karena telah tersedia di sawah. Kondisi seperti ini adanya penyakit jarang terjadi dilapangan. Namun resiko tetap selalu ada bagi petani mina padi. Bahkan
beberapa penyakit ada yang baru bermunculan dan semakin kuat seiring dengan perkembangan inovasi pestisida.
Keterlambatan penyemprotan pada sistem usahatani mina padi dapat menurunkan produktivitas lahan sawah secara drastis dan mempengaruhi
pendapatan dan penerimaan usahatani mina padi. Petani mina padi mengalami dilema, karena jika penyemprotan dilakukan dengan segera maka petani harus
mengorbankan benih ikan, karena ikan belum cukup umur untuk dipanen. Penyemprotan harus dilakukan dengan cara menyurutkan air sawah agar batang
bawah yang selama ini tergenang dapat tersemprot. Namun hal tersebut beresiko bagi kelangsungan hidup ikan. Sehingga ikan harus dipanen terlebih dahulu.
7.6. Analisis Profitabilitas Usahatani Padi Sawah
Jika di analisis RC rasio atas biaya total untuk musim tanam awal tahun 2007kena penyakit pada usahatani non mina padi yaitu sebesar 1,65 yang
artiannya bahwa setiap seratus rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani dapat dibayar dengan penerimaan total sebesar Rp 165,00. Sedangkan pada
usahatani sistem mina padi untuk musim tanam awal tahun 2007, rasio penerimaan dengan biaya total sebesar 1,24 yang artinya bahwa setiap seratus
rupiah biaya yang dikeluarkan dapat dibayar dengan penerimaan total sebesar Rp 124,00.
Perbedaan nilai rasio pendapatan terhadap biaya total pada usahatani sistem non mina padi dengan usahatani sistem mina padi dapat dianalisis bahwa
nilai rasio sistem non mina padi lebih besar dibandingkan rasio mina padi. Hal ini menunjukkan bahwa sistem non mina padi lebih menguntungkan atau lebih aman
dalam keadaan terkena penyakit.
Tabel 19. Rata-Rata Perbandingan Pendapatan dan Biaya Usahatani Padi Sawah menurut Sistem Mina Padi dan Non Mina Padi
Nilai RC Mina Padi
Non Mina Padi Biaya
Kena Penyakit
Tidak Kena
Penyakit Kena
Penyakit Tidak
Kena Penyakit
Atas Biaya Tunai 1,94
3,64 2,78
3,19 Atas Biaya Total
1,24 2,12
1,65 1,98
Dari angka diatas dapat dilihat bahwa nilai RC sistem mina padi lebih tinggi baik atas biaya tunai maupun atas biaya total untuk keadaan rata-rata atau
tidak terserang penyakit. Dari angka diatas dapat disimpulkan bahwa sistem mina padi jauh lebih menguntungkan namun lebih beresiko dibanding sistem non mina
padi. Penerimaan sistem mina padi lebih rendah dibandingkan sistem non mina
padi karena pada saat terserang penyakit produktivitas padi turun drastis jauh dari angka rata-rata yang petani dapatkan sambil mengusahakan mina padi. Namun
dalam keadaan ini pun rasio penerimaan atas biaya total sistem mina padi masih tetap diatas satu. Yang artinya masih tetap menguntungkan meskipun tidak
seuntung sistem non mina padi. Dalam keadaan normal sistem mina padi lebih untung dibandingkan sistem
non mina padi. Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai RC sistem mina padi pada musim tanam rata-rata pertahun lebih tinggi dibanding nilai RC non mina padi
dalam keadaan rata-rata. Sehingga petani dapat memilih jenis usaha yang
diinginkan berdasarkan karakteristik usaha. Mina padi lebih menguntungkan namun sekarang lebih beresiko, sedangkan non mina padi kurang menguntungkan
namun lebih kurang resiko usahanya. Petani mina padi di dua desa ini umumnya memiliki sumber daya yang
sangat mendukung keberlangsungan usaha tersebut. Mereka memiliki lahan sawah, kolam untuk induk ikan, irigasi yang lancar dan stabil dan tidak
bergantung pada hujan dan tidak di pungut biaya, kemampuan menelurkan ikan, plankton dan cacing sebagai makanan ikan tersedia di sawah, didukung tingkat
kematian ikan yang tinggi dikolam mendorong petani untuk mengusahakan ikan disawah. Semakin sumber daya dan keadaan ini tersedia bagi petani, semakin
usaha ini diusahakan oleh petani di desa ini. Kestabilan irigasi merupakan dorongan sumber daya yang kuat bagi petani untuk melaksanakan sistem ini.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN