Hubungan antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Menurut Suyono 2001 asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Depkes RI 2003 menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Hal tersebut terdapat pada tabel 5.7 dimana ada sebagian besar pekerja yang tidak merokok tetapi mengalami gangguan, disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Hal ini disebabkan asap rokok akan menghilangkan bulu-bulu silia di saluran pernafasan yang berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk dalam pernafasan Faidawati, 2003. Untuk menghindari gangguan kapasitas vital paru sebaiknya para pekerja yang merokok, untuk berhenti merokok karena asap rokoknya juga memberikan efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok. Sebaiknya pekerja dapat menghentikan kebiasaan merokok guna menjaga kesehatannya dengan menerapkan gaya hidup yang sehat untuk kualitas hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Pemilik percetakan menerapkan aturan larangan merokok di lingkungan kerja, agar pekerja yang tidak merokok tidak terpapar oleh pajanan berbahaya yang berasal dari pekerja lain yang merokok.

d. Hubungan antara Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

Kebiasaan berolahraga akan menimbulkan Force Vital Capacity FVC seperti yang terjadi pada seorang atlet FVC akan meningkat 30 sampai dengan 40 Talini, 1998. Menurut Wilmore 1994 secara umum olah raga akan meningkatkan total fungsi paru. Pada banyak individu yang melakukan olah raga secara teratur maka kapasitas fungsi paru akan meningkat meskipun hanya sedikit, tetapi pada saat yang bersamaan residual volume atau jumlah udara yang tidak dapat berpindah atau keluar dari paru akan menurun. Dari hasil penelitian ini varibel kebiasaan olahraga menggambarkan pekerja yang tidak melakukan olahraga lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang melakukan olahraga. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kapasitas vital paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Khumaidah 2009 yang meneliti gangguan fungsi paru pada pekerja mebel di kabupaten Jepara yang menyatakan bahwa, ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru pada pekerja mebel. Selanjutnya untuk meningkatkan kapasitas fungsi paru, olah raga yang dilakukan hendaknya mempehatikan 3 hal, yaitu mode atau jenis olah raga, frekuensi dan durasinya Budiono, 2007. Dalam penelitian ini pekerja yang melakukan olahraga juga menggambarkan tentang jenis, frekuensi dan durasi olahraga yang dilakukan. Dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6. Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja yang tidak melakukan olahraga mungkin disebabkan oleh kesibukan yang dijalani atau mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah merasa lelah dengan pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab 1997 Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat. Oleh karena itu disarankan kepada pekerja untuk lebih rajin dalam berolahraga untuk menjaga agar tubuh dalam kondisi bugar dan nilai kapasitas vital paru KVP dalam kondisi normal.

e. Hubungan antara Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek, status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun Nyoman, 2001. Dengan kesimpulan bahwa orang kurus dan gemuk lebih