dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat ketersediaan fasilitas pariwisata di Kabupaten Indramayu
No Kecamatan
Jumlah hotel Jumlah penginapan
hostelmotelwisma Skor
Kategori
1 Krangkeng
- -
- rendah
2 Karangampel
1 2
144 rendah
3 Juntinyuat
- 1
44 rendah
4 Balongan
- -
- rendah
5 Indramayu
8 2
533 sedang
6 Sindang
- -
- rendah
7 Cantigi
- -
- rendah
8 Arahan
- -
- rendah
9 Losarang
1 -
56 rendah
10 Kandanghaur
- -
- rendah
11 Sukra
- 1
44 rendah
Total 10
6 75
rendah
Sumber : Podes 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
4.1.2.8. Fasilitas Jasa
Kabupaten Indramayu merupakan wilayah dengan tingkat ketersediaan fasilitas jasa paling rendah kedua setelah Kabupaten Cirebon. Jenis fasilitas
yang tersedia dapat terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Tingkat ketersediaan fasilitas jasa di Kabupaten Indramayu
No Kecamatan
Pesisir Bengkel
kendaraan bermotor
Bengkel elektronik
Usaha FC Biroagen
perjalanan Tempat
pangkas rambut
Salo n
kec antikan
Bengkel las
Penyewaa n
alat pesta
Skor Kategori
1 Krangkeng
16 10
1 -
5 4
6 10
454 rendah
2 Karangampel
21 15
9 -
13 12
14 23
748 rendah
3 Juntinyuat
29 22
9 -
14 14
19 35
1.011 rendah 4
Balongan 16
7 6
- 8
9 7
9 473
rendah 5
Indramayu 56
25 29
1 17
30 46
21 1.764 sedang
6 Sindang
23 18
15 -
9 15
23 28
916 rendah
7 Cantigi
3 4
1 -
1 1
9 4
141 rendah
8 Arahan
6 8
3 -
- 1
6 3
272 rendah
9 Losarang
23 8
4 -
7 5
11 17
587 rendah
10 Kandanghaur 23
22 5
- 28
17 32
20 878
rendah 11 Sukra
35 27
15 -
17 14
26 21
1.253 sedang Total
251 166
97 1
119 122
199 191
773 rendah
Sumber : Podes 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
4.2. Kabupaten Ciamis
Secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20’ sampai
dengan 108 40’ Bujur Timur dan 7
4’20“ Lintang Selatan. Secara administrasi
memiliki batas: •
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan; •
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya;
• Sebelah timur berbatasan dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah;
•
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 248.763 ha, wilayah selatan berbatasan langsung dengan garis pantai Samudra
Indonesia yang membentang di 6 enam kecamatan dengan panjang garis yang
mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai tersebut, Kabupaten Ciamis
memiliki wilayah laut seluas 67.310 ha. Luas kecamatan, penduduk, kepadatan penduduk, dan distribusi penduduk di tiap kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis
terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas kecamatan pesisir, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
Kabupaten Ciamis
No. Kecamatan
Pesisir Luas
wilayah Km
2
Jumlah penduduk
Kepadatan penduduk orangKm
2
1. Kalipucang
137 33.326
243 2.
Pangandaran 61
45.084 739
3. Parigi
98 40.960
418 4.
Cijulang 93
24.838 267
5. Sidamulih
78 24.668
316 6.
Ciderak 118
40.334 342
Jumlah 585
172.256 2325
Sumber: BPS 2005 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007
Luas pantai dan panjang pantai Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Luas pantai dan panjang wilayah pantai Kabupaten Ciamis
No. Kecamatan Pesisir
Luas pantai ha Panjang pantai km
1. Kalipucang
11.100 15
2. Pangandaran
13.320 18
3. Parigi
7.400 10
4. Cijulang
11.840 16
5. Sidamulih
6.290 8,5
6. Ciderak
17.390 23,5
Jumlah 5069
91
Sumber: BPS 2005 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
4.2.1. Kondisi Oseanografi, Kualitas Perairan, dan Iklim 4.2.1.1. Parameter Hidro Oseanografi
4.2.1.1.1. Batimetri
Perairan laut wilayah Jawa Barat Selatan merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Australia dan Lempeng Euroasia, hal ini menyebabkan
karakteristik perairan relatif dalam. Secara umum kondisi perairan pantai atau tanjung lebih curam dibandingkan dengan teluk, hal ini terlihat dari kemiringan di
Teluk Pangandaran, Teluk Parigi dan Teluk Pelabuhan Ratu yang mencapai 0,3 dan 0,6 , sedangkan pada pantai yang menghadap ke perairan terbuka
seperti Sindangbarang kemiringannya mencapai sekitar 14. Diperkirakan di
daerah teluk pada jarak 7–8 km kedalamannya mencapai 50 m dan pada jarak sekitar 20 mil dari garis pantai cenderung mempunyai kedalaman lebih dari 1000
meter.
4.2.1.1.2. Pola Arus Laut A. Pola Arus di Lepas Pantai
Perairan Indonesia mempunyai pola arus permukaan yang sangat di pengaruhi oleh monsoon barat daya Desember-Maret dan monsoon tenggara
Juni-September. Pengaruh kedua monsoon ini jelas terlihat di Pantai Selatan Jawa. Pada monsoon barat daya arus permukaan di Laut Selatan Jawa bergerak
dari Barat ke Timur atau ke arah Timur, pada monsoon tenggara arus bergerak dari Timur ke Barat. Pola pergerakan arus rata-rata bulanan dibangkitkan oleh
pasut dan angin, dimana yang lebih dominan adalah pengaruh pergerakan angin. Di Pantai Selatan Jawa Barat terjadi empat musim yang berbeda, yakni :
• Musim Barat Desember – Maret dimana angin bertiup dari Barat ke Timur.
Pergerakan arus di lepas pantai adalah mengarah ke barat yang disebabkan oleh Arus Ekuatorial Selatan sedangkan di dekat pantai atau sekitar 50 km
dari garis pantai terdapat arus menyusur sepanjang pantai yang bergerak ke arah timur yang dikenal dengan nama Arus Selatan Jawa.
• Musim Peralihan I April – Mei dimana terjadi peralihan angin dari Timur ke
Barat. Arah arus menuju ke Barat cukup kecil yang diakibatkan oleh kekuatan angin yang relatif kecil.
• Musim Timur Juni – September dimana angin bertiup dari Timur ke Barat.
Pergerakan arus secara umum adalah mengarah dari timur ke barat. Pada musim ini arus Selatan Jawa diperkuat oleh adanya angin monsoon sehingga
kecepatannya maksimum. Upwelling terjadi pada musim ini. •
Musim Peralihan II Oktober – November dimana angin mulai membelok kearah Timur atau mulai terjadi peralihan musim timur ke musim barat.
Perubahan pola arus akibat perubahan musim di sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat terlihat di sekitar pantai. Namun untuk daerah lepas pantai, pola
arus sangat dominan dipengaruhi oleh arus ekuatorial selatan south equatorial current.
B. Pola Arus di Dekat Pantai
Sistem arus dekat pantai umumnya dipengaruhi oleh gelombang laut yang pecah. Pecahnya gelombang tersebut menimbulkan arus sejajar pantai
longshore current dan arus balik rip current yang berarah menuju laut. Arus balik tersebut tidak bergerak di permukaan karena pergerakannya terhalang
hempasan ombak yang datang terus-menerus, tetapi menyusur dasar laut dengan daya seret kuat menuju tempat yang lebih dalam.
4.2.1.1.3. Pasang Surut Laut
Tipe pasang surut perairan pada daerah penelitian adalah semidiurnal, yaitu terjadi kenaikan dan penurunan muka air laut dua kali sehari. Dengan
demikian tunggang pasang surut pasut di daerah kajian cukup besar yaitu saat purnama terbesar 196 cm dan saat perbani terkecil terendah 190 cm, sehingga
perlu dipertimbangkan untuk usaha budidaya tambak
.
4.2.1.1.4. Gelombang Laut
Gelombang merupakan faktor fisik dominan di perairan Pantai Selatan Jawa Barat, karena sebagian besar perairan ini mempunyai tinggi gelombang
cukup besar di perairan lepas pantai yaitu antara 2 – 5 m, sehingga hampir dipastikan dengan kondisi gelombang yang tinggi ini akan menghambat upaya
budidaya perikanan dan berpotensi menimbulkan bahaya bagi wisata pesisir. Berdasarkan sumbernya, gelombang di pantai selatan dapat dibedakan dari jenis
gelombang swell gelombang rambat dan wind waves gelombang angin. Swell merupakan gelombang rambat yang berasal dari wilayah Samudera Hindia yang
kemudian merambat mencapai pesisir. Pada umumnya swell lebih tinggi dari pada gelombang anginl wind waves. Gelombang tinggi terjadi bila terdapat
super posisi swell dan wind wave. Tinggi gelombang angin pada dasarnya relatif kecil untuk daerah pantai terutama pada perairan teluk yang berkisar antara 95 –
105 cm. Namun demikian untuk laut terbuka dengan bentuk zona paparan yang sempit yang banyak terdapat di sejumlah lokasi sangat memungkinkan
terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai. Gelombang akan pecah di dekat pantai dengan tinggi gelombang yang masih besar sehingga energi yang
sampai ke pantai masih relatif kuat.
4.2.1.2. Kualitas Perairan 4.2.1.2.1. Parameter Fisika
4.2.1.2.1.1. Padatan Tersuspensi Total TSS Perairan
Padatan tersuspensi total dipengaruhi oleh banyaknya partikel halus dari sedimen, hancuran vegetasi, plankton, dan limbah organik yang masuk ke suatu
perairan, baik yang berasal dari perairan maupun daratan sekitarnya. Limbah organik tersebut dapat berasal dari limbah domestik dan limbah non-domestik
lainnya. Dari daratan, padatan tersuspensi masuk melalui muara sungai atau melalui hembusan angin ke perairan tersebut. Dengan demikian, faktor musim
sangat mempengaruhi kondisi padatan tersuspensi total suatu perairan. Meningkatnya padatan tersuspensi total pada suatu perairan akan
mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam kolom air tersebut. Hal ini akan mempengaruhi proses fotosintesis di perairan tersebut yang akhirnya akan
mempengaruhi kandungan oksigen. Menurut Keputusan Men.KLH Kep.02 Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya
perikanan TSS yang sesuai untuk budidaya laut adalah kurang dari 5 -25 mgl.
4.2.1.2.1.2. Temperatur Laut
Temperatur sangat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Secara langsung laju
pertumbuhan ikan akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur sampai batas tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan menyebabkan
kematiannya. Secara tidak langsung pengaruh temperatur menjalar melaui kemampuan kontrolnya terhadap kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen.
Dalam hal ini semakin tinggi temperatur akan semakin kecil kelarutan oksigen dalam air, sementara itu kebutuhan oksigen bagi biota akan semakin besar
karena adanya peningkatan metabolisme ikan. Kisaran temperatur laut daerah kajian masih dalam kisaran antara 27 – 32
C, yaitu kisaran terbaik untuk aktifitas perikanan.
4.2.1.2.1.3. Salinitas
Salinitas perairan daerah kajian rata-rata adalah 31–32,5
00
. Sedangkan kisaran salinitas berdasarkan nilai ambang untuk budidaya adalah 25–34
00
Berdasarkan kisaran tersebut maka perairan tersebut merupakan perairan yang mempunyai daya dukung terhadap aktivitas budidaya laut, dimana salinitas
merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan biota
yang akan dibudidayakan selain dipergunakan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.
4.2.1.2.1.4. Kecerahan Perairan
Pengukuran tingkat kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan. Sinar matahari
merupakan sumber energi bagi kehidupan jasad hidup di perairan diperlukan oleh tumbuhan air untuk proses fotosintesis. Menurut Keputusan Menteri KLH
Kep. 02Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan kecerahan yang memenuhi standar budidaya laut adalah
lebih besar dari 5 m dan tingkat kecerahan perairan di pesisir selatan Jawa Barat adalah 5,5 - 8,0 m dan rata-rata 6 m, berarti berada di atas standar baku mutu
untuk budidaya perikanan.
4.2.1.2.2.
Parameter Kimiawi Perairan
4.2.1.2.2.1.
Derajat Keasaman pH
Derajat keasaman pH merupakan ukuran kondisi asam dan basar suatu perairan yang dapat digunakan sebagai indeks kualitas lingkungan. Air dengan
kondisi asam akan menyebabkan ikan lemah, lebih mudah terkena infeksi dan tingkat kematian mortalitas tinggi. Air yang sedikit basa umumnya sangat ideal
untuk biota laut, karena membantu konversi zat-zat organik menjadi substansi yang dapat diasimilasi seperti ammonia dan nitrat Bapeda Provinsi Jawa Barat,
1997. Kisaran derajat keasaman pH pada daerah kajian penelitian 7,5-8,2 atau rata-rata 7,8.
4.2.1.2.2.2.
Nitrat
Nitrat merupakan indikator adanya keberadaan nutrien di perairan dan merupakan bentuk yang langsung dimanfaatkan oleh tumbuhan laut seperti
fitoplankton dalam proses fotosintesis. Selain untuk proses fotosintesis nitrat yang komponen utamanya tersusun dari nitrogen juga berfungsi untuk
sintesis protein, penyusun gen, dan pertumbuhan organisme. Oleh karena itu nitrat merupakan salah satu faktor pembatas bagi kehidupan organisme di
perairan. Namun apabila konsentrasi nitrat di perairan berlebih dapat menimbulkan akibat sampingan yang membahayakan, yaitu dapat merangsang
pertumbuhan fitoplankton dengan cepat algae bloom yang akan membuat perairan menjadi septik. Kisaran konsentrasi nitrat pada daerah kajian penelitian
antara 0,69 – 0,78 mgl. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perairan
daerah kajian masih mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut meskipun tidak terdapat nilai ambang baku mutu nitrat di perairan untuk
budidaya perikanan.
4.2.1.2.2.3.
Fosfat
Selain nitrat, fosfat juga merupakan salah satu nutrien terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut untuk pertumbuhannya. Karena merupakan
zat hara di perairan, maka fosfat dibutuhkan pula oleh organisme nabati fitoplankton selama proses fotosintesis. Dari hasil pengamatan konsentrasi
fosfat di perairan tersebut dapat dikatakan bahwa perairan tersebut mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut karena mempunyai tingkat
kesuburan yang sangat baik sekali lebih dari 0,201 mgl.
4.2.1.2.2.4.
Oksigen Terlarut
Kebutuhan oksigen bagi biota laut mempunyai dua aspek penting yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
tergantung pada keadaan metabolisme. Ikan memerlukan oksigen dalam proses pembakaran makanan untuk menghasilkan energi guna beraktivitas. Oleh karena
itu ketersediaan oksigen bagi biota menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi makanan, demikian juga laju pertumbuhan tergantung pada oksigen dengan
persyaratan bahwa selama faktor kondisi lainnya optimum. Dari hasil pengamatan di daerah kajian, oksigen terlarut DO di perairan berkisar rata-rata
antara 7,3 – 7,8 mgl. Menurut Keputusan Menteri KLH Kep.02Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan yang
diinginkan lebih dari 6 ppm Anonim, 1991. Dengan demikian perairan tersebut mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut.
4.2.1.2.2.5
. Logam Berat
Keberadaan logam berat di perairan sangat penting untuk diperhatikan, sebab peningkatan konsentrasi logam berat dalam air laut akan diikuti oleh
peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan organisme lainnya, dan apabila organisme tersebut dikonsumsi maka akan membahayakan kesehatan.
Berdasarkan hasil laporan penelitian bahwa rata-rata konsentrasi logam berat di perairan Pantai Selatan Jawa Barat, khususnya di daerah kajian menunjukkan
masih di bawah konsentrasi yang diperbolehkan untuk budidaya laut.
4.2.1.2.3.
Parameter Biologi Perairan
Kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton digunakan sebagai
parameter indikator biologi perairan. Peranannya yang sangat penting dalam hal keseimbangan ekosistem perairan disebabkan oleh keberadaannya dapat yang
menentukan produktivitas primer perairan. Hal ini karena fitoplankton secara langsung maupun tidak akan dimanfaatkan oleh organisme tingkat tinggi lainnya.
Kelimpahan fitoplankton merupakan salah satu indikator kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton yang banyak akan meningkatkan proses fotosintesis
sehingga menghasilkan makanan biomassa fitoplankton dan oksigen yang lebih banyak pula. Hal ini akan menarik zooplankton dan pada akhirnya akan menarik
ikan-ikan untuk datang ke daerah tersebut. Sehingga perairan tersebut akan kaya oleh ikan maupun biota laut lainnya dan digunakan untuk budidaya laut.
Jenis fitoplanton dominan pada lokasi penelitian adalah Diatom dengan kelimpahan 462534 – 534627 selL.
4.2.1.2.4.
Indikator Potensi Perikanan Tangkap
Data potensi perikanan tangkap di daerah pesisir lokasi penelitian diketahui melalui peta perikanan tangkap yang merupakan overlay data arus hasil simulasi
data sebaran klorofil dan sebaran temperatur yang terlihat dari citra satelit Modis- Aqua 2007 serta potensi upwelling yang ditentukan melalui teori transpor ekman.
upwelling dan downwelling di daerah pantai maupun di lepas pantai ini berhubungan dengan daerah divergensi kekosongan massa dan konvergensi
penumpukan massa yang terbentuk oleh transpor ekman. Daerah upwelling ditandai oleh:
• Suhu yang lebih dingin daripada daerah sekitarnya
• Salinitas dan densitas yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya
• Muka air yang lebih rendah daripada daerah sekitarnya
• Kandungan nutrien yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya
4.2.1.3. Iklim dan Cuaca
Kabupaten Ciamis memiliki iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim pantai dengan kisaran temperatur normal rata-rata 20
-34 C. Temperatur di
dataran rendah pada umumnya 34 C dan kelembaban 50, dan pada daerah
dataran tinggi temperatur berkisar antara 18 sampai 22
C dengan kelembaban berkisar 61 – 73. Curah hujan rata-rata pertahun 217,195 mm dengan jumlah
hari hujan efektif selama satu tahun 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, musim hujan Oktober–Mei dan musim kemarau bulan Juni–
September.
4.2.1.4. Geologi
Daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat memiliki keragaman sumberdaya mineral yang potensial. Bahan galian yang terdapat di sepanjang daerah pesisir
Ciamis dan sebagian besar telah dimanfaatkan yaitu andesit, tanah liat, batu kapur, dan batu kali. Jumlah produksi terbesar bahan galian adalah komoditi
andesit.
4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi 4.2.2.1. Dinamika Ekonomi
Produk domestik regional bruto PDRB di Kabupaten Ciamis selama tahun 2003–2004 mengalami kenaikan, pada tahun 2003 PDRB sebesar Rp
5.283.843,01 sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 5.514.292,48
atau meningkat per tahun 4,36. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan merupakan sektor pembagi terbesar rata-rata 30, sektor pariwisata merupakan sektor pembagi tertinggi kedua rata-rata 24 untuk
sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor pembagi terkecil rata-
rata 1. Adapun produksi domestik regional bruto PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 15.
4.2.2.2. Fasilitas Perekonomian
Fasilitas perekonomian Kabupaten Ciamis diwakili oleh Kecamatan Pangandaran. Jenis fasilitas perekonomiannya ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 15. Produksi domestik regional bruto PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Ciamis
N0. Sektor
2003 2004
Pertambahan per Tahun
Nilai Juta Rp Nilai Juta
Rp
1. Pertanian dan
perikanan 1.916.926.25
36,28 1.963.214,47 35,60
2,41 2
Pertambangan dan Penggalian
20.186,64 0,38
20.911,35 0,38
3,59 3
Industri Pengolahan
369.477,36 6,99
387.951,83 7,04
5,00 4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
33.707.33 0,64
35.035,43 0,64
3,94 5
Bangunan 438.619,58
8,30 458.182,42
8,31 4,46
6 Pariwisata
1.246.033,01 23,58 1.326.012,70
24,05 6,42
7. Transportasi
420.978,69 7,97
441.665,76 8,01
4,91 8
Keuangan dan Perbankan
293.051,14 5,55
313.535,98 5,69
6,99 9
Jasa-Jasa 544,863.00
10,31 567.783,14
10,30 4,21
PDRB 5.283.843,01 100,00 5.514.292,48 100,00
4,26
Sumber : Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
Tabel 16. Jenis fasilitas perekonomian di Kecamatan Pangandaran
No. Jenis fasilitas
Jumlah
1. Koperasi :
a. koperasi simpan pinjam 12
b. koperasi unit desa KUD 3
c. BPKD 1
d. koperasi produksi 1
e. koperasi lainnya 4
2. Jumlah pasar selapan umum
3 a. umum
1 b. ikan
1 c. wisata
1 3.
Pasar bangunan permanen semi permanen 3
4. Jumlah toko kios warung
2124 5.
Bank 7
6. Stasiun bus
1 7.
Jumlah telepon umum 76
Sumber : Data monografi Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis 2006
4.2.1.1. Sarana Pendidikan
Kondisi pendidikan di Kabupaten Ciamis saat ini masih memprihatinkan
karena yang bisa menyelesaikan pendidikan tingkat SMU sedikit Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah sekolah dan murid di pesisir Kabupaten Ciamis
No. Kecamatan
TK SD
SLTP SMU
SK MD
SK MD
SK MD
SK MD
1. Kalipucang
5 128
31 3.862
2 1.068
2. Pangandaran
8 316
30 5.373
4 1.832
3 1.053
3. Parigi
18 319
36 4.013
2 1.125
1 679
4. Cijulang
10 358
20 2.146
2 611
1 153
5. Sidamulih
6 99
19 2.641
1 671
6. Cimerak
8 184
36 4.107
3 957
Total 55
1404 172
22.142 14
6264 5
1885 Sumber:
Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
Keterangan SK : Sekolah MD : Murid
4.2.1.2.
Sarana Kesehatan
Kondisi prasarana dan sarana kesehatan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis, secara umum relatif kurang Tabel 18
Tabel 18. Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Ciamis
No. Kecamatan
Rumah Sakit
Balai Pengobatan
Praktek Swasta Apotek
Dokter Bidan
1. Kalipucang
- 2
1 9
1 2.
Pangandaran -
2 4
7 5
3. Parigi
- 4
3 7
- 4.
Cijulang -
2 2
3 -
5. Sidamulih
- 2
1 8
- 6.
Cimerak -
1 2
4 -
Total -
13 13
38 6
Sumber: Kabupaten Ciamis dalam angka 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
4.2.1.3. Fasilitas Perikanan
Dengan meningkatnya fungsi pariwisata di Kecamatan Pangandaran, terjadi peningkatan eksploitasi perikanan laut yang cukup tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari prasarana dan sarana PPI di Kabupaten Ciamis pada Tabel 19. Tabel 19. Prasarana dan sarana PPI di Kabupaten Ciamis
No. Kecamatan
PPI Jumlah Kapal
Buah Kapasitas Tampung
Kapal Ton Kapasitas Maks
Tangkap Kg
1. Legok Jawa
50 0,5
200 2.
Batu Karas 400
0,5 -
3. Bojongsalawe
50 0,5
- 4.
Pangandaran 400
2 -
5. Majingklak
20 0,5
- 6.
Cihidang 40
0,5 -
Sumber: Kabupaten Ciamis dalam angka 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007
4.2.1.4. Fasilitas Perindustrian
Di Kabupaten Ciamis tidak ada industri besar di atas 20 pekerja kecuali industri kecil di bawah 20 pekerja yang terkait dengan pengolahan ikan dan
bahan bangunan. Dari total produksi perikanan sebesar 1.205,68 ton, sebagian
diolah oleh industri kecil untuk diekspor ke Eropa. Selain itu, terdapat bahan
galian yang terkait dengan industri konstruksi seperti andesit, pasir besi, batu kapur, batu kali, dan tanah liat. Jumlah produksi terbesar bahan galian adalah
komoditi andesit, yaitu Rp 399.075,00.
4.2.1.5. Fasilitas Pariwisata
Kebijakan, strategi, serta program pembangunan seperti yang tertuang dalam Perda No.1 tahun 2004 tentang Renstra Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
mengisyaratkan bahwa pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata
memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah. Berdasarkan
RIPPDA Provinsi Jawa Barat, perencanaan pengembangan wisata difokuskan pada pengembangan Kawasan Wisata Unggulan KWU Provinsi. Objek Daerah
Tujuan Wisata ODTW yang dikelompokkan dalam KWU ini diantaranya adalah Pantai Batu Karas dan Pantai Pangandaran. Semua objek wisata yang
dikelompokkan dalam KWU ini memiliki daya tarik wisata unggulan berjenis wisata alam pantai dan laut, yaitu Pantai Batu Hiu dan Pantai Indah
Pangandaran. Selain daya tarik wisata alam pantai dan laut, KWU Pantai
Pangandaran ini juga memiliki daya tarik lainnya misalnya Cagar Alam Pananjung. Keindahan alam “green canyon” atau juga dikenal dengan nama
cukang taneuh, serta terdapat area konservasi penangkaran satwa langka penyu
hijau. Pada umumnya ODTW di KWU Pantai Pangandaran bertipe mass tourism,
seperti terlihat di objek wisata Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Karang Nini dan
lainnya. Tetapi disamping itu ada beberapa objek wisata yang memiliki ke khas-
an seperti objek wisata Batukaras yang diperuntukkan untuk wisata minat khusus
olah raga air selancar surfing. Pesatnya perkembangan ODTW di KWU Pantai
Pangandaran ini didukung oleh baiknya dukungan prasara dan sarana baik itu aksesibilitas maupun akomodasi, sehingga tingkat kunjungan wisatawan
nusantara maupun mancanegara cukup tinggi.
4.2.1.6. Fasilitas Jasa
Kabupaten Ciamis merupakan wilayah dengan tingkat ketersediaan fasilitas jasa sedang, dengan jenis fasilitas seperti berikut :
• Jasa komunikasi, yaitu memanfaatkan jaringan telepon, televisi, dan surat
kabar. Warung telepon dan telepon seluler sebagian telah masuk hampir merata di semua daerah, tetapi warung internet masih langka.
• Jasa Koperasi Unit Desa KUD sudah cukup merata dan berjalan baik.
.
V. EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat dengan kasus, Kabupaten Indramayu di pantai
utara dan Kabupaten Ciamis di pantai Selatan. Penelusuran mengemukakan adanya UU dan PP yang dijadikan acuan yaitu UU No 32 Thn 2004, UU No 33 Thn 2004 dan PP No 25 Thn 2000.
Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa aspek ekonomi seperti pemanfaatan pesisir untuk
tambak ikan, wisata, pelabuhan dan permukiman serta industri banyak dijumpai menggantikan ekosistem hutan mangrove yang berfungsi ekologis. Proses evaluasi diselesaikan menggunakan
teknik KBMS yaitu transfer knowledge seorang atau lebih knowledge expert melalui diskursus dengan menggunakan sistem teknologi transformasi Di pesisir Utara pemerintah memberikan
perhatian kepada sektor perikanan dan sektor yang relatif baru yaitu migas , di pesisir Selatan pemerintah memberikan perhatian kepada sektor perikanan dan pariwisata Teknik KBMS
didukung oleh 7tujuh parameter yaitu Optimalisasi pelaksanaan tata ruang dan lingkungan, Ketersediaan prasarana dan sarana, Pembangunan industri berbasis wilayah pesisir, Proporsi
dana pembangunan wilayah pesisir dalam APBD, Rejim penguasaan pemerintah, Program pemberdayaan masyarakat melalui CSR dan Pengembangan sektor pariwisata, perikanan,
pertanian, perkebunan dan migas yang berperspektif mitigasi bencana. Berdasarkan pengelompokan parameter dan permutasi diperoleh 24 rule base dengan hasil diskursus yang
menyimpulkan bahwa kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Jawa Barat khususnya Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Ciamis masih perlu diarahkan pada konsep pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu Integrated Coastal Zone Management , karena masih sektoral dan bias daratan sehingga belum optimal pemanfaatannya. Selanjutnya di Kabupaten Indramayu
perencanaan pengembangan wilayah pesisir dan penguasaan pemerintah melalui program pemberdayaan masyarakat bantuan Pertamina sudah cukup baik, kecuali di dalam pengembangan
sektor pariwisata yang kurang mendapat perhatian dengan baik. Di Kabupaten Ciamis, pengembangan sektor pariwisata dan perikanan sudah merupakan salah satu sektor unggulan
dalam pengembangan wilayah pesisir.
Kata Kunci : transfer knowledge, diskursus, teknologi informasi, parameter, rule base, terpadu
5.1. Pendahuluan