III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Indramayu, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, dan wilayah pesisir Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis. Letak Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Ciamis dalam peta skematis Provinsi Jawa Barat ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Lokasi penelitian pada peta skematis Provinsi Jawa Barat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2007
sampai pertengahan Juni
2008. Pertimbangan penentuan lokasi adalah sebagai berikut :
1. Di Indonesia ada dua setting lingkungan pesisir yang berbeda yang dilanda oleh bencana gelombang badai, yaitu pesisir yang menghadap samudera
Hindia dan pesisir yang berada di lingkungan dalam perairan Indonesia, yaitu wilayah pesisir Indramayu yang menghadap ke timur Setyawan, 2007.
2. Selain gelombang pasang, pantai utara Jawa juga terkena abrasi pantai yang mengakibatkan hilangnya lahan daratan pesisir pantai dan bergesernya
garis pantai ke daratan, serta akresi yang mengakibatkan timbulnya lahan daratan di muara-muara sungai DKP dan DPU, 2007.
3. Kawasan pantai Pangandaran adalah andalan sektor pariwisata Provinsi Jawa Barat yang pada tahun 2006 baru saja mengalami bencana tsunami
Bapeda Provinsi Jawa Barat, 2007.
47
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan gabungan pendekatan manajemen bencana Carter, 1991, mitigasi bencana Coburn, et al 1994, pemanfaatan sumberdaya
alam terkendali Munasinghe, 1993; Allison dan Horemans, 2006, pengelolaan wilayah pesisir terpadu Dahuri et al., 1996; Cicin-Sain dan Knecht, 1998; Kay
and Alder, 1999; Peng et al., 2006, dan kebijakan pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi penelitian, 2008 sebagaimana telah
dijelaskan dalam Bab II terdahulu. Pendekatan
manajemen bencana untuk mengetahui siklus penanggulangan bencana, mitigasi bencana untuk mengetahui upaya
pengurangan risiko bencana alam secara struktural dan non struktural; pemanfaatan sumberdaya alam terkendali untuk mengetahui apakah kegiatan
tersebut sudah melampaui ambang batas pemanfaatan ekosistem alamiah atau belum; pengelolan wilayah pesisir terpadu untuk mengetahui apakah diantara
pihak terkait secara horizontal dan vertikal sudah terpadu atau belum; dan kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Indramayu dan Ciamis sudah
terpadu berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana belum Gambar 17.
Gambar 17. Matrik keterkaitan pendekatan dalam penelitian
Berdasarkan Gambar 17 di atas, keterkaitan keempat pendekatan yaitu :
Manajemen dan mitigasi bencana, pemanfaatan sumber daya alam terkendali, pengelolaan wilayah pesisir terpadu, dan kebijakan pengembangan wilayah
pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana P2B2MB dapat diberikan nilai berdasarkan aspek keterkaitannya. Sebagai contoh KP2B2MB
Kebijakan pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan beprspektif
mitigasi bencana P2B2MB Penelitian, 2008
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu
Dahuri et al., 1996; Peng, 2006 Pemanfaatan sda terkendali
Munasinghe, 1993; Alison and Horeman, 2006;
Manajemen dan Mitigasi Bencana Carter, 1991; Coburn, 1994
T=1 T=1
ST=2 ST=2
T=1 T=1
1 3
3 1
4
4
48 dengan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, keduanya membahas keterpaduan
di wilayah pesisir yaitu ICZM, jadi KP2B2MB terkait T dengan pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan diberi nilai 1. Pengelolaan wilayah pesisir terpadu
dengan pemanfaatan sumberdaya terkendali keduanya selain membahas keterpaduan di wilayah pesisir juga sudah membahas manfaat indikator,
sehingga sangat terkait ST dan diberi nilai 2 kemudian seterusnya keterkaitan diantara keempat kegiatan.
Matriks Keterkaitan pendekatan menghasilkan nilai sebagai berikut : •
P2B2MB memperoleh nilai 4 •
Pengelolaan wilayah pesisir terpadu memperoleh nilai 1 + 3 = 4. •
Pemanfaatan sumber daya alam terkendali memperoleh nilai 1 + 3 = 4 •
Manajemen dan Mitigasi Bencana memperoleh nilai 4 Dengan demikian melalui matrik tersebut di atas dapat diketahui nilai keterkaitan
antarpendekatan sekaligus nilai total dari setiap pendekatan dan ternyata sama, dengan demikian pendekatan penelitian yang akan dilaksanakan sudah tepat.
Tahapan pelaksanaan penelitian seperti pada Gambar 18 berikut :
Gambar 18. Tahapan pelaksanaan penelitian Berdasarkan tahapan pelaksanaan tersebut di atas, maka akan ada
sejumlah pakar yang akan menjadi narasumber penyelesaian penelitian ini yang
Tata Laksana
Implementasi Verifikasi dan Validasi
Formulasi Kebijakan
Menggunakan konsep wilayah pesisir dan konsep mitigasi bencana
Telaah Literatur: •
PustakaJurnal •
Laporan •
Kebijakan Observasi
Lapangan: Kasus di
dua lokasi Diskusi dengan
Pakar Multi Disiplin
Pengumpulan data
Basis Data :
Literatur, lapangan,
wawancara dan kebijakan
Basis Model :
Berbagai Sub Model
Basis Pengetahuan :
Diskusi dengan para Pakar Multi
disiplin dengan manajemen
sistem
Mekanisme Inferensi :
Interpretasi terhadap data,
model dan pengetahuan
Identifikasi Sistem :
Mengintegrasikan Komponen
Sistem
Pengembangan Model
49 memahami substansi keseluruhan model. Pakar yang menjadi narasumber terdiri
dari para pakar yang berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat LSM, masyarakat lokal, BUMND, perguruan tinggi dan
dunia usaha terkait dengan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Pakar ditentukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan:
1. Mempunyai pendidikan yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji; 2. Memiliki kredibilitas tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi yang dikaji.
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Dalam merumuskan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang
berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana, data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
dengan pakar kemudian diformulasikan ke dalam analisis kuantitatif. Tabel 2. Jenis dan sumber data
No KEGIATAN
PENELITIAN JENIS
DATA BENTUK
DATA SUMBER
DATA PENGOLAHAN DATA
Teknik Alasan
01 Evaluasi Kebijakan
Pengembangan Wilayah Pesisir
Primer Hasil
wawancara dengan pakar
• Bappenas
• Dep PU
• Dep K dan P
• LIPI
Metode Knowledge
Based Manageme
nt System KBMS
Memperoleh Evaluasi yang
disertai rekomendasi
Sekunder Laporan
PeraturanPerun dangan
02 Identifikasi
Potensi Pengembangan
Wilayah Pesisir Primer
Hasil wawancara
dengan pakar •
Bapeda Jabar
• Dinas PU
Jabar •
Dinas KP Prov Jabar
• Deptan
• Dephut
Metode SWOT dan
Analitycal Hierarchy
Process AHP
Memperoleh faktor-faktor
internal dan ekternal serta
potensi yang merupakan
elemen kunci Sekunder
Laporan PeraturanPerun
dangan
03 Identifikasi
Potensi Penyebab
Bencana Primer
Hasil wawancara
dengan pakar •
BPBD Kab.
Ciamis dan Indramayu
• BPBD Prov.
• Dep. K dan P
• Bakornas PB
Interpretive Structural
Modeling ISM
Memperoleh manfaat
ganda, yaitu Elemen Kunci
dan Kekuatan Pendorong
Sekunder Laporan
kronologis bencana alam
04 Identifikasi Upaya
Mitigasi dan Kajian Efektivitas
Keberhasilan Mitigasi Bencana
Primer Hasil
wawancara dengan pakar
• LIPI
• Dep K dan P
• Dep PU
• BNPB
Interpretive Structural
Modeling ISM dan
Metode Perbanding
an
Ekspo nensial
MPE Memperoleh
manfaat ganda, yaitu
Elemen Kunci dan Kekuatan
Pendorong dan
Perbedaan sangat
signifikan Sekunder
Laporan kronologis
kejadian bencana alam
05 Penyusunan
arahan Kebijakan Primer
Hasil wawancara
dengan pakar •
LIPI •
BNPB •
Bappenas •
Dep PU •
Dep K dan P •
LIPI Analitycal
Hierarchy Process
AHP Pemanfaatan
yang luas dgn Sistem
Penilaian Berjenjang
Sekunder Laporan
kronologis kejadian
bencana alam
50 Data sekunder diperoleh dari instansi terkait Bappenas, BNPB,
Departemen. Pekerjaan Umum, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI, Bapeda Provinsi Jawa Barat, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat,
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Satkorlak PBBPBD Provinsi Jawa Barat dalam bentuk peraturan perundangan. Adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam tahap implementasi rancangan, diperlukan data yang akurat sehingga dapat dilaksanakan validasi model dengan metode triangulasi
triangulation methods yaitu penelusuran datainformasi dari tiga sisi, yaitu: 1 melalui studi literatur, 2 melalui observasi lapangan, dan 3 melalui kuisioner
survey pakar expert survey methods. Penggunaan ketiga metode ini dapat
saling melengkapi complementary informasi yang dibutuhkan sehingga dalam menangkap realitas masalah lebih bisa diandalkan Eriyatno dan Sofyar, 2007.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: peta tematik baik dalam bentuk digital maupun hard copy, yang memuat land use, land cover, dan
topografi serta risiko bencana. Sedangkan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain: software Model Kebijakan Pengembangan Wilayah
Pesisir yang Berkelanjutan dan Berperspektif Mitigasi Bencana MKP2BMB, serta personal computer dan scanner. Untuk merekam peristiwa penting akan
digunakan camera dan video recorder.
3.2.3. Metode Analisis Data
Persoalan yang dihadapi dalam model arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana sangat
kompleks, dinamis, dan probabilistik. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan permodelan. Menurut Eriyatno 2007 dan Marimin 2007 langkah-langkah
dalam permodelan meliputi:
o Rekayasa model, meliputi jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
dan membuat model konseptual; o
Membuat kerangka analisis Gambar 19 o
Menentukan alat analisis, terdiri dari 5 metode yaitu pengetahuan berbasis manajemen sistem KBMS, gabungan AHP dan SWOT ASWOT,
permodelan interpretasi struktural ISM, perbandingan eksponensial MPE, dan analisis proses berjenjang AHP;
51 o
Merumuskan arahan kebijakan; o
Menentukan pakar dan membuat jadwal penelitian.
Gambar 19. Kerangka analisis Adapun model yang dirancang diberi nama KP2B2MB Gambar 20.
Gambar 20. Konfigurasi model arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan berperspektif mitigasi bencana KP2B2MB
Faktor Sustainable Development dan Mitigation
Strategi yang diusulkan : Pro Growth, Pro Job, Pro Poor dan Pro Mitigation
Strategi Pem bangunan : Pro Growth, Pro Job dan Pro Poor
Identifikasi Upaya Mitigasi
dan Efektifitas Keberhasilan
ISM - MPE
Identifikasi Potensi
Bencana Alam di
Wilayah Pesisir
ISM
Identifikasi Potensi
Pengemban gan Wilayah
Pesisir
SWOT + AHP
Evaluasi Implementasi
Kebijakan Pengembang
Wilayah Pesisir
KBMS
Alternatif Kebijakan
Pengem Wil Pesisir Lanjutan
Berperspektif
Mitig Bencana AHP
Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan dan berperspektif Mitigasi Bencana dengan karakteristik Pantura dan Panselat Pulau Jawa
INDIKATOR MKP2B2MB
Sub Model Kajian Efektivitas dan Penentuan
Mitigasi Bencana Sub Model Potensi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir
Sub Model Evaluasi Implementasi Kebijakan
Wilayah Pesisir
KONSEP
• Pembangunan
Berkelanjutan •
Pengembangan Wilayah Pesisir
• Pengurangan
Risiko Bencana
Mekanisme Inferensi
Sistem Pengolahan Terpusat
Kebijakan Pengembangan Wilayah Sub Model Alternatif
Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir yang
Berkelanjutan dan Berperspektif Mitigasi
Sub Model Identifikasi Potensi Pengembangan
Wilayah Pesisir Data Identifikasi Potensi
Pengembangan Wilayah Pesisir
Data Identifikasi Potensi Bencana Alam di Wilayah
Pesisir Data Evaluasi
Implementasi Kebijakan Wilayah Pesisir
Data Kajian Efektivitas dan Penentuan Mitigasi
Bencana Alam di Wilayah Pesisir
Alternatif Kebijakan Pengembangan Wilayah
Pesisir Berkelanjutan perperspektif Mitigasi
52 Kelima metode yang dipergunakan sebagai alat analisis tersebut yaitu:
• Pengetahuan berbasis manajemen sistem KBMS, adalah pengalihan
pengetahuan knowledge sharing pakar kepada peneliti melalui dialog dengan bantuan teknik komputer Marimin, 2007. Hasilnya berupa lampiran kerja
working sheet disimpan dalam mesin inferensi inference engine sebagai pencari solusi. Komponen basis pengetahuan dalam KBMS selain dapat
direpresentasikan dengan pengetahuan statik declarative knowledge, bisa juga direpresentasikan dengan pengetahuan dinamik procedural knowledge,
yaitu representasi menggunakan kaidah produksi dan representasi logika. Teknik berbasis kaidahaturan rule base yaitu teknik pengembangan yang
menggunakan pernyataan-pernyataan IF premis pernyataan dan THEN aksikesimpulan
• Gabungan AHP dan SWOT ASWOT untuk mengidentifikasi potensi
pengembangan wilayah pesisir. SWOT Humprey, 1960 menentukan faktor internal kekuatan dan peluang dan faktor eksternal kelemahan dan
ancaman yang akan menjadi elemen faktor dalam struktur berjenjang AHP. AHP Saaty, 1993 menentukan prioritas kebijakan dengan menangkap secara
rasional persepsi stakeholder, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak terukur intangible menjadi faktor-faktor terukur tangible sehingga dapat
dibandingkan. Penggunaan kedua metode tersebut SWOT dan AHP yang selanjutnya disebut ASWOT, dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan
secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik
• Permodelan interpretasi struktural ISM untuk mengidentifikasi potensi
bencana alam di wilayah pesisir dan upaya mitigasi bencana. Metode ISM Marimin, 2007 yang berbasis komputer ini digunakan untuk membantu
mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. Tahapan ISM antara lain: inisialisasi pakar, elemen, dan data
antarelemen, agregasi model, dan penentuan elemen driver power sumber bencana. Sumber potensi bencana ditentukan berdasarkan elemen yang
mempunyai driver- power tertinggi dan dependence terendah. Diawali dengan menentukan elemen pembentuk ISM, yaitu jenis bencana yang potensial terjadi
dan upaya mitigasinya serta menentukan keterkaitan pengaruh antarelemen
53 melalui diskursus dengan para pakar VAXO. Selanjutnya menetapkan
hubungan kontekstual antarelemen dan menyusun matriks SSIM dan RM sehingga menemukan elemen kunci.
• Metode perbandingan eksponensial MPE untuk menentukan bentuk mitigasi
bencana paling efektif, yaitu kesesuaian dengan kriteria pelaksanaan di lapangan. MPE Maarif dan Tanjung, 2003 merupakan salah satu metode
pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Penilaian yang diberikan dalam hal ini telah
ditetapkan sebelumnya. Skor item label penilaian kriteria yang digunakan dibagi ke dalam 3 tiga level skala yaitu tinggi T, sedang S, dan rendah R.
Hal yang sangat penting dalam metode ini adalah penentuan bobot dari setiap kriteria yang ada. Kemampuan dari orang yang memberikan judgement
sangat berpengaruh terhadap validitas hasil dari metode keputusan ini. •
Analisis proses berjenjang AHP seperti penjelasan diatas untuk memilih alternatif kebijakan dan merumuskan arahan kebijakan pengembangan
wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana. Prinsip dasar penyelesaian persoalan dengan metode AHP adalah decomposition,
comparative judgement, synthesis of priority, dan logical consistency. Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan
wawancara langsung terhadap responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan tersebut. Jika
responden merupakan kelompok, maka seluruh anggota diusahakan memberikan pendapat judgement.
Kelima metode tersebut dikemas dalam model kebijakan pengembangan wilayah pesisir berkelanjutan berperspektif mitigasi bencana disingkat
MKP2B2MB Gambar 21.
54
Gambar 21. Halaman pertama program aplikasi MKP2B2MB dengan lima model dan alat analisis yang berbeda.
3.3. Batasan Penelitian