayah pesisir ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor penetapan status dan fungsi wilayah
sesuai dengan fungsi dan tujuan pemanfaatannya.
Kata kunci : Model kebijakan, terpadu, berkelanjutan, mitigasi bencana, stakeholder
9.1. Pendahuluan
Penduduk Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 202 juta, di mana 60 persen di antaranya hidup di wilayah pesisir serta memanfaatkan sumberdaya
di sekitarnya sebagai sumber penghidupannya. Dengan sumberdaya pesisir yang besar, maka sudah sepantasnya jika kebijakan pembangunan ekonomi
seoptimal mungkin dibangun dan diarahkan pada pembangunan ekonomi yang berorientasi pada sumberdaya alam berbasis pesisir dan kelautan. Kebijakan
pemerintah untuk memfokuskan pembangunan ekonomi masyarakat pada kebijakan ekonomi berbasis pesisir akan membawa konsekuensi terhadap
kemampuan berproduksi dan konsumsi masyarakat. Sehingga, dapat diprediksi bahwa penerapan kebijakan ekonomi yang demikian itu akan membuat
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya yang bermata pencaharian di pesisir dan perikanan akan meningkat.
Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya pesisir yang cukup melimpah adalah wilayah Pesisir Jawa Barat. Berbagai potensi
sumberdaya alam Pesisir Jawa Barat yang dapat dikembangkan selain sektor perikanan adalah pengelolaan industri minyak dan gas bumi di Kabupaten
Indramayu dan pengembangan pariwisata di Kabupaten Ciamis. Sehubungan
170 dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan bahwa
salah satu core business bisnis utama Jawa Barat yang perlu dikembangkan adalah bisnis pesisir dan kelautan Bapeda Provinsi Jabar, 2007. Dalam
pengembangan bisnis pesisir dan kelautan tersebut, berbagai persoalan perlu dikaji dan ditangani secara besama oleh seluruh stakeholder yang terkait
terutama para pengambil keputusan dalam pengembangan wilayah pesisir di Jawa Barat. Berbagai persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah
pesisir dan kelautan seperti terjadinya konflik kepentingan antar pemangku kepentingan, belum teridentifikasinya faktor dominan yang berpengaruh dalam
pengembangan wilayah pesisir, dan belum jelasnya tujuan yang ingin dicapai, serta alternatif kebijakan yang dapat dikembangkan di pesisir Jawa Barat
dikaitkan dengan mitigasi bencana. Hal ini penting dipecahkan dalam rangka merumuskan arahan kebijakan menuju keterpaduan dalam pengembangan
wilayah pesisir Jawa Barat yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana. Penelitian bertujuan untuk membangun model kebijakan pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu pro growth, pro job,
pro poor dan pro mitigation.
9.2. Metode Analisis Model Kebijakan
Untuk merumuskan arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi becana digunakan pendekatan analisis
hierarki proses AHP. AHP yang dikembangkan oleh Saaty 1993, merupakan suatu metode dalam memecahkan situasi kompleks dan tidak berstruktur
kedalam bagian komponen yang tersusun secara hirarki baik struktural maupun fungsional. Proses sistemik dalam AHP memungkinkan pengambil keputusan
mempelajari interaksi secara simultan dari komponen dalam hirarki yang telah disusun. Keharusan nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu
pengambil keputusan dalam mempertahankan pola pikir yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan.
Penyusunan secara hierarki dalam AHP mencerminkan pemikiran untuk memilah elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
unsur yang serupa pada tiap tingkat. Tingkat puncak yang disebut fokus hanya satu elemen yaitu sasaran keseluruhan yang sifatnya luas. Tingkat berikutnya
masing-masing dapat memiliki beberapa elemen. Elemen dalam suatu tingkat