dapat meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan non mina padi penerimaannya hanya dari padi.
Benih ikan yang di panen sebagian besar berada pada golongan benih Belo yakni yang berukuran 3,0 - 5.0 cm dengan berat 3.0 - 5.0 gekor terutama yang
ditanam pada saat telur ditetaskan yakni golongan Larva. Benih yang ditanam pada golongan Belo biasanya dipanen dengan ukuran 5.0-8.0 cm dengan berat
8,0- 10.0 gekor yang termasuk golongan benih Ngaramo.
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang pada sistem mina padi lebih besar rata-ratanya yakni Rp1.125.490,20 atau sekitar 15,98 persen dibandingkan non mina padi yakni
Rp10.666,67 dengan persentase 0,18 persen. Seluruh pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran kambing dan domba. Selain lebih menyuburkan,
pupuk kambing dan domba lebih terbiasa di gunakan oleh petani di daerah penelitian. Pupuk kambing dan domba dibeli dengan harga Rp 6000 per
kilogramnya. Karena mahal, petani di dua desa ini mencari ditempat atau desa lain yang harganya lebih murah bahkan jika perlu gratis.
Tabel 16. Rata-Rata Penggunaan Pupuk Kandang Usahatani Padi Sawah menurut Sistem Mina Padi dan Non Mina Padi
Pupuk kandang Mina Padi
Non Mina Padi Biaya
Biaya Rata- rata Rp
Persentase Biaya Rata-
rata Rp Persentase
Biaya Tunai 96.000,00
1,36 26.666,67
0,45 Biaya Tidak
Tunai 1.125.490,20
15,98 10.666,67 0,18
Harga pupuk kandang di dua desa ini cenderung mahal karena umumnya kambing jarang dipelihara. Kalau pun petani memeliharanya, kotorannya
terkadang dirasa tidak mencukupi bagi kebutuhan sawah sendiri karena satu keluarga umumnya hanya memelihara satu atau dua ekor dipekarangan rumah dan
tidak semua keluarga tani memeliharanya. Dari angka di atas dapat dilihat bahwa lahan untuk sistem mina padi bukan
hanya mengoptimalkan pupuk kimia namun juga mengoptimalkan pupuk kandang untuk mendongkrak kesuburan tanah. Pada umumnya petani responden yang tidak
memiliki modal yang cukup untuk membeli pupuk kimia akan mengusahakan pupuk kandang yang umumnya didapat dengan gratis dari penduduk atau tetangga
di sekitar rumahnya.
d. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa Tenaga Kerja Luar Keluarga lebih besar rata-rata HOK yang dibutuhkan dibanding Tenaga Kerja Dalam Keluarga.
Tenaga Kerja Luar Keluarga sekitar 107,1 HOKHa dari total HOK non mina padi yang dibutuhkan sekitar 163,67 HOKHa dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
adalah sisanya yakni sekitar 56,58 HOKHa. Untuk sistem mina padi, Tenaga Kerja Luar Keluarga sekitar 89,80 HOKHa dan Tenaga Kerja Dalam keluarga
109,70HOKHa untuk total rata-rata 199,5 HOKHa. Pada angka tersebut dapat dianalisis bahwa tenaga kerja untuk sistem mina
padi total rata-ratanya lebih besar dibanding non mina padi. Hal ini terjadi karena adanya ikan disawah menyebabkan pemeliharaan dan pemanenan ikan menambah
tenaga yang dikeluarkan disawah. Sedangkan untuk TKDK persentasenya sangat besar pada sistem mina padi karena pada umumnya lahan yang dimiliki oleh
petani merupakan lahan-lahan sawah yang tidak seluas lahan non mina padi,
modal yang dimiliki pun lebih terbatas sehingga keluarga tani menggerakkan tenaga dengan lebih besar dan menggerakkan anggota keluarga yang sudah
dewasa untuk turun kesawah guna memperkecil pengeluaran HOK untuk luar keluarga.
Pada latar belakang pendidikan formal dapat kita lihat bahwa petani didua desa ini sebenarnya ingin meningkatkan pengalaman serta wawasan mereka lewat
pendidikan formal. Namun keadaan disekeliling mereka, entah itu dari segi ekonomi maupun keluarga, tidak mendukung apa yang mereka cita-citakan.
Bahkan salah seorang respoden yang sama sekali tidak ingin mejadi petani namun dipaksa oleh orang tuanya.
Hal ini menjadi pengalaman berharga bagi sebagian besar keluarga tani di dua desa ini. Mereka tidak pernah memaksa anak-anak mereka untuk turun
disawah membantu orang tuanya, karena menurut petani mereka tidak ingin membatasi hak anak-anak mereka seperti mereka diperlakukan dahulu. Tidak
heran, tenaga kerja anak sangat rendah masuk dalam bagian HOK keseluruhan. Itu pun bukan paksaan dari orang tua, namun karena keterbatasan ekonomi keluarga
baru yang merupakan tanggungannya sebagai seorang suami. Karena tenaga kerja anak yang membantu sudah cukup umur bahkan hampir semuanya telah
berkeluarga, maka tenaganya digolongkan kedalam Tenaga Kerja Pria dan Tenaga Kerja Wanita 0,8 HOK.
Pada tingkat pendidikan ini pula dapat kita lihat latar belakang mengapa usahatani di dua desa ini masih tergolong tradisional atau sederhana. Dengan latar
belakang pendidikan yang rendah, petani akan sulit menerima masukan secara teori dari PPL karena telah terbiasa dengan praktek dan pengalaman. Dengan
adanya pendidikan formal, dapat menyeimbangkan pengalaman yang sudah atau akan didapat nantinya dikemudian hari. Dalam dunia pertanian ke arah yang lebih
maju, dibutuhkan perpaduan kombinasi informasi secara teori dan pengalaman yang seimbang untuk dijadikan bahan pertimbangan.
e. Penyusutan Alat Pertanian dan Perikanan