Kabupaten Ciamis Aspek psikososial, Aktivitas Fisik, konsumsi Makanan, Status Gizi dan Pengaruh Susu Plus Probiotik Enterococcus faecium IS-27526 (MEDP) Terhadap Respons Imun IgA Lansia

dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat ketersediaan fasilitas pariwisata di Kabupaten Indramayu No Kecamatan Jumlah hotel Jumlah penginapan hostelmotelwisma Skor Kategori 1 Krangkeng - - - rendah 2 Karangampel 1 2 144 rendah 3 Juntinyuat - 1 44 rendah 4 Balongan - - - rendah 5 Indramayu 8 2 533 sedang 6 Sindang - - - rendah 7 Cantigi - - - rendah 8 Arahan - - - rendah 9 Losarang 1 - 56 rendah 10 Kandanghaur - - - rendah 11 Sukra - 1 44 rendah Total 10 6 75 rendah Sumber : Podes 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007

4.1.2.8. Fasilitas Jasa

Kabupaten Indramayu merupakan wilayah dengan tingkat ketersediaan fasilitas jasa paling rendah kedua setelah Kabupaten Cirebon. Jenis fasilitas yang tersedia dapat terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Tingkat ketersediaan fasilitas jasa di Kabupaten Indramayu No Kecamatan Pesisir Bengkel kendaraan bermotor Bengkel elektronik Usaha FC Biroagen perjalanan Tempat pangkas rambut Salo n kec antikan Bengkel las Penyewaa n alat pesta Skor Kategori 1 Krangkeng 16 10 1 - 5 4 6 10 454 rendah 2 Karangampel 21 15 9 - 13 12 14 23 748 rendah 3 Juntinyuat 29 22 9 - 14 14 19 35 1.011 rendah 4 Balongan 16 7 6 - 8 9 7 9 473 rendah 5 Indramayu 56 25 29 1 17 30 46 21 1.764 sedang 6 Sindang 23 18 15 - 9 15 23 28 916 rendah 7 Cantigi 3 4 1 - 1 1 9 4 141 rendah 8 Arahan 6 8 3 - - 1 6 3 272 rendah 9 Losarang 23 8 4 - 7 5 11 17 587 rendah 10 Kandanghaur 23 22 5 - 28 17 32 20 878 rendah 11 Sukra 35 27 15 - 17 14 26 21 1.253 sedang Total 251 166 97 1 119 122 199 191 773 rendah Sumber : Podes 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007

4.2. Kabupaten Ciamis

Secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20’ sampai dengan 108 40’ Bujur Timur dan 7 4’20“ Lintang Selatan. Secara administrasi memiliki batas: • Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan; • Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya; • Sebelah timur berbatasan dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah; • Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 248.763 ha, wilayah selatan berbatasan langsung dengan garis pantai Samudra Indonesia yang membentang di 6 enam kecamatan dengan panjang garis yang mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai tersebut, Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.310 ha. Luas kecamatan, penduduk, kepadatan penduduk, dan distribusi penduduk di tiap kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas kecamatan pesisir, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Ciamis No. Kecamatan Pesisir Luas wilayah Km 2 Jumlah penduduk Kepadatan penduduk orangKm 2 1. Kalipucang 137 33.326 243 2. Pangandaran 61 45.084 739 3. Parigi 98 40.960 418 4. Cijulang 93 24.838 267 5. Sidamulih 78 24.668 316 6. Ciderak 118 40.334 342 Jumlah 585 172.256 2325 Sumber: BPS 2005 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007 Luas pantai dan panjang pantai Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Luas pantai dan panjang wilayah pantai Kabupaten Ciamis No. Kecamatan Pesisir Luas pantai ha Panjang pantai km 1. Kalipucang 11.100 15 2. Pangandaran 13.320 18 3. Parigi 7.400 10 4. Cijulang 11.840 16 5. Sidamulih 6.290 8,5 6. Ciderak 17.390 23,5 Jumlah 5069 91 Sumber: BPS 2005 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007 4.2.1. Kondisi Oseanografi, Kualitas Perairan, dan Iklim 4.2.1.1. Parameter Hidro Oseanografi

4.2.1.1.1. Batimetri

Perairan laut wilayah Jawa Barat Selatan merupakan daerah pertemuan antara Lempeng Australia dan Lempeng Euroasia, hal ini menyebabkan karakteristik perairan relatif dalam. Secara umum kondisi perairan pantai atau tanjung lebih curam dibandingkan dengan teluk, hal ini terlihat dari kemiringan di Teluk Pangandaran, Teluk Parigi dan Teluk Pelabuhan Ratu yang mencapai 0,3 dan 0,6 , sedangkan pada pantai yang menghadap ke perairan terbuka seperti Sindangbarang kemiringannya mencapai sekitar 14. Diperkirakan di daerah teluk pada jarak 7–8 km kedalamannya mencapai 50 m dan pada jarak sekitar 20 mil dari garis pantai cenderung mempunyai kedalaman lebih dari 1000 meter.

4.2.1.1.2. Pola Arus Laut A. Pola Arus di Lepas Pantai

Perairan Indonesia mempunyai pola arus permukaan yang sangat di pengaruhi oleh monsoon barat daya Desember-Maret dan monsoon tenggara Juni-September. Pengaruh kedua monsoon ini jelas terlihat di Pantai Selatan Jawa. Pada monsoon barat daya arus permukaan di Laut Selatan Jawa bergerak dari Barat ke Timur atau ke arah Timur, pada monsoon tenggara arus bergerak dari Timur ke Barat. Pola pergerakan arus rata-rata bulanan dibangkitkan oleh pasut dan angin, dimana yang lebih dominan adalah pengaruh pergerakan angin. Di Pantai Selatan Jawa Barat terjadi empat musim yang berbeda, yakni : • Musim Barat Desember – Maret dimana angin bertiup dari Barat ke Timur. Pergerakan arus di lepas pantai adalah mengarah ke barat yang disebabkan oleh Arus Ekuatorial Selatan sedangkan di dekat pantai atau sekitar 50 km dari garis pantai terdapat arus menyusur sepanjang pantai yang bergerak ke arah timur yang dikenal dengan nama Arus Selatan Jawa. • Musim Peralihan I April – Mei dimana terjadi peralihan angin dari Timur ke Barat. Arah arus menuju ke Barat cukup kecil yang diakibatkan oleh kekuatan angin yang relatif kecil. • Musim Timur Juni – September dimana angin bertiup dari Timur ke Barat. Pergerakan arus secara umum adalah mengarah dari timur ke barat. Pada musim ini arus Selatan Jawa diperkuat oleh adanya angin monsoon sehingga kecepatannya maksimum. Upwelling terjadi pada musim ini. • Musim Peralihan II Oktober – November dimana angin mulai membelok kearah Timur atau mulai terjadi peralihan musim timur ke musim barat. Perubahan pola arus akibat perubahan musim di sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat terlihat di sekitar pantai. Namun untuk daerah lepas pantai, pola arus sangat dominan dipengaruhi oleh arus ekuatorial selatan south equatorial current.

B. Pola Arus di Dekat Pantai

Sistem arus dekat pantai umumnya dipengaruhi oleh gelombang laut yang pecah. Pecahnya gelombang tersebut menimbulkan arus sejajar pantai longshore current dan arus balik rip current yang berarah menuju laut. Arus balik tersebut tidak bergerak di permukaan karena pergerakannya terhalang hempasan ombak yang datang terus-menerus, tetapi menyusur dasar laut dengan daya seret kuat menuju tempat yang lebih dalam.

4.2.1.1.3. Pasang Surut Laut

Tipe pasang surut perairan pada daerah penelitian adalah semidiurnal, yaitu terjadi kenaikan dan penurunan muka air laut dua kali sehari. Dengan demikian tunggang pasang surut pasut di daerah kajian cukup besar yaitu saat purnama terbesar 196 cm dan saat perbani terkecil terendah 190 cm, sehingga perlu dipertimbangkan untuk usaha budidaya tambak .

4.2.1.1.4. Gelombang Laut

Gelombang merupakan faktor fisik dominan di perairan Pantai Selatan Jawa Barat, karena sebagian besar perairan ini mempunyai tinggi gelombang cukup besar di perairan lepas pantai yaitu antara 2 – 5 m, sehingga hampir dipastikan dengan kondisi gelombang yang tinggi ini akan menghambat upaya budidaya perikanan dan berpotensi menimbulkan bahaya bagi wisata pesisir. Berdasarkan sumbernya, gelombang di pantai selatan dapat dibedakan dari jenis gelombang swell gelombang rambat dan wind waves gelombang angin. Swell merupakan gelombang rambat yang berasal dari wilayah Samudera Hindia yang kemudian merambat mencapai pesisir. Pada umumnya swell lebih tinggi dari pada gelombang anginl wind waves. Gelombang tinggi terjadi bila terdapat super posisi swell dan wind wave. Tinggi gelombang angin pada dasarnya relatif kecil untuk daerah pantai terutama pada perairan teluk yang berkisar antara 95 – 105 cm. Namun demikian untuk laut terbuka dengan bentuk zona paparan yang sempit yang banyak terdapat di sejumlah lokasi sangat memungkinkan terjadinya hempasan gelombang dahsyat ke pantai. Gelombang akan pecah di dekat pantai dengan tinggi gelombang yang masih besar sehingga energi yang sampai ke pantai masih relatif kuat. 4.2.1.2. Kualitas Perairan 4.2.1.2.1. Parameter Fisika

4.2.1.2.1.1. Padatan Tersuspensi Total TSS Perairan

Padatan tersuspensi total dipengaruhi oleh banyaknya partikel halus dari sedimen, hancuran vegetasi, plankton, dan limbah organik yang masuk ke suatu perairan, baik yang berasal dari perairan maupun daratan sekitarnya. Limbah organik tersebut dapat berasal dari limbah domestik dan limbah non-domestik lainnya. Dari daratan, padatan tersuspensi masuk melalui muara sungai atau melalui hembusan angin ke perairan tersebut. Dengan demikian, faktor musim sangat mempengaruhi kondisi padatan tersuspensi total suatu perairan. Meningkatnya padatan tersuspensi total pada suatu perairan akan mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam kolom air tersebut. Hal ini akan mempengaruhi proses fotosintesis di perairan tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi kandungan oksigen. Menurut Keputusan Men.KLH Kep.02 Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan TSS yang sesuai untuk budidaya laut adalah kurang dari 5 -25 mgl.

4.2.1.2.1.2. Temperatur Laut

Temperatur sangat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Secara langsung laju pertumbuhan ikan akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur sampai batas tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan menyebabkan kematiannya. Secara tidak langsung pengaruh temperatur menjalar melaui kemampuan kontrolnya terhadap kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen. Dalam hal ini semakin tinggi temperatur akan semakin kecil kelarutan oksigen dalam air, sementara itu kebutuhan oksigen bagi biota akan semakin besar karena adanya peningkatan metabolisme ikan. Kisaran temperatur laut daerah kajian masih dalam kisaran antara 27 – 32 C, yaitu kisaran terbaik untuk aktifitas perikanan.

4.2.1.2.1.3. Salinitas

Salinitas perairan daerah kajian rata-rata adalah 31–32,5 00 . Sedangkan kisaran salinitas berdasarkan nilai ambang untuk budidaya adalah 25–34 00 Berdasarkan kisaran tersebut maka perairan tersebut merupakan perairan yang mempunyai daya dukung terhadap aktivitas budidaya laut, dimana salinitas merupakan variabel lingkungan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan biota yang akan dibudidayakan selain dipergunakan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.

4.2.1.2.1.4. Kecerahan Perairan

Pengukuran tingkat kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan. Sinar matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan jasad hidup di perairan diperlukan oleh tumbuhan air untuk proses fotosintesis. Menurut Keputusan Menteri KLH Kep. 02Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan kecerahan yang memenuhi standar budidaya laut adalah lebih besar dari 5 m dan tingkat kecerahan perairan di pesisir selatan Jawa Barat adalah 5,5 - 8,0 m dan rata-rata 6 m, berarti berada di atas standar baku mutu untuk budidaya perikanan. 4.2.1.2.2. Parameter Kimiawi Perairan 4.2.1.2.2.1. Derajat Keasaman pH Derajat keasaman pH merupakan ukuran kondisi asam dan basar suatu perairan yang dapat digunakan sebagai indeks kualitas lingkungan. Air dengan kondisi asam akan menyebabkan ikan lemah, lebih mudah terkena infeksi dan tingkat kematian mortalitas tinggi. Air yang sedikit basa umumnya sangat ideal untuk biota laut, karena membantu konversi zat-zat organik menjadi substansi yang dapat diasimilasi seperti ammonia dan nitrat Bapeda Provinsi Jawa Barat, 1997. Kisaran derajat keasaman pH pada daerah kajian penelitian 7,5-8,2 atau rata-rata 7,8. 4.2.1.2.2.2. Nitrat Nitrat merupakan indikator adanya keberadaan nutrien di perairan dan merupakan bentuk yang langsung dimanfaatkan oleh tumbuhan laut seperti fitoplankton dalam proses fotosintesis. Selain untuk proses fotosintesis nitrat yang komponen utamanya tersusun dari nitrogen juga berfungsi untuk sintesis protein, penyusun gen, dan pertumbuhan organisme. Oleh karena itu nitrat merupakan salah satu faktor pembatas bagi kehidupan organisme di perairan. Namun apabila konsentrasi nitrat di perairan berlebih dapat menimbulkan akibat sampingan yang membahayakan, yaitu dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton dengan cepat algae bloom yang akan membuat perairan menjadi septik. Kisaran konsentrasi nitrat pada daerah kajian penelitian antara 0,69 – 0,78 mgl. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perairan daerah kajian masih mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut meskipun tidak terdapat nilai ambang baku mutu nitrat di perairan untuk budidaya perikanan. 4.2.1.2.2.3. Fosfat Selain nitrat, fosfat juga merupakan salah satu nutrien terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut untuk pertumbuhannya. Karena merupakan zat hara di perairan, maka fosfat dibutuhkan pula oleh organisme nabati fitoplankton selama proses fotosintesis. Dari hasil pengamatan konsentrasi fosfat di perairan tersebut dapat dikatakan bahwa perairan tersebut mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut karena mempunyai tingkat kesuburan yang sangat baik sekali lebih dari 0,201 mgl. 4.2.1.2.2.4. Oksigen Terlarut Kebutuhan oksigen bagi biota laut mempunyai dua aspek penting yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme. Ikan memerlukan oksigen dalam proses pembakaran makanan untuk menghasilkan energi guna beraktivitas. Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi biota menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi makanan, demikian juga laju pertumbuhan tergantung pada oksigen dengan persyaratan bahwa selama faktor kondisi lainnya optimum. Dari hasil pengamatan di daerah kajian, oksigen terlarut DO di perairan berkisar rata-rata antara 7,3 – 7,8 mgl. Menurut Keputusan Menteri KLH Kep.02Men KLHI1988 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut budidaya perikanan yang diinginkan lebih dari 6 ppm Anonim, 1991. Dengan demikian perairan tersebut mempunyai daya dukung yang baik untuk usaha budidaya laut. 4.2.1.2.2.5 . Logam Berat Keberadaan logam berat di perairan sangat penting untuk diperhatikan, sebab peningkatan konsentrasi logam berat dalam air laut akan diikuti oleh peningkatan logam berat dalam tubuh ikan dan organisme lainnya, dan apabila organisme tersebut dikonsumsi maka akan membahayakan kesehatan. Berdasarkan hasil laporan penelitian bahwa rata-rata konsentrasi logam berat di perairan Pantai Selatan Jawa Barat, khususnya di daerah kajian menunjukkan masih di bawah konsentrasi yang diperbolehkan untuk budidaya laut. 4.2.1.2.3. Parameter Biologi Perairan Kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton digunakan sebagai parameter indikator biologi perairan. Peranannya yang sangat penting dalam hal keseimbangan ekosistem perairan disebabkan oleh keberadaannya dapat yang menentukan produktivitas primer perairan. Hal ini karena fitoplankton secara langsung maupun tidak akan dimanfaatkan oleh organisme tingkat tinggi lainnya. Kelimpahan fitoplankton merupakan salah satu indikator kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton yang banyak akan meningkatkan proses fotosintesis sehingga menghasilkan makanan biomassa fitoplankton dan oksigen yang lebih banyak pula. Hal ini akan menarik zooplankton dan pada akhirnya akan menarik ikan-ikan untuk datang ke daerah tersebut. Sehingga perairan tersebut akan kaya oleh ikan maupun biota laut lainnya dan digunakan untuk budidaya laut. Jenis fitoplanton dominan pada lokasi penelitian adalah Diatom dengan kelimpahan 462534 – 534627 selL. 4.2.1.2.4. Indikator Potensi Perikanan Tangkap Data potensi perikanan tangkap di daerah pesisir lokasi penelitian diketahui melalui peta perikanan tangkap yang merupakan overlay data arus hasil simulasi data sebaran klorofil dan sebaran temperatur yang terlihat dari citra satelit Modis- Aqua 2007 serta potensi upwelling yang ditentukan melalui teori transpor ekman. upwelling dan downwelling di daerah pantai maupun di lepas pantai ini berhubungan dengan daerah divergensi kekosongan massa dan konvergensi penumpukan massa yang terbentuk oleh transpor ekman. Daerah upwelling ditandai oleh: • Suhu yang lebih dingin daripada daerah sekitarnya • Salinitas dan densitas yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya • Muka air yang lebih rendah daripada daerah sekitarnya • Kandungan nutrien yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya

4.2.1.3. Iklim dan Cuaca

Kabupaten Ciamis memiliki iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim pantai dengan kisaran temperatur normal rata-rata 20 -34 C. Temperatur di dataran rendah pada umumnya 34 C dan kelembaban 50, dan pada daerah dataran tinggi temperatur berkisar antara 18 sampai 22 C dengan kelembaban berkisar 61 – 73. Curah hujan rata-rata pertahun 217,195 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun 84 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, musim hujan Oktober–Mei dan musim kemarau bulan Juni– September.

4.2.1.4. Geologi

Daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat memiliki keragaman sumberdaya mineral yang potensial. Bahan galian yang terdapat di sepanjang daerah pesisir Ciamis dan sebagian besar telah dimanfaatkan yaitu andesit, tanah liat, batu kapur, dan batu kali. Jumlah produksi terbesar bahan galian adalah komoditi andesit. 4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi 4.2.2.1. Dinamika Ekonomi Produk domestik regional bruto PDRB di Kabupaten Ciamis selama tahun 2003–2004 mengalami kenaikan, pada tahun 2003 PDRB sebesar Rp 5.283.843,01 sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi Rp 5.514.292,48 atau meningkat per tahun 4,36. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan merupakan sektor pembagi terbesar rata-rata 30, sektor pariwisata merupakan sektor pembagi tertinggi kedua rata-rata 24 untuk sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor pembagi terkecil rata- rata 1. Adapun produksi domestik regional bruto PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 15.

4.2.2.2. Fasilitas Perekonomian

Fasilitas perekonomian Kabupaten Ciamis diwakili oleh Kecamatan Pangandaran. Jenis fasilitas perekonomiannya ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 15. Produksi domestik regional bruto PDRB atas dasar harga konstan di Kabupaten Ciamis N0. Sektor 2003 2004 Pertambahan per Tahun Nilai Juta Rp Nilai Juta Rp 1. Pertanian dan perikanan 1.916.926.25 36,28 1.963.214,47 35,60 2,41 2 Pertambangan dan Penggalian 20.186,64 0,38 20.911,35 0,38 3,59 3 Industri Pengolahan 369.477,36 6,99 387.951,83 7,04 5,00 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 33.707.33 0,64 35.035,43 0,64 3,94 5 Bangunan 438.619,58 8,30 458.182,42 8,31 4,46 6 Pariwisata 1.246.033,01 23,58 1.326.012,70 24,05 6,42 7. Transportasi 420.978,69 7,97 441.665,76 8,01 4,91 8 Keuangan dan Perbankan 293.051,14 5,55 313.535,98 5,69 6,99 9 Jasa-Jasa 544,863.00 10,31 567.783,14 10,30 4,21 PDRB 5.283.843,01 100,00 5.514.292,48 100,00 4,26 Sumber : Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007 Tabel 16. Jenis fasilitas perekonomian di Kecamatan Pangandaran No. Jenis fasilitas Jumlah 1. Koperasi : a. koperasi simpan pinjam 12 b. koperasi unit desa KUD 3 c. BPKD 1 d. koperasi produksi 1 e. koperasi lainnya 4 2. Jumlah pasar selapan umum 3 a. umum 1 b. ikan 1 c. wisata 1 3. Pasar bangunan permanen semi permanen 3 4. Jumlah toko kios warung 2124 5. Bank 7 6. Stasiun bus 1 7. Jumlah telepon umum 76 Sumber : Data monografi Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis 2006

4.2.1.1. Sarana Pendidikan

Kondisi pendidikan di Kabupaten Ciamis saat ini masih memprihatinkan karena yang bisa menyelesaikan pendidikan tingkat SMU sedikit Tabel 17. Tabel 17. Jumlah sekolah dan murid di pesisir Kabupaten Ciamis No. Kecamatan TK SD SLTP SMU SK MD SK MD SK MD SK MD 1. Kalipucang 5 128 31 3.862 2 1.068 2. Pangandaran 8 316 30 5.373 4 1.832 3 1.053 3. Parigi 18 319 36 4.013 2 1.125 1 679 4. Cijulang 10 358 20 2.146 2 611 1 153 5. Sidamulih 6 99 19 2.641 1 671 6. Cimerak 8 184 36 4.107 3 957 Total 55 1404 172 22.142 14 6264 5 1885 Sumber: Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007 Keterangan SK : Sekolah MD : Murid 4.2.1.2. Sarana Kesehatan Kondisi prasarana dan sarana kesehatan di kecamatan pesisir Kabupaten Ciamis, secara umum relatif kurang Tabel 18 Tabel 18. Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Ciamis No. Kecamatan Rumah Sakit Balai Pengobatan Praktek Swasta Apotek Dokter Bidan 1. Kalipucang - 2 1 9 1 2. Pangandaran - 2 4 7 5 3. Parigi - 4 3 7 - 4. Cijulang - 2 2 3 - 5. Sidamulih - 2 1 8 - 6. Cimerak - 1 2 4 - Total - 13 13 38 6 Sumber: Kabupaten Ciamis dalam angka 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007

4.2.1.3. Fasilitas Perikanan

Dengan meningkatnya fungsi pariwisata di Kecamatan Pangandaran, terjadi peningkatan eksploitasi perikanan laut yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari prasarana dan sarana PPI di Kabupaten Ciamis pada Tabel 19. Tabel 19. Prasarana dan sarana PPI di Kabupaten Ciamis No. Kecamatan PPI Jumlah Kapal Buah Kapasitas Tampung Kapal Ton Kapasitas Maks Tangkap Kg 1. Legok Jawa 50 0,5 200 2. Batu Karas 400 0,5 - 3. Bojongsalawe 50 0,5 - 4. Pangandaran 400 2 - 5. Majingklak 20 0,5 - 6. Cihidang 40 0,5 - Sumber: Kabupaten Ciamis dalam angka 2006 dalam Bapeda Provinsi Jawa Barat 2007

4.2.1.4. Fasilitas Perindustrian

Di Kabupaten Ciamis tidak ada industri besar di atas 20 pekerja kecuali industri kecil di bawah 20 pekerja yang terkait dengan pengolahan ikan dan bahan bangunan. Dari total produksi perikanan sebesar 1.205,68 ton, sebagian diolah oleh industri kecil untuk diekspor ke Eropa. Selain itu, terdapat bahan galian yang terkait dengan industri konstruksi seperti andesit, pasir besi, batu kapur, batu kali, dan tanah liat. Jumlah produksi terbesar bahan galian adalah komoditi andesit, yaitu Rp 399.075,00.

4.2.1.5. Fasilitas Pariwisata

Kebijakan, strategi, serta program pembangunan seperti yang tertuang dalam Perda No.1 tahun 2004 tentang Renstra Pemerintah Provinsi Jawa Barat, mengisyaratkan bahwa pengembangan dan pembangunan sektor pariwisata memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah. Berdasarkan RIPPDA Provinsi Jawa Barat, perencanaan pengembangan wisata difokuskan pada pengembangan Kawasan Wisata Unggulan KWU Provinsi. Objek Daerah Tujuan Wisata ODTW yang dikelompokkan dalam KWU ini diantaranya adalah Pantai Batu Karas dan Pantai Pangandaran. Semua objek wisata yang dikelompokkan dalam KWU ini memiliki daya tarik wisata unggulan berjenis wisata alam pantai dan laut, yaitu Pantai Batu Hiu dan Pantai Indah Pangandaran. Selain daya tarik wisata alam pantai dan laut, KWU Pantai Pangandaran ini juga memiliki daya tarik lainnya misalnya Cagar Alam Pananjung. Keindahan alam “green canyon” atau juga dikenal dengan nama cukang taneuh, serta terdapat area konservasi penangkaran satwa langka penyu hijau. Pada umumnya ODTW di KWU Pantai Pangandaran bertipe mass tourism, seperti terlihat di objek wisata Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Karang Nini dan lainnya. Tetapi disamping itu ada beberapa objek wisata yang memiliki ke khas- an seperti objek wisata Batukaras yang diperuntukkan untuk wisata minat khusus olah raga air selancar surfing. Pesatnya perkembangan ODTW di KWU Pantai Pangandaran ini didukung oleh baiknya dukungan prasara dan sarana baik itu aksesibilitas maupun akomodasi, sehingga tingkat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara cukup tinggi.

4.2.1.6. Fasilitas Jasa

Kabupaten Ciamis merupakan wilayah dengan tingkat ketersediaan fasilitas jasa sedang, dengan jenis fasilitas seperti berikut : • Jasa komunikasi, yaitu memanfaatkan jaringan telepon, televisi, dan surat kabar. Warung telepon dan telepon seluler sebagian telah masuk hampir merata di semua daerah, tetapi warung internet masih langka. • Jasa Koperasi Unit Desa KUD sudah cukup merata dan berjalan baik. .

V. EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat dengan kasus, Kabupaten Indramayu di pantai utara dan Kabupaten Ciamis di pantai Selatan. Penelusuran mengemukakan adanya UU dan PP yang dijadikan acuan yaitu UU No 32 Thn 2004, UU No 33 Thn 2004 dan PP No 25 Thn 2000. Fenomena dilapangan menunjukkan bahwa aspek ekonomi seperti pemanfaatan pesisir untuk tambak ikan, wisata, pelabuhan dan permukiman serta industri banyak dijumpai menggantikan ekosistem hutan mangrove yang berfungsi ekologis. Proses evaluasi diselesaikan menggunakan teknik KBMS yaitu transfer knowledge seorang atau lebih knowledge expert melalui diskursus dengan menggunakan sistem teknologi transformasi Di pesisir Utara pemerintah memberikan perhatian kepada sektor perikanan dan sektor yang relatif baru yaitu migas , di pesisir Selatan pemerintah memberikan perhatian kepada sektor perikanan dan pariwisata Teknik KBMS didukung oleh 7tujuh parameter yaitu Optimalisasi pelaksanaan tata ruang dan lingkungan, Ketersediaan prasarana dan sarana, Pembangunan industri berbasis wilayah pesisir, Proporsi dana pembangunan wilayah pesisir dalam APBD, Rejim penguasaan pemerintah, Program pemberdayaan masyarakat melalui CSR dan Pengembangan sektor pariwisata, perikanan, pertanian, perkebunan dan migas yang berperspektif mitigasi bencana. Berdasarkan pengelompokan parameter dan permutasi diperoleh 24 rule base dengan hasil diskursus yang menyimpulkan bahwa kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Jawa Barat khususnya Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Ciamis masih perlu diarahkan pada konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu Integrated Coastal Zone Management , karena masih sektoral dan bias daratan sehingga belum optimal pemanfaatannya. Selanjutnya di Kabupaten Indramayu perencanaan pengembangan wilayah pesisir dan penguasaan pemerintah melalui program pemberdayaan masyarakat bantuan Pertamina sudah cukup baik, kecuali di dalam pengembangan sektor pariwisata yang kurang mendapat perhatian dengan baik. Di Kabupaten Ciamis, pengembangan sektor pariwisata dan perikanan sudah merupakan salah satu sektor unggulan dalam pengembangan wilayah pesisir. Kata Kunci : transfer knowledge, diskursus, teknologi informasi, parameter, rule base, terpadu

5.1. Pendahuluan