Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

1. •Sistem usahatani padi sawah dengan metode mina padi di Desa Tapos I dan Tapos II secara umum hampir sama dengan sistem mina padi di daerah lain terutama di Jawa Barat. Namun usahatani mina padi di daerah ini masih tergolong ke mina padi pembibitan karena hasil panen usahatani mina padi ini cenderung dijadikan bibit bagi usaha perikanan lain di daerah ini. •Jika irigasi tersedia melimpah, maka petani akan berusaha mengusahakan padi sawah minimal satu kali penanaman dalam setahun. Selain menurut petani untuk kebutuhan konsumsi dan dinilai menguntungkan, hal tersebut dapat menjaga keseimbangan dan kesuburan tanah. Dan jika air bukan hanya melimpah, namun stabil ketersediaannya, maka petani akan berusaha memelihara ikan di sawah. •Menurut persepsi seluruh petani responden dan hasil analisis data, benih padi varietas IR64 dinilai memiliki karakteristik benih terbaik disawah karena memiliki produktivitas tertinggi, umur panen yang relatif lebih cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit. Sedangkan benih padi varietas Ciherang menempati urutan kedua karena memiliki produktivitas terbanyak yang paling mendekati IR64, masa tanam yang relatif cepat bahkan hampir mendekati kecepatan IR64 dalam masa tanam dan memiliki keunggulan lebih tahan terhadap lebih banyak variasi serangan penyakit. Dengan berkonsentrasi pada kedua varietas ini, pemerintah dapat meningkatkan kuantitas padi dengan masa tanam yang relatif lebih singkat sehingga pemerintah dapat meningkatkan pasokan beras dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Jika penggunaan bibit ini dibarengi dengan penerapan sistem mina padi sebagai penghasil padi sekaligus ikan, dapat lebih memperkuat ketahanan pangan di masa yang akan datang terutama bagi penyediaan sumber karbohidrat dan protein hewani sekaligus. 2 •Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat bahwa petani mina padi pendapatan kotornya sebesar Rp 7.917.265,01 dan pendapatan bersihnya Rp 5.069.663,91 lebih besar dari petani non mina padi yang pendapatan kotornya sebesar Rp 5.393.098,12 dan pendapatan bersihnya RP 4.375.727,33. Dengan produktivitas yang lebih rendah sekalipun, sistem mina padi dapat lebih memaksimalkan pendapatan kotor dan bersih dari lahan sawah dibanding sistem non mina padi. Pendapatan kotor petani mina padi turun menjadi Rp 3.209.500,31 dan pendapatan bersih menjadi Rp 361.899,20. Sedangkan untuk petani non mina padi pendapatan kotornya turun menjadi Rp 3.816.557,36 dan pendapatan bersihnya menjadi Rp 2.799.186,57. Untuk kedua sistem pengusahaan padi terjadi penurunan. Namun untuk sistem mina padi penurunan pendapatan yang terjadi terlalu drastis dibanding non mina padi. •Penurunan produktivitas mina padi dari 5,63 tonHa menjadi 3,02 tonHa menyebabkan pendapatan mina padi pun menurun. Hal ini disebabkan oleh dilema yang dihadapi oleh petani mina padi didaerah penelitian. Jika penyemprotan dilakukan secepatnya pada saat padi diketahui telah terserang penyakit atau pada saat penyakit mulai mewabah dari petak yang satu ke petak yang lain, petani enggan untuk langsung menyemprot karena benih ikan belum siap untuk dipanen. 3. •Pada saat tidak terserang penyakit nilai RC petani sistem mina padi atas Biaya Tunai dan Biaya Tidak Tunai 3,64 dan 2,12. Nilai tersebut lebih besar dari Nilai RC sistem non mina padi atas Biaya Tunai dan Tidak Tunai yakni 3,19 dan 1,98. Namun pada saat terserang penyakit nilai RC atas Biaya Tunai dan Tidak Tunai sistem mina padi 1.94 dan 1,24. Nilai tersebut lebih rendah dibanding sistem non mina padi 2,78 dan 1,65. •Dari penelitian ini dapat dikaji bahwa bertambahnya faktor resiko yang muncul yang harus ditanggung petani yang mengusahakan sistem mina padi. Khususnya jika penyakit yang muncul tidak dapat diatasi oleh ikan. Jika ikan tidak dapat mengatasi hama dan penyakit di sawah, ikan akan menjadi penghalang petani untuk melakukan penyemprotan. Dalam kondisi tersebut, petani harus memilih salah satu alternalif usaha antara ikan atau padi. •Jika petani berusaha mempertahankan keduanya, tetap melakukan penyemprotan tapi menunda-nunda waktunya, penyakit atau hama akan menyerang lebih kuat dan mempengaruhi produktivitas padi. Hal tersebut terjadi pada petani mina padi di Desa Tapos I dan Tapos II yang sebagian besar mempertahankan kedua usahanya. Meskipun pendapatan turun bahkan hampir setengahnya, namun pendapatan petani rata-rata atas biaya tunai maupun biaya total masih untung karena RC masih diatas satu.

8.2. Saran

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Budidaya Nonorganik, Semiorganik, dan Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

3 187 177

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Analisis Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Saluran Irigasi (Studi Kasus: Desa Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun)

8 82 59

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 20 112

Analisis Profitabilitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Luas dan Status Kepemilikan Lahan (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

4 42 110

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TABELA DAN SISTEM TAPIN DI DESA PEBUAR KECAMATAN JEBUS KABUPATEN BANGKA BARAT SKRIPSI

0 0 16