I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk mendorong meningkatnya kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh karena itu perlu digalakkan usaha
peningkatan produksi beras sebagai bahan makanan pokok. Indonesia sudah merintis usaha peningkatan produksi beras sejak Pelita I sampai saat ini. Hasilnya
cukup menggembirakan dengan tercapainya swasembada beras pada tahun 1984 Supriadiputra dan Setiawan, 2005.
Lahan sawah yang subur sebagai sumber daya lahan utama produksi beras semakin lama semakin berkurang. Hal ini di akibatkan adanya pergeseran fungsi
lahan ke fungsi non pertanian. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan usaha pendayagunaan lahan yang ada melalui intensifikasi Supriadiputra dan Setiawan,
2005. Tabel
1. Keseimbangan Permintaan dan Ketersediaan Beras untuk
Konsumsi di Indonesia Tahun 2001- 2004
Tahun Kebutuhan ton
Produksi tersedia
ton Defisit ton
2001 32.771.264 30.283.326
2.487.920 2002 33.073.152
30.586.159 2.486.993
2003 33.372.463 30.892.021
2.480.442 2004 33.669.384
31.200.941 2.468.443
Sumber: Statistik Pertanian dan Departemen Pertanian, 2004
Kemudian, beras bukan hanya berfungsi sebagai komoditi pangan dan ekonomis, tetapi juga merupakan komoditas politik dan keamanan. Beras sebagai
makanan pokok tetap mendominasi pola makan orang Indonesia. Hal ini terlihat
dari tingkat partisipasi konsumsi beras yang tinggi yaitu lebih dari 95 persen. Ketergantungan akan beras ini mengakibatkan tingkat permintaan terhadap beras
semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data konsumsi pada Tabel 1 yang dari tahun ketahun semakin meningkat.
Peningkatan produksi beras nasional cukup menggembirakan. Hal ini terlihat pada Tabel 1. Namun, apabila dilihat secara menyeluruh hal itu belum
meningkatkan pendapatan para petani. Pemilikan lahan garapan per kapita yang relatif sempit menjadi alasannya. Salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh
untuk dapat meningkatkan pendapatan petani, yaitu dengan merekayasa lahan pertanian dengan teknologi yang tepat guna. Salah satu cara yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke arah diversivikasi pertanian, misalnya dengan menerapkan sistem mina padi.
Perubahan strategi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan pendapatan petani. Sistem budi daya ikan di sawah merupakan
salah satu sistem yang praktis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan pada areal pertanaman padi sawah yang sempit.
Manusia memerlukan zat makanan lain untuk meningkatkan kekuatan dan kesehatan tubuhnya selain kebutuhan beras, yaitu protein. Kebutuhan protein
dapat dipenuhi oleh sumber protein hewani dan sumber protein nabati. Ikan merupakan salah satu penghasil protein yang sangat baik.
Lahan sawah dimanfaatkan sebagai tempat memelihara ikan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Dengan adanya pemeliharaan ikan di
sawah, maka banyak hal positif yang terkandung didalamnya dan mengikutinya. Misalnya, peningkatan pendapatan petani. Dalam hal ini selain mendapatkan padi,
para petani juga akan memperoleh keuntungan lainnya, yaitu mendapatkan ikan, hama penyakit padi menjadi berkurang, kesuburan tanah meningkat
Supriadiputra dan Setiawan, 2005.
1.2. Perumusan Masalah