Status gizi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru pada Pekerja

dengan pernapasan, maka kemungkinan penyakit tersebut akan timbul kembali atau bahkan penyakit tersebut sudah menimbulkan kecacatan pada paru. Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen dalam darah. Banyak ahli berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberkulosis TBCflek paru dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru pada pekerja yang terpapar oleh debu organik dan anorganik Price,1995.

9. Paparan Kadar Debu Total

Debu yang dihasilkan dari aktivitas percetakan digolongkan sebagai penyebab langsung dari terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Partikel debu sebagai paparan utama dalam aktivitas percetakan tersebut untuk dapat menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas vital paru dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:

a. Kadar debu dalam udara

b. Dosis paparan kumulatif penjumlahan kadar dalam udara dan lamanya paparan c. Waktu tinggal atau lamanya partikel berada dalam paru Berdasarkan Kepmenkes RI NO. 1405MENKESSKXI2002, tanggal 19 November 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu meliputi semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran. Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mgm3 untuk debu total dengan suhu 18-28 o C. Depkes RI, 2002. Berdasarkan hasil dari penelitian Khumaidah 2009 menyebutkan ada hubungan paparan kadar debu yang diterima oleh pekerja mebel dengan kapasitas vital paru.

10. Luas Ventilasi Udara dalam Ruangan

Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara suatu ruangan yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja. Disamping itu juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja Van Wicklen, 2006 . Ventilasi ruang percetakan haruslah didesain secara cukup. Akibat dari ventilasi yang tidak adekuat akan menyebabkan konsentrasi debu meningkat. Udara segar harus diatur agar dapat menggantikan udara dalam ruangan yang telah terkontaminasi oleh debu. Untuk memastikan pergantian udara segar tersebut diperlukan air exhaust dalam ruang percetakan. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri, ventilasi yang baik harus memenuhi persyaratan: 1. Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15 dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang. 2. Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin. 3. Membersihkan saringanfilter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik.

H. Pengendalian Untuk Meminimalisir Penurunan Fungsi Paru

Pada sektor perindustrian, penyakit-penyakit akibat kerja dapat dicegah bila ada saling pengertian, kemauan dan kerja sama yang baik antara pimpinan atau pemilik perusahaan dan pekerjanya. Kegiatan atau cara pencegahan PAK antara lain terdiri dari Tresnaningsih, 1990 : 1. Pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan. 2. Pengendalian melalui administrasi atau organisasi.