namun petani sulit berkembang jika mengandalkan sistem ini karena biayanya sangat besar.
a. Biaya Benih
Untuk sistem non mina padi, rata-rata benih yang dipakai sekitar 53,45 KgHa untuk satu musim tanam. 41,67 KgHa merupakan volume benih yang
dikeluarkan lewat biaya tunai dan sisanya 11,78 KgHa lewat biaya diperhitungkan. Sedangkan untuk sistem mina padi, rata-rata benih yang dipakai
sekitar 46,54 KgHa untuk satu musim tanam dengan perbandingan volume 39,16 KgHa lewat biaya tunai dan sisanya 7,38 KgHa lewat biaya tidak tunai.
Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biaya benih padi untuk non mina padi lebih besar bila dibandingkan dengan yang mina padi. Namun dari persentase
dari biaya total rata-rata, persentase penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk benih padi sistem mina padi lebih besar yaitu senilai 4,31 persen lewat biaya tunai
dan 0,57 persen lewat biaya tidak tunai, sedangkan non mina padi senilai 3,83 persen lewat biaya tunai dan 1,06 persen lewat biaya tidak tunai.
Tabel 11. Rata-Rata Penggunaan Benih Padi Usahatani Padi Sawah
menurut Sistem Mina Padi dan Non Mina Padi Benih Padi
Mina Padi Non Mina Padi
Biaya Biaya
Rata-rata Rp
Persentase Biaya
Rata-rata Rp
Persentase
Biaya Tunai Biaya Tidak Tunai
303.531,59 39.882,35
4,31 0,57
226.967,57 62.533,33
3,83 1,06
Jumlah 343.413,94 4,88
289.500,9 4,89
Jika diperhatikan dalam volume total per satuan hektar akan nampak bahwa sistem non mina padi menggunakan volume benih padi yang lebih besar
sekitar 53,45 KgHa-nya dibanding mina padi yang hanya 41,67 KgHa. Hal ini juga dapat meningkatkan biaya tunai dan tidak tunai non mina padi untuk benih
padi. Meskipun volume benih padi sistem non mina padi lebih besar, namun biaya yang dikeluarkan tetap lebih kecil karena 11,78 KgHa-nya berasal dari benih
yang dibuat sendiri yang harganya relatif lebih murah dari benih yang tersedia ditoko
b. Biaya Pupuk Kimia
Biaya yang digunakan untuk pupuk kimia seperti Urea dan TSP pada umumnya sangat mendominasi khususnya bagi petani yang bermodal sedikit dan
berlahan sempit. Karena biaya untuk tenaga kerja luar keluarga telah diganti dengan tenaga kerja dalam keluarga. Sementara pupuk kimia sangat sulit untuk
diganti. Pupuk kandang dianggap masih belum dapat menyamai kekuatan pupuk kimia dalam mendongkrak produktivitas padi pada saat panen.
Berdasarkan Tabel 9, jenis dan dosis yang digunakan petani masih belum sesuai dengan standar tanah umumnya yaitu menggunakan pupuk Urea, TSP atau
SP-36, KCl dan ZA dengan dosis berturut-turut sebesar 200 kg, 150 kg dan 100 kg per hektar lahan per musim tanam. Sebagian besar petani responden
menggunakan pupuk Urea dan TSP. Hanya sebagian kecil yang menggunakan KCl dan ZA.
Menurut pendapat petani, Urea dan TSP sangat berpengaruh nyata bagi hasil produksi jika tidak digunakan. Sedangkan KCl dan ZA dianggap tidak
terlalu berpengaruh, bahkan beberapa petani diantaranya beranggapan tidak melihat pengaruh apapun terhadap hasil produksi jika KCl dan ZA tidak
digunakan. Hal ini menurut petani berdasarkan pengalaman mereka selama bertahun-tahun dan dirasakan pula oleh petani-petani lain yang mengusahakan
padi sawah. Untuk dosis yang digunakan, jika tingkat kesuburan tanah atau kelas
tanahnya rendah, mereka pada umumnya meningkatkan dosis Urea dan TSP. Hal ini dinilai dapat mempengaruhi hasil produksi secara signifikan. Menurut petani,
anjuran PPL tersebut hanya berlaku untuk tanah subur umumnya. Belum tentu dapat berlaku pada semua lahan seperti lahan mereka. Dari hal yang dikemukakan
petani diatas dapat dianalisis bahwa penggunaan jenis dan dosis pupuk kimia di dua desa ini tergantung pada hasil atau produktivitas padi. Penggunaannya tidak
mempedulikan dampak pada lahan atau keseimbangan ekosistem, namun yang terpenting hasil padi dapat meningkat agar penerimaan keluarga tani meningkat.
Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Pupuk Kimia Usahatani Padi Sawah
menurut Sistem Mina Padi dan Non Mina Padi Pupuk Kimia
Mina Padi Non Mina Padi
Biaya
Biaya Rata-rata
Rp Persentase
Biaya Rata-rata
Rp Persentase
Biaya Tunai 792.571,68
11,25 635.283,22
10,72
Pupuk Urea berfluktuasi dikisaran Rp 65.000-70.000 per karungnya. Untuk satu karung terdiri dari 50 kg Urea. Jika petani yang memiliki lahan sempit
akan membeli dengan cara eceran yakni per satuan kilo gram dan bukan satuan karung. Jika membeli dengan satuan kilo gram, harga pupuk akan menjadi lebih
mahal dibandingkan jika pupuk dibeli dengan cara grosir. Harga eceran untuk dua desa ialah Rp 1500 kg. Jika dikalikan, Rp 1500kg dikali dengan 50 kg sama
dengan Rp 75.000. Ini berarti lebih mahal dari harga Urea tertinggi yakni Rp 70.000.
Tabel 12 dapat dilihat bahwa biaya rata-rata untuk mina padi lebih besar yakni sekitar Rp 792.571,68 dengan persentase 11,25 persen dibanding yang
digunakan untuk biaya tunai untuk non mina padi yaitu sebesar Rp 635.283,22 untuk persentase 10,72 persen. Hal ini dikarenakan oleh kebutuhan pupuk kimia
bagi lahan mina padi yang kontur tanahnya rata-rata lebih tinggi dari lahan non mina padi yang memiliki kelebihan irigasi yang melimpah dan stabil namun unsur
haranya cenderung tercuci dan terbawa aliran irigasi ke lahan yang lebih rendah. Untuk itu, untuk mendongkrak produktivitas lahan mina padi membutuhkan
konsumsi pupuk kimia yang terutama Urea dan TSP yang lebih banyak.
c. Biaya Pupuk Kandang