Analisis Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir

Gambar 27. Potensi pengembangan wilayah pesisir Kabuipaten Indramayu 107

6.3.1.2. Pertanian dan Perkebunan

Komoditi tanaman pangan yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu terdiri dari tanaman seperti kacang panjang, cabe, terong, kangkung, ketimun dan bawang merah. Produksi tanaman pangan di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Produksi komoditi sayuran wilayah pesisir di Kabupaten Indramayu No Kecamatan Pesisir Komoditi K acang panjang Cabe Terong Kang - kung Ketimun Bawang merah 1 Krangkeng 2.475,00 10,00 120,00 10,00 318,00 - 2 Karangampel - - 172,00 - 315,00 - 3 Juntinyuat 2.413,00 - 2.338,00 - 1.510,00 - 4 Balongan 532,60 - - - 200,00 - 5 Indramayu 330,00 25,00 - - - - 6 Sindang - - - - - - 7 Cantigi 300,00 - - - 375,00 - 8 Arahan 177,00 - - - 52,00 - 9 Losarang 83,36 21,20 49,00 - 231,00 - 10 Kandanghaur 216,00 96,50 - - 320,00 - 11 Sukra 1.053,83 - 641,54 - 12.170,00 15.739,20 Jumlah 7580,79 152,7 3320,54 10 15491 15.739,20 Sumber : Kabupaten Indramayu dalam Angka tahun 2005

6.3.1.3. Perikanan

Dari enam kabupatenkota yang ada di wilayah pesisir utara Jawa Barat, Kabupaten Indramayu merupakan daerah pesisir dengan tingkat kontribusi produksi perikanan terbesar. Rata-rata produksi perikanan di daerah ini adalah sebesar 58.243,80 tontahun, dengan jumlah alat tangkap rata-rata sebanyak 6.329 unit, maka hasil tangkapan rata-rata per satuan unit alat tangkap dapat dihitung sebesar 9,33 ton per unit alat tangkap CPUEcatch per unit effort

6.3.1.4. Pariwisata

Kabupaten Indramayu memiliki beberapa potensi wisata bahari yang tersebar di sepanjang 161,72 kilometer garis pantai. Potensi lokasi wisata yang telah banyak dikenal ada 3 tiga, yaitu Pantai Tirtamaya, Koloni Kera, dan Pulau Biawak yang semuanya di luar lokasi penelitian. Obyek wisata yang terdapat di lokasi adalah kegiatan wisata lainnya yang sudah merupakan tradisi di setiap daerah nelayan adalah pesta laut yang diadakan setiap tahun.

6.3.1.5. Aplikasi Metode ASWOT dalam Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir Indramayu

Hasil analisis SWOT yang tercantum dalam Gambar 28 digunakan untuk studi potensi pengembangan wilayah pesisir Indramayu, telah menunjukkan bahwa kekuatan pendorong strength utama dalam pengembangan pesisir Indramayu adalah sebagai tempat pemasaran hasil-hasil perikanan domestik dan ekspor S5. Ini terlihat dari nilai skoring pendapat pakar yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.077 7,7 dibandingkan dengan faktor kekuatan lainnya. Untuk pengembangan ke depan, peluang opportunities yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah pesisir O1 dimana para pakar memberikan nilai skoring sebesar 0,091 9,1. Kelemahan yang perlu mendapat perhatian serius adalah terjadinya kondisi alam dengan gelombang pasang W3 dengan nilai skor 0,074 7,4 dan ancaman yang perlu perhatian serius adalah berubahnya orientasi generasi muda yang lebih memilih pekerjaan lain daripada menjadi nelayan T6 dengan nilai skoring 0,087 8,7. Selanjutnya hasil analisis SWOT tersebut dimasukkan ke dalam struktur ASWOT yang dikemas dalam program aplikasi MKP2B2MB. Analisis ASWOT untuk Kabupaten Indramayu dalam aplikasi MKP2B2MB dimulai dengan menginputkan penilaian pakar menggunakan perbandingan berpasangan pairwise comparison yang dapat dilihat seperti pada Gambar 28. Gambar 28. Contoh input penilaian pakar dengan pairwise comparison metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Indramayu Hasil analisisnya direkam dalam laporan input pakar termasuk consistency index CI dan consistency ratio CR. Secara keseluruhan CR=0.1 yang menunjukkan penilaian pakar konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Contoh laporan penilaian pakar dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar 29. Laporan input pakar metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Indramayu Hasil analisis ASWOT dapat dilihat pada Gambar 30. Gambar tersebut menunjukkan bahwa sektor minyak dan gas bumi serta perikanan merupakan potensi pengembangan wilayah pesisir yang perlu mendapatkan perhatian utama untuk dikembangkan di Indramayu. Hal ini terlihat dari nilai skoring yang lebih tinggi hasil penilaian oleh pakar dengan nilai skoring masing-masing sebesar 0,246 24,6 untuk sektor minyak dan gas bumi dan 0,244 24,4 untuk sektor perikanan. Selanjutnya disusul oleh potensi pertanian sebagai prioritas ketiga, perkebunan sebagai prioritas keempat dan pariwisata sebagai prioritas kelima dengan nilai skoring masing-masing 0,191 19,1, 0,186 18,6 dan 0,132 13,2. Penilaian pakar yang mensejajarkan prioritas pembangunan minyakgas bumi dan perikanan dalam pengembangan wilayah pesisir di Indramayu telah menunjukan adanya pemikiran yang baru untuk mensinergikan kedua sektor tersebut dalam porsi pembangunan yang sama. Sepertinya pakar sepakat bahwa pola pembangunan yang ego sektoral sudah tidak tepat lagi dijalankan untuk saat ini dan di masa mendatang. Pengalaman di masa lalu telah membuktikan bahwa pengembangan wilayah pesisir yang bersifat sektoral sering kali menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antar kegiatan ekonomi. Di Indramayu, terjadi konflik antar kegiatan yaitu penambangan minyak dan gas bumi di lepas pantai yang selalu dianggap nelayan mengganggu aktifitas perikanan tangkap. Masyarakat nelayan merasa terusik dengan keberadaan penambangan tersebut, oleh karena zona tangkapan ikannya menjadi menyempit, sehingga mengurangi perolehan pendapatan. Di pihak lain, manajemen penambangan minyak dan gas bumi di wilayah tersebut tampaknya kurang memperhatikan keberadaan nelayan yang hidupnya sangat tergantung dengan tangkapan ikan. Meskipun penambangan minyak dan gas bumi menghasilkan petro dolar dalam jumlah yang besar, namun efek multiplier yang dirasakan masyarakat nelayan sangat kecil, bahkan dapat dikatakan tidak ada. Akibatnya kesenjangan pendapatan dan penguasaan aktifitas ekonomi antara nelayan dengan penambangan minyak dan gas bumi terlihat sangat mencolok. Dilandasi oleh kenyataan ini akhirnya setiap pakar beranggapan bahwa prioritas minyak dan gas bumi serta perikanan semestinya ditempatkan dalam posisi yang sama, harus ada kontribusi pembangunan dari sektor minyak dan gas bumi terhadap sektor perikanan. Meskipun hal tersebut tidak muncul dalam proses produksinya, namun sudah seyogyanya sektor tersebut membantu kenaikan produksi perikanan yang dapat dilakukan melalui pengembangan kelembagaan kemasyarakatan seperti membuat community based development CBD dalam rangka meningkatkan program ekonomi kerakyatan seperti pemberdayaan ekonomi mayarakat pesisir PEMP dan kredit untuk rakyat KUR di sektor perikanan. Program PEMP dengan dana yang berasal dari APBN dan dana kompensasi BBM, telah dilaksanakan di 265 kabupatenkota, dan telah menghasilkan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir-Mikro Mitra Mina LEPP-M3 sebanyak 323 buah Saad dalam Direktorat Jenderal Kelautan, 2005. KUR adalah Kredit Modal Kerja KMK dan atau Kredit Investasi KI dengan plafon kredit Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi UMKM-K Retnadi, 2008. Realisasi KUR hingga 31 Maret 2008 menunjukkan realisasi KUR dari 6 bank pelaksana telah mencapai Rp. 3,2 Trilyun dengan jumlah debitur 188000 pengusaha mikro dan kecil. Untuk itu, manajemen penambangan minyak dan gas bumi hendaknya bekerjasama dengan perguruan tinggi lokal dalam meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir dengan cara perguruan tinggi melakukan pendampingan, dan manajemen penambangan minyak dan gas bumi mendanai upaya pendampingan tersebut. Sebagai suatu kegiatan sosial dari PT Pertamina Unit IV Balongan kepada masyarakat pesisir Indramayu, program corporate sosial responsibility CSR ini diharapkan dapat mempercepat pemahaman masyarakat pesisir terhadap berbagai program pemerintah seperti PEMP dan KUR yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. 113 Gambar 30. Hirarki identifikasi potensi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Indramayu Keterangan : Lihat Tabel 19. IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITIES THREATS S1 0,017 Minyak dan Gas Bumi 0,246 Pertanian 0,191 Perkebunan 0,186 Perikanan 0,244 Pariwisata 0,132 Level 1. Fokus Komponen SWOT Level 2. Faktor SWOT Level 3. Potensi Pengembangan Wil. Pesisir S2 0,033 S3 0,029 S4 0,047 W1 0,035 W2 0,023 W3 0,074 W4 0,025 O1 0,091 O2 0,056 O3 0,039 T1 0,036 T3 0,029 T4 0,028 S5 0,077 T2 0,038 S6 0,048 W5 0,030 W6 0,034 O4 0,063 W7 0,029 T5 0,031 T6 0,087 113 6.3.1.6. Kesimpulan Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir di Indramayu Hasil analisis ASWOT menunjukkan bahwa faktor strength, weakness, opportunities, dan threats SWOT menghasilkan dua sektor utama yang menjadi potensi utama wilayah pesisir Indramayu yaitu sektor minyak dan gas bumi dengan skor sebesar 0,246 24,6 dan sektor perikanan dengan nilai skor 0,244 24,4. Semua kekuatan dan peluang sektor perikanan yang besar tersebut akan lambat perkembangannya tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu dari awal semua pakar telah sepakat bahwa kontribusi perusahan penambangan minyakgas bumi dalam meningkatkan kapasiktas masyarakat pesisir sangat dibutuhkan dalam hal ini Pertamina Unit IV Balongan. Program Corporate Sosial Responsibility CSR diharapkan dapat mempercepat pemahaman masyarakat pesisir terhadap berbagai program pemerintah seperti PEMP dan KUR yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Program CSR ini dapat diatur oleh pemerintah daerah Indramayu melalui peraturan daerah yang mewajibkan perusahaan penambangan minyak dan gas bumi untuk membina dan mendampingi kegiatan masyarakat nelayan. Manajemen penambangan minyak dan gas bumi hendaknya bekerjasama dengan perguruan tinggi lokal dengan cara perguruan tinggi melakukan pendampingan, dan manajemen penambangan minyak dan gas bumi mendanai upaya pendampingan tersebut. Disini kolaborasik perusahaan penambangan dengan pemerintah daerah selain memberikan motivasi bagi masyarakat nelayan disekitarnya untuk menumbuhkembangkan usaha mereka dalam melakukan penetrasi pasar. Mengingat sektor perikanan Kabupaten Indramayu merupakan yang terbesar di Provinsi Jawa Barat 49,41 dan kedekatannya dengan pusat pasar domestik sebagai kekuatan utama S1= 0,077, maka sekalipun perikanan di laut Jawa sudah over fishing, tetapi karena wilayah pesisir menjadi basis kegiatan perikanan yang dapat dijadikan indikator yang baik bagi pengelolaan pesisir Dahuri, 2004, maka perikanan sebagai suatu sistem yang kompleks dan dinamis dalam tataran empiris dapat melakukan sharing dengan sumberdaya lain dalam konteks karakteristik dan spasial. Berdasarkan hasil diskursus dengan pakar ditetapkan bahwa sektor perikanan di Indramayu masih potensial untuk dikembangkan di masa mendatang.

6.3.2. Kabupaten Ciamis

Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten di pesisir laut selatan Jawa Barat yang memiliki potensi pesisir yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat daerah. Adapun potensi pesisir Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 31.

6.3.2.1. Pertambangan

Daerah pesisir Jawa Barat bagian selatan adalah daerah tektonik aktif, sehingga kemungkinan adanya potensi minyak dan gas bumi adalah kecil. Daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat dapat dikatakan memiliki keragaman sumberdaya mineral yang cukup potensial. Bahan galian yang terdapat di sepanjang daerah pesisir sebagian besar telah dimanfaatkan. Potensi pertambangan kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Potensi pertambangan di Kabupaten Ciamis No Potensi tambang Lokasi Keterangan 1 Batu gamping Kec. Kalipucang, pamarican, padaherang, cimerak, banjarsari, parigi, cigugur, banjarsari, cijulang - Dalam tahap eksploitasi - Jumlah 127.410.000 ton - Cadangan sangat besar 2 Fosfat Kec. Padaherang, parigi, cijulang, dan Banjarsari - Jenis endapan guano - Tahap eksplorasi - Cadangan besar 3 Dolomitan Kec. Kalipucang, pamarican, padaherang, cimerak, banjarsari, parigi, cigugur, banjarsari, cijulang - Cadangan besar - Tahap eksplorasi - Untuk pertanian 4 Kaolin Kec cihaeurbeuti - Jumlahnya 95.600 ton - Cadangan besar - Tahap eksplorasi 5 Zeolit Kec. Kalipucang, padaherang - 9.6 juta ton - Cadangan besar - Tahap eksplorasi 6 Tras Kec. Rancah, Parigi, Cigugur - 620 ribu ton - Cadangan besar 7 Emas Kec. Cimerak - Tahap eksplorasi 8 Pasirbesi Kec. Cijulang-Cimerak - 125 ribu m³ - Sangat Potensial - Tahap eksploitasi Sumber : Puradimaja 2007 Gambar 31. Potensi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Ciamis 116

6.3.2.2. Pertanian dan Perkebunan

Komoditi tanaman pangan yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis terdiri dari tanaman seperti kacang panjang, cabe, terong, kangkung, ketimun dan bawang merah. Produksi tanaman pangan komoditi sayuran di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Produksi komoditi sayuran wilayah pesisir Kabupaten Ciamis No Kecamatan Pesisir Komoditi dalam ton K acang panjang Cabe Terong Kang - kung Ketimun Bawang dau n 1 Cimerak 13,5 3,4 0,00 17,20 54,00 8,50 2 Cijulang 26,5 46,90 11,70 15,60 0,00 3 Parigi 370,40 15,60 215,10 271,40 382,00 0,00 4 Sidamulih 216,10 7,30 29,50 12,00 31,50 0,00 5 Pangandaran 40,20 7,90 43,30 9,00 37,60 0,00 6 Kalipucang 20,60 2,70 31,90 20,30 47,30 0,00 Jumlah 687,30 36,90 366,70 341,6 568 8,50 Sumber : Kabupaten Ciamis dalam Angka, Tahun 2005

6.3.2.3. Perikanan

Produksi perikanan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis diperoleh dari laut, tambak, kolam, sawah, kerambajaring apung, dan perairan umum. Total produksi ikan terbesar adalah produksi ikan laut sebesar 1.205,68 ton Darsono, 2008. Beberapa kecamatan pesisir memiliki potensi distribusi ikan ke luar daerah, diantaranya adalah Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi, dan Kecamatan Pangandaran. Komoditi yang didistribusi keluar daerah adalah sama, yaitu perikanan laut dan perikanan tambak.

6.3.2.4. Pariwisata

Hampir semua objek wisata dikelompokkan dalam KWU yang memiliki daya tarik berjenis wisata alam pantai dan laut. Pada umumnya ODTW di Kabupaten Ciamis bertipe mass tourism, seperti terlihat di objek wisata Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Karang Nini dan lainnya lihat Tabel 25. Selain itu, KWU Pantai Pangandaran ini juga memiliki daya tarik lainnya seperti keindahan alam “green canyon” atau juga dikenal dengan nama cukang taneuh, serta terdapat area konservasi penangkaran satwa langka penyu hijau. Tabel 25. Potensi pariwisata di Kabupaten Ciamis Jenis Pariwisata Obyek Daya Tarik Wisata • KWU Pantai Barat • KWU Pantai Timur • KWU Pantai Parigi • Pantai Batu Karas • Pantai Batu Hiu • Pantai Indah Pangandaran, • Cagar Alam Pananjung, • “Green canyon” atau cukang taneuh, • Area konservasi penangkaran satwa langka penyu hijau. Sumber : Dinas Pariwisata dalam Puradimaja 2007

6.3.2.5. Aplikasi Metode ASWOT dalam Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir Ciamis

Hasil analisis SWOT mengenai potensi pengembangan wilayah pesisir di Ciamis menunjukkan bahwa Kabupaten Ciamis mempunyai potensi sumberdaya ikan di wilayah ZEEI yang sangat besar S1 yang menjadi kekuatan strength dan mendapat skor sebesar 0,064 6,4, sedangkan faktor potensi peluang opportunities yaitu potensi sumber daya wilayah pesisir yang belum dimanfaatkan secara optimal O1 mempunyai skor sebesar 0,098 9,8. Namun di sisi lain, lemahnya kualitas SDM W7 yang merupakan faktor kelemahan weakness, pakar telah menilainya sebesar 0,065 6,5. Untuk faktor ancaman threats yaitu bertambah banyaknya negara yang menerapkan persyaratan kualitas produk T1 mendapat skor 0,072 7,2. Seluruh potensi ekonomi di atas selanjutnya dianalisis dengan menggunakan ASWOT yang bertujuan untuk mendapatkan skala prioritas pembangunan sektoral dan faktor-faktor utama dari masing-masing komponen SWOT yang dianggap pakar patut diperhatikan dalam rangka membangun wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Ciamis. Analisis ASWOT untuk Kabupaten Ciamis dalam aplikasi MKP2B2MB dimulai dengan menginputkan penilaian pakar menggunakan perbandingan berpasangan pairwise comparison yang dapat dilihat seperti pada Gambar 32. Gambar 32. Contoh input penilaian pakar dengan pairwise comparison metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Ciamis Hasil analisisnya direkam dalam laporan input pakar termasuk Consistency Index CI dan Consistency Ratio CR. Secara keseluruhan CR=0,1 yang menunjukkan penilaian pakar konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Contoh laporan penilaian pakar dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 33. Laporan input pakar metode ASWOT dalam program MKP2B2MB untuk Kabupaten Ciamis Selanjutnya hasil analisis SWOT tersebut dimasukkan ke dalam struktur ASWOT dan hasil pengolahan datanya disajikan dalam Gambar 34 yang memperlihatkan bahwa setiap pakar tampaknya sepakat sektor pariwisata dan perikanan menjadi prioritas paling utama dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Ciamis. Hasil pembobotan kepentingan dari berbagai alternatif pembangunan menunjukkan skala prioritas dari sektor pariwisata dan perikanan adalah yang paling tinggi dari semua potensi pengembangan wilayah pesisir, masing-masing dengan skor 0,244 24,4 dan 0,249 24,9. Sedangkan sektor pertanian menempati prioritas yang ketiga dengan skor sebesar 0,223 22,3, menyusul kemudian pada prioritas yang keempat yakni sektor perkebunan dengan skor sebesar 0,159 15,9, dan yang terakhir untuk prioritas yang kelima adalah sektor pertambangan yang mempunyai skor sebesar 0,125 12,5.

6.3.2.6. Kesimpulan Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir di Ciamis

Hasil analisis ASWOT mengenai pembobotan kepentingan dari berbagai alternatif pembangunan menunjukkan skala prioritas dari sektor pariwisata dan perikanan adalah yang paling tinggi dari semua potensi pengembangan wilayah pesisir, dengan masing-masing skor 0,249 24,9 dan 0,244 24,4. Sektor pariwisata dan perikanan selama ini selalu dianggap masyarakat sebagai milik bersama dan di kelola secara bersama common property resources . Pengembangan sektor pariwisata bahari dapat menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan untuk mengakui adanya hak kepemilikan. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas sektor pariwisata dan sektor perikanan melalui sharing kepentingan para pemangku wilayah pesisir dalam bentuk peningkatan partisipasi stakeholder. Karena bagaimanapun juga, seluruh manfaat pesisir memiliki keterkaitan ke dalam maupun ke luar antar sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya sebagaimana konsep bioregion yang bisa mencapai ribuan hingga ratus ribuan hektar, tetapi bisa juga tidak lebih dari luas suatu daerah tangkapan air atau bisa seluas satu provinsi Sektor pariwisata mempunyai efek multiplier terhadap pendapatan masyarakat. Sektor pariwisata bahari dapat menghasilkan derived demand. untuk pengembangan usaha-usaha ekonomi lainnya di luar sektor perikanan, seperti industri berbasis pesisir, hotel, dan restoran. Namun demikian, sektor perikanan merupakan suatu indikator utama dalam pendekatan kebijakan wilayah pesisir secara terpadu integrated coastal resources management atau integrated coastal zone management. Dilandasi oleh pemikiran-pemikiran seperti di atas pada akhirnya semua pakar sepakat bahwa pembangunan sektor pariwisata dan perikanan harus diprioritaskan bersama dalam pembangunan wilayah pesisir di Kabupaten Ciamis. Dalam konteks ini, sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi komplemen pembangunan sektor perikanan, bukannya kompetitor. Dengan kata lain sektor perikanan tetap dijadikan sebagai salah satu leading sector pembangunan wilayah pesisir. Gambar 34. Hirarki identifikasi potensi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Ciamis Keterangan : Lihat Tabel 19 IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR STRENGHTS WEAKNESS OPPORTUNITIES THREATS S1 0,064 Pertambangan 0,125 Pertanian 0,223 Perkebunan 0,159 Perikanan 0,244 Pariwisata 0,249 Level 1. Fokus Komponen SWOT Level 3. Potensi Pengembangan Wil. Pesisir S2 0,057 S3 0,032 S4 0,021 W1 0,031 W2 0,025 O1 0,098 O2 0,073 O3 0,032 O4 0,047 T1 0,072 T2 0,035 T3 0,026 T4 0,016 W4 0,016 W5 0,055 W6 0,008 W7 0,065 W3 0,051 T5 0,067 T6 0,036 Level 2. Faktor SWOT S5 0,039 S6 0,037 122

6.4. Kesimpulan Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir

• Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu memiliki kekuatan pendorong strength utama dalam pengembangan pesisir yaitu tempat pemasaran hasil-hasil perikanan domestik dan ekspor S5. Ini terlihat dari nilai skoring pendapat pakar yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,077 7,7 dibandingkan dengan faktor kekuatan lainnya. Untuk pengembangan ke depan, peluang opportunities yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah pesisir O1 dimana para pakar memberikan nilai skoring sebesar 0,091 9,1. Kelemahan yang perlu mendapat perhatian serius adalah terjadinya kondisi alam dengan gelombang pasang W3 dengan nilai skor 0,074 7,4 dan ancaman yang perlu perhatian serius adalah berubahnya orientasi generasi muda yang lebih memilih pekerjaan lain daripada menjadi nelayan T6 dengan nilai skoring 0,087 8,7. • Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa Kabupaten Ciamis mempunyai potensi sumberdaya ikan di wilayah ZEEI yang sangat besar S1 yang menjadi kekuatan Strength dan mendapat skor sebesar 0,064 6,4, sedangkan faktor potensi peluang Opportunities yaitu potensi sumber daya wilayah pesisir yang belum dimanfaatkan secara optimal O1 mempunyai skor sebesar 0,098 9,8. Namun di sisi lain, lemahnya kualitas SDM W7 yang merupakan faktor kelemahan Weakness, pakar telah menilainya sebesar 0,065 6,5. Untuk faktor ancaman Threats yaitu bertambah banyaknya negara yang menerapkan persyaratan kualitas produk T1 mendapat skor 0,072 7,2. • Berdasarkan analisis ASWOT diperoleh keputusan bahwa prioritas pembangunan wilayah pesisir untuk Kabupaten Indramayu adalah sektor minyak dan gas bumi dengan skor sebesar 0,246 24,6 dan sektor perikanan dengan nilai skor 0,244 24,4. . Sementara di Kabupaten Ciamis adalah sektor pariwisata dengan skor 0,249 24,9 dan sektor perikanan dengan skor 0,244 24,4. • Pembangunan potensi wilayah pesisir di Kabupaten Indramayu dan Ciamis sudah tidak dapat lagi menerapkan pengembangan ego sektoral. Karena pola pembangunan semacam ini akan menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar. Oleh karena itu menurut penilaian pakar, pembangunan wilayah pesisir di kedua wilayah tersebut harus menerapkan lintas sektor dengan tetap mempertahankan sektor perikanan sebagai salah satu leading sector. • Semua kekuatan dan peluang sektor perikanan yang besar tersebut di Indramayu akan lambat perkembangannya tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu dari awal semua pakar telah sepakat bahwa kontribusi perusahan penambangan minyakgas bumi sangat dibutuhkan dalam hal ini Pertamina Unit IV Balongan. Demikian juga didalam mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut peran perusahaan penambangan tersebut sangat diperlukan. Hal ini dapat saja diatur oleh pemerintah daerah Indramayu melalui peraturan daerah yang mewajibkan perusahaan penambangan minyak dan gas bumi untuk membina dan mendampingi kegiatan masyarakat nelayan. Disini perusahaan penambangan selain memberikan motivasi bagi masyarakat nelayan disekitarnya untuk menumbuhkembangkan usaha mereka, juga memberi bantuan pemberian modal, peralatan, serta pendampingan dalam melakukan penetrasi pasar. Selain itu, menurut pakar, sektor perikanan di Indramayu masih potensial untuk dikembangkan di masa mendatang. • Semua pakar sepakat bahwa pembangunan sektor pariwisata dan perikanan harus diprioritaskan bersama dalam pembangunan wilayah pesisir di Kabupaten Ciamis. Dalam konteks ini, sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi komplemen pengembangan sektor perikanan, bukannya kompetitor. Hal ini disebabkan sektor pariwisata mempunyai efek multiplier terhadap pendapatan masyarakat dan dapat menghasilkan derived demand untuk pengembangan usaha-usaha ekonomi lainnya di luar sektor perikanan, seperti industri berbasis pesisir, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, sektor perikanan tetap dijadikan sebagai salah satu leading sector pembangunan wilayah pesisir. • Kebijakan pemanfaatan sumberdaya alam migas sebagai national competence dapat meningkatkan kegiatan perikanan sebagai local competence dengan mengarahkan nelayan kepada akses pasar dan permodalan, kegiatan pariwisata dapat meningkatkan permintaan terhadap hasil perikanan derive demand, jadi saling melengkapi bukan kompetitor complementary.