persen dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani Non Mina Padi. Hal ini berarti alokasi biaya untuk pestisida sistem non mina padi bisa lebih murah jika
dilakukan penyemprotan dengan lebih cepat.
7.2. Analisis Biaya Usahatani Padi Sawah
Analisis biaya usahatani dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalankan usahatani padi. Biaya usahatani merupakan
korbanan yang harus dikeluarkan. Dalam analisis biaya usahatani padi sawah dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Berikut
analisis biaya usahatani padi sawah petani responden:
7.2.1. Biaya Tunai
Biaya tunai yang dikeluarkan dalam usahatani padi sawah terdiri dari biaya penggunaan benih padi, pupuk kimia, pestisida, pupuk kandang, tenaga
kerja ternak, tenaga kerja mesin, tenaga kerja luar keluarga, biaya transportasi, biaya sakap, sewa alat pertanian yakni semprotan, pajak lahan dan sewa lahan.
Untuk sistem mina padi biaya tunainya bertambah dari pemasukkan input benih ikan dan pakan ikan. Sedangkan penyusutan peralatan pertanian dan perikanan,
jumlah HOK yang dikeluarkan untuk pemanenan mina padi yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga, benih ikan dan pakan ikan tergolong kedalam biaya
tidak tunai. Biaya tunai untuk sistem mina padi mengambil bagian 59,57 persen dari
total biaya dan sisanya 40,43 persen untuk biaya tidak tunai. Sedangkan untuk sistem non mina padi, biaya tunai mengambil bagian sekitar 82,83 persen dari
total biaya dan sisanya 17,17 persen adalah biaya tidak tunai. Dari angka tersebut dapat dianalisis bahwa untuk usaha sistem mina padi, korbanan biaya tunainya
lebih sedikit untuk mendapatkan penerimaannya. Untuk sistem mina padi bahkan hampir 50 persen biaya tidak tunai adalah bagian dari biaya total. Hal ini
dikarenakan oleh petani yang tidak mampu menyewa tenaga kerja luar keluarga sehingga mengusahakan tenaga kerja dalam keluarga, belum lagi pendapatan mina
padi yang berasal dari ikan yang sebagian besar berasal dari benih yang dibuat sendiri dan mendapat pakan alami langsung dari biota di sawah dan dedak dari
hasil penggilingan hasil panen sebelumnya. Sedangkan untuk sistem non mina padi, membutuhkan korbanan biaya tunai yang lebih besar bahkan hampir
mendekati 100 persen. Kedua sistem tersebut biaya tunainya lebih besar dari biaya tidak tunainya. Untuk itu memerlukan modal yang cukup untuk menjalankan
usaha padi sawah ini terutama sistem non mina padi. Jika tidak memiliki modal untuk usaha padi sawah baik itu mina padi
maupun non mina padi, petani dapat memilih sistem ‘ngepak’ untuk tenaga kerja dan sakap untuk lahan yang bukan milik sendiri. Sehingga biaya yang dikeluarkan
dapat dibayar nantinya pada saat panen dengan natura. Namun untuk korbanan biaya pada Lampiran 4 dan Lampiran 5 dapat dianalisis bahwa biaya untuk lahan
sakap dan tenaga kerja luar keluarga untuk kedua sistem ini berpartisipasi paling besar untuk menyumbang biaya dari persentase biaya tunai. Untuk mina padi
18,01 persen TKLK Tenaga Kerja Luar Keluarga dan 14,74 persen untuk biaya sakap. Untuk sistem non mina padi bahkan lebih besar sekitar 31,49 untuk biaya
TKLK dan 18,42 persen untuk biaya sakap. Dari hal tersebut diatas dapat dianalisis bahwa sistem sakap dapat membantu petani yang kekurangan modal
namun petani sulit berkembang jika mengandalkan sistem ini karena biayanya sangat besar.
a. Biaya Benih