Metode Analisis Bentuk dan Efektivitas Mitigasi Bencana Alam

Keterangan : Rk ij : derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal 1,2,3,4,5 TKK j : derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobot n : jumlah pilihan keputusan m : jumlah kriteria keputusan Pemberian jenjang pada tahap akhir adalah berdasarkan urutan nilai alternatif terbesar hingga alternatif terkecil. Nilai alternatif yang terbesar akan dijadikan studi kasus pada penelitian ini. T abel 27. Matriks keputusan dengan metode MPE 1 Alternatif Kriteria Nilai Keputusan Alternatif Urutan Prioritas 1 2 3 . . . m 1 2 n Tingkat Kepentingan Kriteria Sumber : Marimin, 2005 Penggabungan metode ISM dan MPE secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 61. Data penentuan bentuk mitigasi bencana merupakan basis data yang dirancang untuk melayani kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan penentuan bentuk mitigasi bencana. Masukan pada basis data penentuan mitigasi bencana terdiri atas beberapa bagian yaitu data skala penilaian, pakarpengambil keputusan, alternatif-alternatif potensi pengembangan wilayah, kriteria penilaian, dan hasil penilaian pakar terhadap alternatif berdasarkan kriteria seleksi yang ditetapkan. Kriteria yang digunakan dalam seleksi alternatif adalah kesesuaian dengan sumberdaya manusia lokal, kesesuaian dengan dana yang tersedia, dan aksesibilitas. Sementara data alternatif akan diperoleh dari output sub model prediksi mitigasi bencana dan sub model keberhasilan mitigasi bencana. Gambar 61. Garis besar penggabungan alat analisis ISM dan MPE Sumber : diolah dari Marimin 2005

8.3. Studi Bentuk dan Efektivitas Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir

8.3.1. Studi Bentuk Mitigasi Bencana Alam

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sangat rawan bencana. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan bencana alam yang secara konseptual memadai. Konsep pengelolaan bencana secara modern mulai berkembang dan populer pada dekade 90-an yang dikenal dengan disaster risk management. Pada dasarnya, konsep ini mengedepankan risiko risk yang dikelola managed untuk menekan dan memperkecil kerugian secara fisik, sosial dan ekonomi Bastian, 2006. Begitu pentingnya upaya pengelolaan bencana Penentuan elemen pembentuk ISM Penilaian ISM berdasarkan nilai VAXO Proses Pembentukan SSIM dan RM rata-rata Proses Revisi SSIM dan RM rata-rata Hasil ISM Efektif : - SSIM dan RM final - Lokasi kuadran masing- masing elemen - elemen kunci Penentuan alternatif dan kriteria penilaian dalam MPE Pembobotan kriteria Penilaian alternatif berdasarkan pada kriteria Hasil MPE adalah alternatif yang paling sesuai di terapkan berdasarkan kriteria yang ditetapkan Penyesuaian antara hasil ISM penanganan yang paling efektif dengan hasil MPE penanganan yang paling sesuai dalam mereduksi dampak yang ditimbulkan oleh suatu bencana, hingga UN- ISDR united nations-international strategy for disaster reduction pada tanggal 13 Oktober 2004 mengkampanyekan reduksi bencana dunia yang memberi pesan kepada kita ‘belajar dari bencana hari ini untuk menghadapi ancaman esok learning from today’s disaster for tomorrow’s hazards. Pesan yang disampaikan mengandung makna agar kita senantiasa bercermin dari pengalaman untuk lebih dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman bencana demi kehidupan yang lebih baik di kemudian hari Rustiady, 2005. Penanggulangan bencana ini dikenal dengan mitigasi bencana. 8.3.1.1. Aplikasi Metode ISM dalam Studi Bentuk Mitigasi Bencana Alam yang dapat Diterapkan di Indramayu Hasil diskursus dengan para pakar mengidentifikasi tujuh sub elemen mitigasi bencana yang dikaji meliputi pembuatan peraturan perundangan dan norma standar prosedur manual NSPM, sosialisasi, sistem penyelamatan diri, pendampingan pendirian bangunan standar, sistem peringatan dini, gabungan remangrovisasi, terumbu karang buatan artificial reef dan revitalisasi pantai beach nourishment, serta gabungan pemecah ombak breakwater, peredam abrasi bank revetment, dan penahan sedimentasi yang bergerak sejajar pantai groyne. Empat elemen pertama dikenal sebagai mitigasi non struktur, dan tiga elemen berikutnya dikenal sebagai mitigasi struktur. Selanjutnya analisis ISM dalam aplikasi MKP2B2MB dimulai dengan input hubungan antarelemen seperti pada Gambar 62. Dalam gambar tersebut terlihat pendampingan pendirian bangunan standar lebih penting daripada sistem peringatan dini karena pakar berpendapat pendirian bangunan dapat cepat selesai, mudah, dan murah. Sistem peringatan dini selain lebih lama, sukar, dan mahal juga tidak terlalu berpengaruh untuk pemberitahuan adanya gelombang pasang di pesisir Indramayu. Demikian seterusnya untuk setiap elemen mitigasi bencana.