Mendongeng storytelling Literasi Informasi

1. Gerakan Cinta Membaca di Sekolah Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses yang memerlukan waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Misalnya dapat dimulai dengan kegiatan pemilihan duta pustaka, lomba resensi, pameran, mendatangkan penulis, ilmuwan, membentuk klub buku atau klub baca, dan lain-lain LIPI, 2009 : 10.

2. Mendongeng storytelling

Storytelling adalah menceritakan sebuah dongeng atau cerita secara lisan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa storytelling adalah menceritakan sebuah cerita, baik fiksi maupun non fiksi, dongeng, dan sebagainya. Berbagai program yang bisa dilakukan dalam storytelling, misalnya : a. Mula-mula melalui acara yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca buku. b. Mengadakan acara yang langsung berhubungan dengan buku. Kegiatan mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan memintanya ikut menjadi salah satu tokoh, bisa juga mendongeng dengan boneka dan alat peraga lain.membaca cerita tidak hanya bagi yang belum bisa membaca saja, tetapi anak yang sudah besar pun akan menyukainya. c. Mengatur kerjasama dengan para relawan untuk membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, misal dengan bantuan orang tua, guru dan relawan lainnya yang mempunyai minat pada buku Bunanta, 2004 : 77.

3. Literasi Informasi

Menurut ALA: “information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effective needed information ”. Artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis Nibaho, 2008 : 4. Melalui pengajaran literasi informasi peserta didik akan diajarkan pada sebuah metode untuk menelusuri informasi dari berbagai sumber informasi yang terus berkembang, bagaimana cara mengelolanya, seperti apa cara menilai dan bagaimana cara menggunakan serta mengkomunikasikannya. Karena tidak akan ada seorang pun pada zaman sekarang ini yang mampu untuk mengikuti semua informasi yang ada. Konsekuensi bagi pustakawan dalam memasuki fase ketiga ini adalah dia dituntut harus memiliki kualitas dan keterampilan mendasar yang didefinisikan sebagai berikut : a. Kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka dengan anak dan orang dewasa. b. Kemampuan memahami kebutuhan pemustaka pengguna perpustakaan. c. Kemampuan bekerja sama dengan perorangan serta kelompok di dalam dan di luar komunitas sekolah. d. Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keaneka- ragaman budaya. e. Memiliki pengetahuan mengenai metodologi pembelajaran dan teori pendidikan. f. Memiliki keterampilan informasi serta bagaimana menggunakannya. g. Memiliki pengetahuan mengenai bahan pustaka untuk membangun koleksi perpustakaan serta bagaimana mengaksesnya. h. Memiliki pengetahuan mengenai bacaan anak, media, dan kebudayaan. i. Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang manajemen dan pemasaran. j. Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang teknologi informasi. k. Memiliki keahlian finansial dan manajemen. l. Gemar membaca. m. Memiliki keahlian mengajar. n. Memahami proses penelitian. o. Memiliki pengetahuan kurikulum sekolah. p. Memiliki kemampuan bekerja dengan seluruh murid dan guru. Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwasnnya program perpustakaan sekolah terdapat tiga fase yaitu, gerakan cinta membaca di sekolah, mendongeng storytelling, dan yang terakhir adalah literasi informasi. Program ini ditujukan agar dapat membentuk siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hidup.

D. Literasi Informasi