Jenis Alat Pelindung Diri APD
Tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksik dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karena lebih dari 2000 zat kimia dan
diantaranya sebanyak 1200 sebagai bahan beracun bagi kesehatan manusia. Dampak merokok terhadap kesehatan paru-paru dapat menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar hipertropi dan kelenjar mukus
bertambah banyak hyperplasia. Pada saluran nafas kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.
Pada jarimgan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4- 5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok
terutama sigaret dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker
paru-paru. Partikel asap rokok seperti onpyrene, dibenzapyrene dan urethan dikenal sebagai bahan karsinogen. Bahan tar berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker paru. Hasil penelitian Sasaki, menunjukkan kebiasaan merokok mempunyai
kecenderungan terjadinya obstruksi, namun gangguan paru akibat rokok baru diketahui setelah umur 40 tahun. Penelitian Hisyam et. al, ditemukan
penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik PPOK perokok 41,6 , merokok
mempunyai risiko untuk menderita PPOK 2,6 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok Antarudin, 2002. Sedangkan pada penelitian Budiono 2007
terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru.
Tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat mempunyai risiko atau pemicu timbulnya keluhan subyektif saluran pernafasan dan
gangguan ventilasi paru pada tenaga kerja Giarno, 1995. Sementara Lubis 1989 menyatakan tenaga kerja yang sebagai perokok merupakan salah satu
faktor risiko penyebab penyakit saluran pernafasan. Raharjoe dkk 1994
megungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan ventilasi paru karena menyebabkan iritasi dan sekresi
mukus yang berlebihan pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat mengurangi efektifitas mukosilier dan membawa partikel-partikel debu sehingga
merupakan media yang baik tumbuhnya bakteri.
Gambar 2.1. Jenis Racun pada Rokok
Yunus 1997 mengatakan asap rokok meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru, untuk itu tenaga kerja hendaknya
berhenti merokok bila bekerja pada tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit tersebut. Beberapa penelitian tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan dan gangguan ventilasi paru dikemukakan oleh Mangesiha dan Bakele 1998 terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dan gangguan saluran pernafasan. Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya dilakukan
dengan menghitung derajat berat merokok Indeks Brinkman, yaitu perkalian antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian
dikalikan dengan lama merokok dalam tahun PDPI, 2001. Nilai yang dihasilkan dari perhitungan tersebut akan dimasukkan kedalam tiga kategori
yaitu: a. Ringan : 0-200
b. Sedang : 200-600 c. Berat : 600