Rumusan Arahan Kebijakan Aspek psikososial, Aktivitas Fisik, konsumsi Makanan, Status Gizi dan Pengaruh Susu Plus Probiotik Enterococcus faecium IS-27526 (MEDP) Terhadap Respons Imun IgA Lansia
• Untuk Kabupaten Ciamis, meningkatkan partisipasi stakeholder untuk
menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembiasan aspirasi pada
pihak lain dapat dieliminasi dalam upaya mencapai Co-management. Oleh karena kebijakan pengembangan sumber daya alam itu dirumuskan
dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan baik besaran maupun arahnya yang melingkupi kehidupan masyarakat umum, maka
ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi Sanim, 2006, yaitu : •
Mencegah keterbatasan prasarana dan sarana kegagalan pasar; •
Memberikan ruang gerak yang memadai bagi pelaku usaha lokal keterbatasan kerangka kompetitif;
• Menentukan hargatarif yang terjangkau oleh masyarakat tujuan
distribusional. Dalam merumuskan kebijakan pengembangan wilayah pesisir
berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana, upaya untuk mencegah keterbatasan prasarana dan sarana, yang ada yaitu dengan cara membangun
perlindungan pesisir terpadu yang sekaligus dapat menjadi pangkalan pendaratan ikan dan ditempat terpisah dapat menjadi tambatan perahu wisata
bahari. Upaya ini selain memberikan peluang meningkatnya ekonomi masyarakat lokal local competences juga memberikan perlindungan terhadap bencana
pesisir coastal disaster protection dalam rangka optimasi perlindungan sistem penyangga kehidupan.
Kemudian upaya memberikan ruang gerak yang memadai bagi pelaku usaha lokal, dapat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi stakeholder
melalui regulasi dari pemerintah kabupaten yang membuka peluang pasar dan permodalan; advokasi dari perguruan tinggi lokal; dan kolaborasi baik sesama
pengusaha lokal complementary among local competences maupun lintas strata national and local competences.
Selanjutnya upaya untuk menentukan hargatarif yang terjangkau oleh masyarakat, dapat dipenuhi dengan menerapkan co-management guna
mencegah dominasi oleh satu pihak kepada pihak lain, sehingga akan memudahkan kesepakatan antara pelaku dan pengguna untuk menentukan
hargatarif yang menguntungkan bagi seluruh pihak dalam rangka optimasi produktivitas wilayah pesisir.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan ketiga persyaratan tersebut di atas maka dapat dirumuskan arahan kebijakan
pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana adalah :
Mengembangkan prasarana dan sarana wilayah pesisir berperspektif mitigasi bencana serta meningkatkan partisipasi
stakeholder untuk mencapai co-management dalam rangka optimasi produktivitas wilayah pesisir dan optimasi perlindungan
sistem penyangga kehidupan
Tabel 33. Rangkuman hasil penelitian model pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
WILAYAH PESISIR KBMS
STUDI POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PSISIR
ASWOT STUDI POTENSI BENCANA ALAM
DI WILAYAH PESISIR ISM
STUDI EFEKTIFITAS KEBERHASILAN DAN BENTUK
MITIGASI BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR
ISM dan MPE ALTERNATIF KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN
BERSPEKTIF MITIGASI BENCANA
AHP
1. Hasil analisis KBMS , 3 Kelompok Parameter dan 24 Rule Base :
• Optimalisasi pelaksanaan tata ruang
pesisir, ketersediaan sarana dan prasarana dan pembangunan industri berbasis
wilayah pesisir dan proporsi dana pembangunan wilayah pesisir dalam APBD
untuk Kab. Indramayu dinilai ‘sedang’ dan untuk Kab. Ciamis dinilai ‘sedang’; yang
berarti kebijakannya akan menerapkan pembangunan berkelanjutan.
• Peran Pemerintah yang meliputi Rejim
penguasaan pemerintah untuk memproteksi kawasan pesisir Marine
Protected Area dan program pemberday aan masyarakat melalui CSR
untuk Kab. Indramayu dinilai ‘sedang’ dan untuk Kab. Ciamis ‘sedang’; yang juga
berarti akan menerapkan pembangunan berkelanjutan.
• Pengembangan sektor pariwisata,
perikanan, pertanian, perkebunan dan migas yang berperspektif mit igasi bencana
untuk Kab. Indramayu dinilai ‘rendah’ yang berarti belum menerapkan pendekatan
pembangunan berkelanjutan dan untuk Kab. Ciamis ‘tinggi’ yang berarti sudah
menerapkan pembangunan berkelanjutan.
2.Kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Jawa Barat khususnya Kab. Indramayu dan
Kab. Ciamis masih perlu diarahkan menuju pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
integrated coastal zone management dan menerapkan pembangunan berkelanjutan
sustainable development 1. Hasil analisis SWOT di Kab. Indramayu :
S : tempat pemasaran hasil-hasil perikanan domestik dan ekspor
W : terjadinya kondisi alam dengan gelombang pasang
O : mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah pesisir
T : berubahnya orientasi generasi muda yang lebih memilih pekerjaan lain daripada menjadi
nelayan 2. Hasil analisis SWOT di Kab.Ciamis :
S : potensi sumberdaya ikan di wilayah ZEEI yang sangat besar
W: lemahnya kualitas SDM O : potensi sumber daya wilayah pesisir yang
belum dimanfaatkan secara optimal T : bertambah banyaknya negara yang
menerapkan persyaratan kualitas produk ISO 9000, ISO 14000, HACCP
3. Hasil Analisis ASWOT di Kab.Indramayu : Potensi tertinggi : s ektor minyak dan gas bumi
dengan skor sebesar 0.246 24.6 dan sektor perikanan dengan nilai skor 0.244 24.4.
4. Hasil Analisis ASWOT di Kab.Ciamis : Potensi tertinggi : s ektor pariwisata dengan skor
0.251 25.1 dan sektor perikanan dengan skor 0.248 24.8.
5. Kebijakan pemanfaatan sda migas sebagai national competence
dapat meningkatkan kegiatan perikanan sebagai local competence
dengan mengarahkan nelayan kepada akses pasar dan permodalan, kegiatan pariwisata dapat
meningkatkan permintaan terhadap hasil perikanan derive demand, jadi saling
melengkapi bukan kompetitor complementary 1. Hasil Analisis ISM di Kab.Indramayu :
Bencana alam gelombang badai pasang menempati peringkat tertinggi
sebagai elemen kunci. Selanjutnya dikuti oleh abrasi dan banjir pada level
4, kemudian intrusi air laut, gerakan tanah jenis amblesan, dan puting
beliung pada level 3. Erosi dan akresi berada pada level 2, dan terakhir yaitu
gempabumi dan tsunami pada level 1.
2. Hasil Analisis ISM di Kab.Ciamis : Bencana alam gempabumi dan
tsunami menempati peringkat tertinggi dan menjadi elemen kunci, yang
kemudian diikuti oleh abrasi dan bencana alam gelombang
badai pasang pada level 3. Kemudian angin
kencangputing beliung, dan gerakan tanah jenis longsorankeruntuhan
menempati level 2, serta banjir, erosi, intrusi air laut, dan akresi pada level 1.
3. Kebijakan pengembangan yang akan diterapkan untuk kedua wilayah pesisir
tersebut harus mempertimbangkan laju kemerosotan kualitas lingkungan yang
telah terjadi sejak tahun 1970an di pantai utara Jawa. Dengan demikian
kebijakan pengembangan tidak lag i hanya berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, tetapi juga aspek ekologi dan sosial sehingga kebijakan
pengembangan menjadi berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana.
1. Hasil analisis ISM di Kab.Indramayu menetapkan 2 elemen kunci :
Gabungan Pemecah Ombak, Peredam Abrasi, Penahan
Sedimentasi Sejajar Pantai dan Gabungan Remangrovesasi,
Artificial Reef, Beach Nourishment
2. Hasil analisis ISM di Kab.Ciamis menetapkan 2 elemen kunci yaitu
sistem peringatan dini dan gabungan pemecah ombak Peredam Abrasi,
Penahan Sedimentasi. 3. Hasil analisis MPE di Kab.Indramayu
menetapkan Gabungan Pemecah Ombak, Peredam Abrasi dan
Penahan Sedimentasi Sejajar Pantai sebagai mitigasi yang paling efektif.
4. Hasil analisis MPE di Kab.Ciamis menetapkan sistem peringatan dini
sebagai mitigasi yang paling efektif. 5. Kebijakan pengembangan wilayah
pesisir hendaknya memperhitungkan anggaran yang proporsional untuk
mewujudkan pembangunan sistem perlindungan pesisir terpadu. Upaya
yang dilakukan menjadi lebih bersifat pro aktif, yang menekankan kepada
upaya pencegahan dan kesiapsiagaan. Hal ini sesuai
kesepakatan global untuk secepatnya merubah paradigma
lama yang responsif, reaktif, dan kedaruratan
menjadi preventif,
proaktif, dan kesiapsiagaan.
1. Hasil analisis AHP di Kab. Indramayu :
Guna mewujudkan tujuan optimasi produktifitas wilayah pesisir
diperlukan alternatif kebijakan pengembangan prasarana dan
sarana wilayah pesisir berperspektif mitigasi bencana.
2. Hasil analisis AHP di Kab. Ciamis: Guna mewujudkan tujuan optimasi
sistem penyangga kehidupan diperlukan alternatif kebijakan
peningkatan peran stakeholder
dalam pengelolaan wilayah pesisir. Dengan demikian dapat dihindari
peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembias an aspirasi pada
satu pihak dapat dieliminasi dalam upaya mencapai Co- management.
192
Tabel 34. Kesimpulan komprehensif hasil penelitian model pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana
No. MODEL
KESIMPULAN
1. E valuasi Implementasi
Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir
dengan alat analisis Knowledge Base
Manajemen System KBMS
Kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Jawa Barat, khususnya Kab.Indramayu dan Kab.Ciamis masih perlu
diarahkan menuju pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu integrated coastal zone management dan
menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan sustainable development
2. Studi Potensi
Pengembangan Wilayah Psisir
Kombinasi AHP dan SWOT ASWOT
1. Potensi sumberdaya alam di pesisir Indramayu adalah minyak dan gas bumi serta perikanan, di pesisir
Ciamis adalah pariwisata dan perikanan 2.Kebijakan pemanfaatan sda migas sebagai national
competence dapat meningkatkan kegiatan perikanan sebagai local competence dengan mengarahkan
nelayan kepada akses pasar dan permodalan, kegiatan pariwisata dapat meningkatkan permintaan
terhadap hasil perikanan derive demand, jadi saling melengkapi bukan kompetitor complementary.
3. Studi Potensi Bencana
Alam Di Wilayah Pesisir Interpretive Structural
Modeling ISM
1. Laju kemerosotan kualitas lingkungan pantai utara Jawa sejak tahun 1970an terus meningkat akibat
gelombang pasang, banjir, dan abrasi. Pantai selatan terlalu terbuka, tidak ada pengaman sangat berisiko
ketika terjadi tsunami.
2. Kebijakan pengembangan yang akan diterapkan untuk kedua wilayah pesisir tersebut sudah harus
mempertimbangkan laju kemerosotan kualitas lingkungan yang telah terjadi sejak tahun 1970an di
pantai utara Jawa, sehingga tidak boleh berorientasi hanya pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga aspek
ekologi dan sosial. Dengan demikian kebijakan pengembangan menjadi berkelanjutan dan
berperspektif mitigasi bencana.
4. Studi Efektifitas
Keberhasilan Dan Bentuk Mitigasi Bencana Alam Di
Wilayah Pesisir ISM dan MPE
1. Upaya yang dilakukan akan lebih bersifat pro aktif, yang menekankan kepada upaya pencegahan dan
kesiapsiagaan. Hal ini sesuai kesepakatan global untuk secepatnya merubah paradigma lama yang
responsif, reaktif, dan kedaruratan
2. Berdasarkan hasil analisis efektivitas keberhasilan dan bentuk mitigasi bencana alam di wilayah pesisir, dapat
dinyatakan bahwa tidak ada bentuk mitigasi bencana yang dapat efektif berdiri sendiri. Hal ini disebabkan
setiap bentuk mitigasi mempunyai kelemahan yang dapat dilengkapi dan diperkuat oleh bentuk-bentuk
mitigasi lainnya complementary.
3. Kebijakan pengembangan wilayah pesisir sudah memperhitungkan anggaran yang proporsional untuk
mewujudkan pembangunan sistem perlindungan pesisir terpadu. Upaya yang dilakukan akan lebih
bersifat pro aktif, yang menekankan kepada upaya pencegahan dan kesiapsiagaan. Hal ini sesuai
kesepakatan global untuk secepatnya merubah paradigma lama yang responsif, reaktif, dan
kedaruratan.
5 Model Kebijakan
Pengembangan Wilayah Pesisir Berkelanjutan
Berspektif Mitigasi Bencana AHP
1. Kebijakan yang akan diterapkan di Kab.Indramayu: mengembangkan prasarana dan sarana wilayah
pesisir berspektif mitigasi bencana. 2. Kebijakan yang akan diterapkan di Kab.Ciamis:
meningkatkan partisipasi stakeholder
untuk menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu
pihak dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembiasan aspirasi pada satu pihak dapat
dieliminasi dalam upaya mencapai co-management.
1
BAGIAN PENELITIAN HASIL ANALISIS
KEBIJAKAN PARSIAL ALTERNATIF KEBIJAKAN
ARAHAN KEBIJAKAN
Gambar 74. Diagram rumusan arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana
Kebijakan pengembangan wilayah pesisir di kab. indramayu dan Kab.
ciamis masih perlu diarahkan menuju pengelolaan wilayah pesisir secara
terpadu dan menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan
Kebijakan pemanfaatan sda migas dapat meningkatkan kegiatan perikanan
dengan mengarahkan nelayan kepada akses pasar dan permodalan, kegiatan
pariwisata dapat derive demand , jadi saling melengkapi bukan kompetitor
complementary Kebijakan pengembangan harus
mempertimbangkan laju kemerosotan kualitas lingkungan. kebijakan
pengembangan tidak lagi hany a berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, tetapi juga aspek ekologi dan sosial mitigasi bencana
Kebijakan pengembangan wilayah pesisir sudah memperhitungkan
anggaran yang proporsional untuk mewujudkan pembangunan sistem
perlindungan pesisir terpadu. Upaya yang dilakukan akan lebih bersifat pro
aktif, yang menekankan kepada upaya pencegahan dan kesiapsiagaan.
ALTERNATIF KEBIJAKAN UNTUK KAB.INDRAMAYU:
Mengembangkan prasarana dan sarana wilayah pesisir berspektif
mitigasi bencana
ALTERNATIF KEBIJAKAN UNTUK KAB.CIAMIS :
Meningkatkan partisipasi stakeholder untuk menghindari
peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembiasan
aspirasi pada pihak lain dapat dieliminasi
dalam upaya mencapai Co- management.
AHP ARAHAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN
BERPERSPEKTIF MITIGASI BENCANA :
Mengembangkan prasarana dan sarana wilayah pesisir berspektif
mitigasi bencana serta meningkatkan partisipasi
stakeholder untuk mencapai Co- management dalam rangka
optimasi produktivitas wilayah pesisir dan optimasi
perlindungan sistem penyangga kehidupan
STUDI EFEKTIFITAS DAN BENTUK
MITIGASI BENCANA ALAM DI WILAYAH
PESISIR ISM DAN MPE
STUDI POTENSI BENCANA ALAM DI
WILAYAH PESISIR ISM
STUDI POTENSI PENGEMBANGAN
WILAYAH PESISIR Kombinasi AHP dan
SWOT ASWOT EVALUASI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR
KBMS PEMBANGUNAN
WILAYAH PESISIR YANG DIJALANKAN
SELAMA INI LEBIH MENEKANKAN
ASPEK EKONOMI DARIPADA SOSIAL,
EKOLOGI, DAN MITIGASI
DI KAB . INDRAMAYU : GELOMBANG PASANG
DI KAB. CIAMIS ADALAH GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
DI KAB. INDRAMAYU GABUNGAN PEMECA H OMBAK,
PEREDAM ABRASI, DAN PENAHAN SEDIMENTASI SEJAJAR PANTAI
DI KAB.CIAMIS SISTEM PERINGATAN DINI
KAB. INDRAMAYU PRIORITAS PEMBANGUNAN SEKTOR
MIGAS DAN PERIKANAN KAB. CIAMIS
PRIORITAS PEMBANGUNAN SEKTOR PARIWISATA DAN PERIKANAN
KELEMPOK PARAMETER SATU KAB. INDRAMAYU ‘SEDANG’
KAB, CIAMIS ‘ SEDANG’
KELEMPOK PARAMETER TIGA KAB. INDRAMAYU ‘RENDAH’
KAB, CIAMIS ‘ TINGGI’ KELEMPOK PARAMETER DUA
KAB. INDRAMAYU ‘SEDANG’ KAB, CIAMIS ‘ SEDANG’
194