dalam perekonomian Indonesia dan negara-negara asia serta berbagai belahan dunia menginspirasi FAO untuk menjadikan tahun 2004 sebagai tahun beras
sedunia. Program ini bertujuan untuk menuntaskan kelaparan dinegara-negara miskin dan berkembang yang penduduknya sangat tergantung konsumsinya pada
komoditi beras.
2.2. Mina Padi
Sistem Mina Padi ialah sistem pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama padi di sawah Afrianto dan Liviawaty, 1998. Usaha semacam ini lebih populer
dengan sebutan “Inmindi” atau Intensifikasi Mina Padi. Umumnya sistem ini hanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran kecil fingerling atau
menumbuhkan benih ikan yang akan dijual sebagai ikan konsumsi. Ikan mas dan jenis karper lainnya merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah,
karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan terhadap panas matahari Suharti, 2003.
2.2.1. Penggolongan Budi Daya Ikan di Sawah
Djiwakusumah 1980 menyatakan bahwa sawah merupakan tempat yang baik untuk memelihara ikan, khususnya ikan mas, karena disawah terdapat jasad-
jasad hewani dan nabati yang langsung dimanfaatkan oleh ikan. Pemeliharaan ikan bersama dengan padi ternyata dapat menaikkan produksi padi, karena
ekskresi ikan dapat memupuk kesuburan tanah dan demikian pula sisa-sisa makanan tambahan yang diberikan kepada ikan, umumnya dedak, dapat bertindak
sebagai pupuk. Di beberapa daerah di Indonesia khususnya di Jawa Barat,
pemeliharaan ikan di sawah sudah lama dilakukan. Jenis budi daya ikan di sawah dikenal tiga macam yakni sebagai penyelang, pengganti palawija, dan tumpang
sari mina padi. Budi daya ikan di sawah pada dasarnya sama, perbedaannya hanya pada saat penanaman, lama penanaman, serta kepadatan penebaran benih ikan. Di
Desa Tapos I dan Desa Tapos II terdapat ketiga sistem ini. Menurut Khairuman dan Amri 2002, bahwa belakangan ini di daerah
Parahyangan atau Jawa Barat muncul variasi lain yang populer dengan istilah parlabek. Dalam praktiknya parlabek dilakukan tidak hanya terkait antara ikan dan
tanaman padi tetapi dengan memadukan tiga komoditas sekaligus, yaitu pemeliharaan ikan, padi, dan pemeliharaan ternak unggas. Sehingga saat ini budi
daya ikan di sawah semakin beragam yakni :
1 Penyelang
Penyelang adalah usaha pemeliharaan ikan di sawah sebelum penanaman padi. Waktunya tidak terlalu lama, sekitar 3-4 minggu, menunggu padi di
persemaian sampai siap untuk ditanam di sawah. Umumnya kegiatan penyelang lebih cocok dan banyak dilakukan pada saat musim hujan atau awal masuk musim
hujan, saat petani sudah menyemai benih padi di persemaian. Interval waktu menunggu padi di persemaian sampai mencapai ukuran siap tanam inilah yang
dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan. Selanjutnya, setelah dipelihara beberapa minggu, pemanenan ikan dilakukan bertepatan dengan pengolahan tanah sawah
menjelang pertanaman padi baru.
Gambar 2. Salah Satu Lahan Sawah di Desa Tapos I
Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa lahan tersebut telah bersih atau telah selesai diolah dan sedang digenangi sambil memelihara benih ikan. Pada
latar belakang gambar juga tampak garis hijau terang yang merupakan lahan
persemaian untuk lahan ini nantinya.
2 Palawija
Palawija adalah usaha pemeliharaan ikan disawah yang dilakukan setelah padi dipanen dan sawah belum segera digunakan untuk penanaman padi.
Umumnya, pemeliharaan sistem palawija dilakukan setelah selesai panen padi pada musim kemarau. Sambil menunggu datangnya musim hujan sebagai awal
musim tanam berikutnya, sawah dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan. Dengan begitu, pemeliharaan ikan sistem palawija ini dapat dilakukan lebih lama daripada
sistem penyelang, yaitu bisa berkisar 2-3 bulan, dari selesai panen padi pada musim hujan berikutnya. Pemeliharaan sistem palawija lebih cocok dilakukan
pada lokasi yang suplai airnya tersedia sepanjang tahun.
3 Mina Padi
Mina padi biasa juga disebut tumpang sari. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan. Mina padi dapat diartikan
sebagai sistem pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi. Batas masa pemeliharaan ikan pada sistem
mina padi berkisar 45-65 hari. Batas masa pemeliharaan ikan ini terkait erat dengan umur padi. Dalam praktiknya, waktu pemanenan ikan disesuaikan dengan
tujuan penanaman ikan, untuk pendederan atau pembesaran.
4 Parlabek
Parlabek sebenarnya merupakan variasi pemeliharaan ikan di sawah dari sistem mina padi. Parlabek merupakan singkatan dari bahasa sunda Jawa Barat,
par dari kata pare atau padi, la dari kata lauk atau ikan, dan bek dari kata bebek
atau itik. Jadi, parlabek adalah pemeliharaan ikan sistem mina padi yang dikombinasikan denga pemeliharaan bebek atau itik dalam satu unit persawahan.
Itik dalam sistem parlabek dilepas dan bebas berkeliaran di sawah mina padi dan dapat dikandangkan disekitar sawah atau halaman rumah atau pekarangan.
Oka, Swastika dan Sudana 1992 mengemukakan bahwa usahatani sistem mina padi dapat mengurangi pemakaian insektisida maupun tumbuhnya rumput.
Hal ini terjadi karena terciptanya hubungan yang harmonis antara padi, ikan, air, dan tanah. Sehingga tercapai kondisi keseimbangan ekologis yang baik, dengan
demikian serangan hama dan rumput menjadi berkurang. Fagi, Permana dan Syamsiah 1991 mengemukakan bahwa dengan mina
padi, penggunaan pupuk akan lebih rendah dari pemupukan padi tanpa perlakuan
ikan. Rendahnya pemakaian pupuk oleh petani karena adanya korelasi ekologis antara penanaman ikan dengan peningkatan kesuburan tanah, karena kotoran-
kotoran ikan dan makanan yang tidak termakan akan menjadi pupuk bagi tanah dan air secara alami.
2.2.2. Jenis-jenis Padi untuk Mina Padi
Menurut Supriadiputra dan Setiawan 2005, padi yang akan ditanam sebaiknya dipilih yang cocok dengan lahan mina padi. Varietas padi itu harus
memenuhi kriteria berikut : -
Tahan genangan pada awal pertumbuhan -
Ketinggian tanaman sedang - Perakaran dalam
Karena sawah merupakan lahan yang terendam, maka tanaman padi yang ditanam sebaiknya mempunyai perakaran yang dalam dan kuat agar tidak
mudah roboh. - Cepat beranak
Kurang lebih 7 hari setelah penanaman padi, areal akan digenang air. Untuk menghindari keterlambatan pertumbuhan tunas akibat genangan
tadi, sebaiknya dipilih tanaman padi yang cepat bertunas banyak. -
Batang kuat dan tidak mudah rebah Karena banyak air disekitar perakaran, maka kemungkinan air yang
diserap tanaman lebih banyak. Akibatnya, batang tanaman padi menjadi lemah. Untuk mencegah masalah itu, sebaiknya padi yang ditanam
mempunyai batang yang kuat dan tidak mudah rebah.
- Tahan hama dan penyakit
Semua tanaman yang akan ditanam harus mempunyai sifat tahan terhadap hama penyakit.
- Produksi tinggi
- Daun tegak
Untuk memperbanyak sinar matahari yang dapat diterima oleh permukaan daun, sehingga diharapkan hasil fotosintesis besar dan hasil padi tentunya
akan meningkat. -
Rasanya enak sehingga disukai masyarakat
Gambar 3. Padi Varietas IR64 yang Sedang di Tanam di Sawah
Dengan menilik sifat-sifat yang dikehendaki dalam sistem mina padi, maka tanaman padi yang dianjurkan untuk ditanam pada areal mina padi antara
lain IR 64, Ciliwung, Citanduy, Dodokan, Cisadane.
2.2.3. Jenis-jenis Ikan untuk Mina Padi
Menurut Supriadiputra dan Setiawan 2005, agar mendapatkan hasil yang tinggi, ikan yang akan ditebarkan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut :
- Warna tidak mencolok
Hal ini untuk menghindari hewan pemangsa sebab warna yang mencolok akan menarik perhatian hewan pemangsa. Sebaiknya dihindari warna
merah dan kuning keemasan. Paling baik adalah warna gelap. -
Tahan hidup di air dangkal dan panas Ketinggian air pada sistem mina padi biasanya sekitar 20-30 cm dan
bersuhu tinggi. Oleh karena itu, harus dicari jenis ikan yang tahan terhadap dua kondisi tersebut agar pertumbuhan ikan tidak terganggu.
- Dipilih dari induk unggul dan sehat
Apabila ikan yang ditebar berasal dari induk yang unggul dan sehat, maka diharapkan pertumbuhannya akan baik. Induk yang unggul dan sehat
untuk ikan mas, misalnya, yaitu yang berasal dari strain majalaya. -
Disukai oleh masyarakat dan mempunyai harga jual yang memuaskan Selain ikan mas dan tawes, jenis ikan lain yang juga baik dibudidayakan
dengan sistem ini yaitu ikan tambakan, mujair, nila, dan nilem. Menurut Khairuman dan Amri 2002 waktu penebaran benih ikan di
sawah dataran rendah berbeda dengan penebaran di sawah dataran sedang. Di sawah dataran rendah, ikan ditebarkan 5-7 hari setelah tanaman padi, sedangkan
di sawah dataran sedang ikan ditebar 10-12 hari setelah tanam padi. Hal ini disebabkan kecepatan pertumbuhan padi di sawah dataran sedang relatif lebih
lambat. Jika ikan ditebar lebih awal, resiko kemungkinan merusak tanaman padi lebih besar.
Padat penebaran benih ikan disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ukuran padat penebaran ikan mas yang disarankan untuk ditebar di sawah
tercantum di Tabel 2. Untuk ikan jenis lainnya dapat memakai patokan tersebut.
Cara penebaran benih, pada prinsipnya sama dengan cara penebaran yang dilakukan pada sistem penyelang dan palawija, yaitu melalui proses aklimatisasi
atau adaptasi terlebih dahulu.
Tabel 2. Padat Penebaran Benih Ikan Mas
Golongan Benih Ukuran cm
Berat g ekor
Padat Penebaran ekor ha
Kebul larva stadia akhir Putihan
Belo Ngaramo
Ngaduaramo Nelu
0,5 - 1,0 1,0 - 3,0
3,0 - 5,0 5,0 - 8,0
8,0 - 10,0 10,0
- 0,5 - 1,0
3,0 - 5,0 8,0 - 10,0
15,0 - 20,0 20,0 - 25,0
10 - 12 liter 10.000 - 12.500
5.000 - 10.000 3.000 - 5.000
2.500 - 3.000 2.000 - 2.500
Sumber : Suryapermana, dkk. 1994.
2.2.4. Kamalir
Menurut Khairuman dan Amri 2002, dalam budi daya sawah sistem usahatani mina padi terdapat perbedaan bentuk sawah dengan sistem non mina
padi. Pada sistem mina padi, sawahnya terdapat kamalir atau caren yang merupakan saluran yang dibuat dibagian paling dalam petakan sawah. Ada juga
kamalir yang dibuat membelah bagian tengah sawah tegak lurus sejajar sisi lebar pematang.
Di sawah yang dijadikan tempat pemeliharaan ikan, kamalir dibutuhkan sekali. Fungsi utama kamalir dalam pemeliharaan ikan bersama padi di sawah
sebagai berikut: 1.
Melindungi ikan dari kekeringan. Dengan adanya kamalir, sekalipun bagian tengah sawah sudah kering, ikan akan bertahan dikamalir dengan
sisa air yang masih tertinggal di kamalir.
2. Melindungi ikan dari hama. Kamalir yang memiliki kedalaman memadai
akan menjadi tempat berlindung yang aman bagi ikan dari serangan hama, seperti sero atau linsang dan ular.
3. Memudahkan proses pemanenan. Saat panen, sawah disurutkan sampai
tinggal sedikit sehingga ikan akan berkumpul di kamalir yang masih menyisakan air macak-macak. Ikan yang sudah berkumpul di kamalir akan
mudah dipanen. 4.
Tempat memberi makan ikan. Kamalir menjadi tempat memberi makan ikan yang baik karena terletak dibagian pinggiran sawah, sehingga
pemberian pakan akan efektif. 5.
Memudahkan mobiltas ikan. Kamalir merupakan tempat ikan bergerak secara leluasa dan dengan mudah bisa berpindah-pindah ke seluruh
petakan sawah. Kamalir umumnya dibuat dengan lebar 40-45 cm, tinggi 25-30 cm, dan
panjangnya tergantung dari panjang atau lebar petakan sawah. Berdasarkan hasil penelitian, luas kamalir yang optimum adalah 2-4 dari luas petakan sawah.
Produksi padi di sawah tidak akan berkurang walaupun penggunaan lahan sawah untuk tanaman padi menurun karena digunakan untuk kamalir. Berkurangnya
penggunaan lahan sawah diimbangi dengan tingginya produksi padi yang ditanam dibarisan pinggir. Menurut Jangkaru 2002, konstruksi kamalir cukup bervariasi
antara lain keliling, silang dan salib.
2.3. Usahatani Padi